Langsung ke konten utama

Bersahabat Dengan Konflik


Sobat Indonesia, Konflik adalah kehidupan atau sebaliknya Hidup itu adalah konflik, kenapa ada dua istilah tersebut dalam kehidupan kita. Sebenanrnya manusia tidak dapat lepas dari namanya pilihan. Dalam pilihan-pilihan tersebut juga akan menimbulkan konflik-konflik. Biasanya konflik yang timbul adalah konflik intrapersonal, yaitu konflik yang terjadi dari dalam diri, sebelum akhirnya sebuah keputusan dijatuhkan. Atau dalam sebuah perubahan, perubahan adalah hal sesuatu yang selalu terjadi dalam kehidupan ini. Perubahan juga merupakan sesuatu hal yang menantang, belum tentu keputusan berubah yang dipilih dan dilakukan akan membuat tidak mendapat dukungan dan bahkan tentangan dari orang-orang terdekat dan lingkungan. Dan hal ini pun akan menimbulkan konflik. Dan banyak hal dalam kehidupan ini dihadapkan dengan konflik-konflik. Dan bagaimana menyikapi konflik dengan lebih bersemangat dan bersiap diri, karena dalam sebuah konflik banyak pelajaran dan dapat belajar dalam menentukan sikap dan bertindak nantinya. Ada baiknya kita mengenali mengenai konflik itu sendiri.

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Konflik itu Indah! Suatu pernikahan di mana, masing-masing orang memiliki karakter, ide, sikap, tindakan yang berbeda, tentu saja dalam menjalaninya akan ditemukan friksi atau benturan satu sama lain. Suatu pernikahan akan membangun sisi terbaik dari sepasang suami istri.

Bukankah pernikahan bukanlah tentang kalah dan menang, walaupun perannya adalah sebagai pemimpin ataupun yang dipimpin. Pernikahan adalah ladang amal yang dimana jikapun salah satu pihak harus mengalah demi kebaikan dan kedamaian  semua, namun percayalah, tidak akan tersia- sia semua usaha itu. Kebesaran jiwa kita justru akan diuji, dan kualitas dari sebuah hati akan meningkat menuju yang lebih termuliakan.
Demikian juga dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya atau kelompok dalam konteks yang lebih luas, yaitu hubungan social dan kemasyarakatan lainnya. Permasalahan konflik yang dialami oleh pasangan suami dan istri kurang lebih akan dialami dalam lingkungan yang lebih luas.

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

Konflik-konflik yang dapat terjadi tersebut, dapat berakibat positif dan negative. Bagaimana menyikapi dan bertindak dalam sebuah konflik menentukan hasil, apakah berdampak manfaat atau kerusakan. Beberapa hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

·            Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
·            Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
·            Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
·            Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
·            Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:

·         Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
·         Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
·         Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
·         Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik

Kendati unsur konflik selalu terdapat dalam setiap bentuk hubungan antarpribadi, namun banyak kalangan memandang konflik adalah faktor yang merusak hubungan, sehingga harus dicegah dan dihindari. Padahal, rusaknya hubungan antarpribadi sesungguhnya bukan disebabkan karena adanya konflik itu sendiri, melainkan disebabkan oleh kegagalan dalam mengelola serta memecahkan konflik secara bijak dan konstruktif.

Jika mampu mengelola konflik secara bijak dan konstruktif, sesungguhnya dapat memberikan manfaat positif, baik bagi diri sendiri maupun bagi hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, konflik sering juga diberi sebutan yang berkonotasi positif. Misalnya, konflik suami isteri dianggap sebagai “bumbu” dan penyedap atau pemanis dalam hubungan mereka di rumah tangga.

Ketika sepasang pengantin memulai kehidupan baru di rumah tangga baru yang mereka bangun, mulailah tampak kualitas hubungan mereka yang sesungguhnya. Ada sebagian pasangan yang berhasil mewujudkan impian dan harapan ideal mereka tanpa mengalami banyak kendala. Sebagian yang lain memerlukan usaha dan perjuangan yang keras untuk bisa meraihnya. Bahkan ada pula pasangan yang dalam sepanjang rentang waktu kehidupan mereka tidak sempat merasakan keharmonisan dan kebahagiaan. Sejak awal memulai hidup berumah tangga telah dipenuhi dengan berbagai pertengkaran sengit, konflik berkepanjangan dan berujung kepada perceraian.

Yang mereka perlukan sesungguhnya adalah kesiapan mental menghadapi konflik dan kesanggupan untuk menikmati serta menyelesaikannya secara bika dan konstruktif. Jangan menganggap konflik selalu bermakna menghalangi kebahagiaan, karena konflik justru diperlukan dalam rangka menghadirkan kebahagiaan itu sendiri. Betapa indahnya kebersamaan dan keharmonisan, baru sangat nyata dirasakan setelah keluar dari suatu konflik. Tanpa konflik, suami dan isteri akan mendapatkan kehidupan mereka biasa-biasa saja, datar datar saja, begitu begitu saja. Lalu dimana dinamikanya? Dimana letak indahnya?

Konflik yang diatasi dengan baik akan memperkaya kehidupan personal dan kelompok. Konflik yang keliru dalam penanganannya akan merusak suatu hubungan baik personal dan kelompok. Berikut beberapa tips dalam mengatasi konflik :

1. Pandanglah sebuah hubungan sebagai sebagai satu kesatuan (Integritas).
The Power of We ! Jadi dalam berpikir, bertindak selalu bahwa tindakan yang dikerjakan adalah mewakili "Kami". Jangan terjerumus dalam kebiasaan mengatakan terlalu banyak "Saya" pikir...

2. Berdamailah secepat mungkin.
Meskipun konflik dapat membawa pada pertumbuhan, jangan memperpanjang konflik yang dapat diselesaikan. Selesaikanlah konflik secara terbuka dan berdamailah dengannya secara konstruktif bukan destruktif.

3. Tetap fokus pada subject yang diperdebatkan. Memunculkan kembali persoalan-persoalan lalu untuk menghadapi rekan atau pasangan, apalagi di saat tersebut Anda merasa telah kalah dan memerlukan dukungan atas kebenaran argumen, tidak akan membuat permasalahan tersebut selesai. Bahkan tindakan tersebut akan menghabiskan energi.

4. Jangan menindas.
Pada puncak kemarahan, masing-masing akan bertahan pada egonya. Jangan terlalu terobsesi untuk menang.

5. Tingkatkan pendengaran.
Listening ! Tidak ada tindakan yang menghasilkan sesuatu yang dramatis dan mudah dikerjakan yaitu mendengar. Keinginan untuk didengar oleh orang lain akan membuat kita ingin mendengarkan.

6. Berlatihlah untuk memberi terlebih dahulu sebelum menerima.
Orang yang dapat memberi dengan tulus tanpa mengharapkan balasan, akan mengetahui bagaimana caranya menyelesaikan konfliknya dengan cepat.

Hindarilah konflik dengan siapapun, namun bila akhirnya harus terjadi, maka indahkanlah. Indahkanlah dengan kesadaran atas sebuah pembelajaran berharga yang terpetik darinya. Ya, paling tidak satu lagi daftar kekurangan masing- masing telah sama-sama terkuak dan terperbaiki. InsyaAllah.

Mohon maaf lahir dan batin dan selamat menunaikan ibadah puasa di Bulan Ramadhan, semoga semua keberkahan di bulan Ramadhan ini dapat didapatkan oleh kita semua…amiin

Tetap berbagi untuk 1ndONEsia lebih baik….amiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga