SETELAH MEMBAHAS kalender Masehi dan kalender Hijriyah pada dua bagian terdahulu, kini kita akan membicarakan kalender-kalender Saka, Buddha, Jawa, Sunda, Iran, Tionghoa, Yahudi, dan Jepang. Kalender Jawa dan Sunda adalah kalender lunar (bulan), sedangkan kalender Iran dan Jepang kalender solar (matahari). Adapun kalender Saka, Buddha, Tionghoa dan Yahudi merupakan lunisolar (kalender bulan yang disesuaikan dengan matahari).
Kalender Saka dan Buddha
Kalender Saka dimulai tahun 78 Masehi ketika kota Ujjayini (Malwa di India sekarang) direbut oleh kaum Saka (Scythia) di bawah pimpinan Maharaja Kaniska dari tangan kaum Satavahana. Tahun baru terjadi pada saat Minasamkranti (matahari pada rasi Pisces) awal musim semi. Nama-nama bulan adalah Caitra, Waisaka, Jyestha, Asadha, Srawana, Bhadrawada, Aswina (Asuji), Kartika, Margasira, Posya, Magha, Phalguna. Agar sesuai kembali dengan matahari, bulan Asadha dan Srawana diulang secara bergiliran setiap tiga tahun dengan nama Dwitiya Asadha dan Dwitiya Srawana.
Awal setiap bulan adalah saat konjungsi, sehingga tanggal kalender Saka umumnya lebih dahulu sehari dari tanggal kalender Hijriyah yang diawali munculnya hilal. Setiap bulan dibagi menjadi dua bagian yaitu suklapaksa (paro terang, dari bulan mati sampai purnama) dan kresnapaksa (paro gelap, dari selepas purnama sampai menjelang bulan mati). Masing-masing bagian berjumlah 15 atau 14 hari (tithi). Jadi kalender Saka tidak mempunyai tanggal 16. Misalnya, tithi pancami suklapaksa adalah tanggal lima, sedangkan tithi pancami kresnapaksa adalah tanggal dua puluh.
Konsep sunya (kosong) dalam ajaran Hindu mendasari kalender Saka untuk menghitung tahun dari Nol. Tanggal 1 Caitra tahun Nol bertepatan dengan tanggal 14 Maret 78. Tahun baru 1 Caitra 1932 jatuh pada tanggal 16 Maret 2010. Di Indonesia kita mengenal tahun baru Saka sebagai Hari Raya Nyepi.
Di daratan Asia Tenggara, dari Myanmar sampai Vietnam, berlaku kalender Buddha yang menghitung tahun dari 544 SM, tahun Siddharta Gautama dilahirkan. Sistem kalendernya sama dengan kalender Saka. Tahun baru 2554 jatuh pada tanggal 16 Maret 2010. Tetapi tanggal yang dimuliakan umat Buddha bukanlah tahun baru, melainkan malam purnama bulan Waisaka, saat kelahiran dan pencerahan Sang Buddha. Itulah Hari Raya Waisak yang tahun ini jatuh pada tanggal 28 Mei 2010.
Kalender Hijriyah-Jawa
Nenek moyang kita memakai kalender Saka tatkala masih beragama Hindu. Bahkan ketika sudah memeluk Islam, kalender Saka tetap dipakai di Jawa sampai awal abad ke-17. Kesultanan Demak, Banten, dan Mataram menggunakan kalender Saka dan kalender Hijriyah secara bersama-sama. Pada tahun 1633 Masehi (1555 Saka atau 1043 Hijriyah), Sultan Agung Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami (1613-1645) dari Mataram menghapuskan kalender Saka dari Pulau Jawa, lalu menciptakan Kalender Jawa yang mengikuti kalender Hijriyah. Cuma bilangan tahun 1555 tetap dilanjutkan. Jadi tanggal 1 Muharram 1043 Hijriyah adalah 1 Muharam 1555 Jawa, yang jatuh pada hari Jum`at Legi (Sweet Friday) tanggal 8 Juli 1633 Masehi. Angka tahun Jawa selalu berselisih 512 dari angka tahun Hijriyah. Keputusan Sultan Agung ini disetujui dan diikuti oleh Sultan Abul-Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596-1651) dari Banten. Dengan demikian kalender Saka tamat riwayatnya di seluruh Jawa, dan digantikan oleh kalender Jawa yang sangat bercorak Islam dan sama sekali tidak lagi berbau Hindu atau budaya India.
Nama-nama bulan disesuaikan dengan lidah Jawa: Muharam, Sapar, Rabingulawal, Rabingulakir, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Saban, Ramelan, Sawal, Dulkangidah, Dulkijah. Muharram juga disebut bulan Sura sebab mengandung Hari Asyura 10 Muharram. Rabi`ul-Awwal dijuluki bulan Mulud, yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. Rabi`ul-Akhir adalah Bakdamulud atau Silihmulud, artinya “sesudah Mulud”. Sya`ban merupakan bulan Ruwah, saat mendoakan arwah keluarga yang telah wafat, dalam menyambut bulan Puasa (Ramadhan). Dzul-Qa`dah disebut Hapit atau Sela sebab terletak di antara dua hari raya. Dzul-Hijjah merupakan bulan Haji atau Besar (Rayagung), saat berlangsungnya ibadah haji dan Idul Adha.
Nama-nama hari kalender Saka dalam bahasa Sansekerta (Raditya, Soma, Anggara, Budha, Brehaspati, Sukra, Sanaiscara) yang dianggap berbau penyembahan benda langit dihapuskan oleh Sultan Agung, diganti dengan nama-nama hari dalam bahasa Arab yang disesuaikan dengan lidah Jawa: Ahad, Senen, Seloso, Rebo, Kemis, Jumuwah, Saptu. Tetapi hari-hari pasaran atau pancawara (Pahing, Pon, Wage, Kaliwuan, Umanis atau Legi) tetap dilestarikan, sebab merupakan konsep asli masyarakat Jawa, bukan diambil dari kalender Saka atau budaya India.
Dalam siklus satu windu (delapan tahun), tanggal 1 Muharam (Sura) berturut-turut jatuh pada hari ke-1, ke-5, ke-3, ke-7, ke-4, ke-2, ke-6 dan ke-3. Itulah sebabnya tahun-tahun dalam satu windu dinamai berdasarkan numerologi huruf Arab: Alif (1), Ha (5), Jim Awwal (3), Zai (7), Dal (4), Ba (2), Waw (6) dan Jim Akhir (3). Sudah tentu pengucapannya menurut lidah Jawa: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu dan Jimakir. Tahun-tahun Ehe, Dal dan Jimakir ditetapkan sebagai kabisat. Jumlah hari dalam satu windu adalah (354 x 8) + 3 = 2835 hari, angka yang habis dibagi 35 (7 x 5). Itulah sebabnya setiap awal windu (1 Muharam tahun Alip) selalu jatuh pada hari dan pasaran yang sama.
Menarik untuk dicatat bahwa jika umat Islam di luar Jawa hanya mengenal Senin 12 Rabi`ul-Awwal sebagai hari dan tanggal kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. maka umat Islam di Jawa menyebutkan saat lahirnya Junjungan kita yang mulia itu secara lebih komplit: Senin Pon 12 Rabingulawal (Mulud) Tahun Dal.
Oleh karena kabisat Jawa tiga dari delapan tahun (3/8 = 45/120), sedangkan kabisat Hijriyah 11 dari 30 tahun (11/30 = 44/120), maka dalam setiap 15 windu (120 tahun), yang disebut satu kurup, kalender Jawa harus hilang satu hari, agar kembali sesuai dengan kalender Hijriyah. Sebagai contoh, kurup pertama berlangsung dari Jum`at Legi 1 Muharam tahun Alip 1555 sampai Kamis Kliwon 30 Dulkijah tahun Jimakir 1674. Di sini 30 Dulkijah dihilangkan. Dengan demikian Rabu Wage 29 Dulkijah 1674 akhir kurup pertama diikuti oleh awal kurup kedua Kamis Kliwon 1 Muharam tahun Alip 1675. Jadi, awal windu (1 Muharam tahun Alip) bergeser dari Jum`at Legi menjadi Kamis Kliwon. Setelah 120 tahun berikutnya, awal windu harus bergeser lagi menjadi Rabu Wage, dan seterusnya.
Setiap kurup (periode 120 tahun) dinamai menurut hari pertamanya. Periode 1555-1674 Jawa (1633-1749 Masehi) disebut kurup jamngiah (Awahgi = tahun Alip mulai Jumuwah Legi), kemudian periode 1675-1794 Jawa (1749-1866 Masehi) disebut kurup kamsiah (Amiswon = Alip-Kemis-Kliwon), dan periode 1795-1914 Jawa (1866-1982 Masehi) disebut kurup arbangiah (Aboge = Alip-Rebo-Wage).
Sejak tanggal 1 Muharam tahun Alip 1915 (1 Muharram 1403 Hijriyah) yang bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 1982, kita berada dalam kurup salasiah (Asopon = Alip-Seloso-Pon), yaitu periode 1915-2034 Jawa (1982-2099 Masehi), di mana setiap 1 Muharam tahun Alip pasti jatuh pada hari Selasa Pon.
1 Muharam Alip 1939 (1427 H) = Selasa Pon 31 Januari 2006
1 Muharam Ehe 1940 (1428 H) = Sabtu Pahing 20 Januari 2007
1 Muharam Jimawal 1941 (1429 H=Kamis Pahing 10 Januari 2008
1 Muharam Je 1942 (1430 H) = Senin Legi 29 Desember 2008
1 Muharam Dal 1943 (1431 H) = Jumat Kliwon 18 Desember 2009
1 Muharam Be 1944 (1432 H) = Rabu Kliwon 8 Desember 2010
1 Muharam Wawu 1945 (1433 H) = Ahad Wage 27 November 2011
1 Muharam Jimakir 1946 (1434 H)=Kamis Pon 15 November 2012
1 Muharam Alip 1947 (1435 H) = Selasa Pon 5 November 2013
Kalender Pranata Mangsa
Di samping kalender Jawa yang identik dengan kalender Hijriyah, masyarakat Jawa mengenal juga kalender solar Pranata Mangsa (“Pengaturan Bulan”) yang diciptakan Sunan Paku Buwana VII (1830-1858) dari Surakarta tahun 1855. Kalender Pranata Mangsa berawal tanggal 22 Juni dan disusun berdasarkan musim yang berlaku di Pulau Jawa! Itulah sebabnya jumlah hari dalam setiap bulan sangat bervariasi: Kasa (41 hari, dari 22 Juni), Karo atau Kalih (23 hari, dari 2 Agustus), Katelu atau Katiga (24 hari, dari 25 Agustus), Kapat (25 hari, dari 18 September), Kalima (27 hari, dari 13 Oktober), Kanem (43 hari, dari 9 November), Kapitu (43 hari, dari 22 Desember), Kawalu (26 atau 27 hari, dari 3 Februari), Kasanga (25 hari, dari 1 Maret), Kadasa atau Kasapuluh (24 hari, dari 26 Maret), Desta atau Hapit Lemah (23 hari, dari 19 April), serta Sada atau Hapit Kayu (41 hari, dari 12 Mei).
Tanggal 1 Kasa tahun 156 Pranata Mangsa jatuh pada 22 Juni 2010. Kalender Pranata Mangsa biasanya digunakan para petani hanya untuk menentukan musim tanam dan musim panen, dan jarang digunakan untuk menghitung waktu sehari-hari.
Kalender Sunda
Seorang budayawan Sunda, Ali Sastramidjaja (1935-2009), pada awal tahun 2005 memperkenalkan Kala Sunda, kalender lunar Sunda yang memulai perhitungan sejak tahun 122 Masehi. Belum jelas peristiwa bersejarah apakah yang terjadi saat itu sehingga diambil sebagai awal perhitungan tahun. Sistem perhitungan Kala Sunda sama seperti Hijriyah-Jawa. Dalam sewindu ada tiga tahun kabisat, sehingga jika misalnya awal windu (indung poé) Ahad Manis, maka awal windu selanjutnya Ahad Manis juga. Setiap siklus besar 120 tahun (tunggul taun) satu hari dihilangkan. Jadi setiap 120 tahun, indung poé bergeser dari Ahad Manis menjadi Sabtu Kliwon, kemudian menjadi Jumat Wage, dan seterusnya.
Nama-nama bulan (Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra, Asuji), nama-nama hari (Radite, Soma, Anggara, Buda, Respati, Sukra, Tumpek), serta pembagian bulan menjadi suklapaksa dan kresnapaksa sehingga tidak ada tanggal 16, semuanya itu diambil dari kalender Saka, kecuali nama hari Tumpek (Sabtu) yang merupakan istilah asli Sunda.
Tetapi berbeda dengan kalender Saka, Kala Sunda menetapkan tanggal satu saat bulan berwujud setengah lingkaran. Istilah Sansekerta suklapaksa (paroterang), yang pada kalender Saka berarti “separo bulan (half-month) sampai purnama”, pada Kala Sunda mempunyai arti lain yaitu “bulan terlihat separo (half-moon)”. Perbedaan lain: Kartika, bulan ke-8 kalender Saka, menjadi bulan pertama dalam Kala Sunda.
Hari-hari pasaran (pancawara) dalam Kala Sunda berselisih dua hari dengan kalender Jawa, misalnya Manis (Legi) dalam kalender Jawa menjadi Pon dalam Kala Sunda. Jika dalam kalender Jawa tahun dalam sewindu ditandai menurut numerologi huruf Arab (Alif-Ba-Jim-Dal-Ha-Waw-Zai), dalam Kala Sunda ditandai dengan nama hewan: Kebo (1), Keuyeup (2), Hurang (3), Embé (4), Monyét (5), Cacing (6), dan Kalabang (7).
Sekarang merupakan tunggul taun ke-17, periode 1921-2040 Kala Sunda (1985-2102 Masehi), di mana indung poé (1 Suklapaksa bulan Kartika Tahun Kebo) selalu jatuh pada hari Tumpek (Sabtu) Kaliwon.
1945 Kebo Tumpek (Sabtu) Kaliwon 6 Desember 2008
1946 Monyét Buda (Rabu) Wagé 25 November 2009
1947 Hurang Soma (Senin) Wagé 15 November 2010
1948 Kalabang Sukra (Jumat) Pon 4 November 2011
1949 Embé Anggara (Selasa) Pahing 23 Oktober 2012
1950 Keuyeup Radité (Ahad) Pahing 13 Oktober 2013
1951 Cacing Respati (Kamis) Manis 2 Oktober 2014
1952 Hurang Soma (Senin) Kaliwon 21 September 2015
Kalender Persia (Hijriyah Solar)
Ditinjau dari hubungan terhadap kalender Hijriyah, kalender Jawa berkebalikan dengan kalender Iran (Persia). Jika di Jawa kalender mengikuti Hijriyah tetapi angka tahun tidak berubah, maka di Iran kalender tidak berubah tetapi angka tahun dihitung dari hijrah Nabi. Jadi kalender Iran adalah kalender Hijriyah Solar (kalender Hijriyah dengan perhitungan matahari). Selain berlaku di Iran, kalender ini juga dipakai di Afghanistan dan Tajikistan sebagai sesama rumpun bangsa Persia.
Kalender Iran diciptakan Raja Cyrus tahun 530 SM, lalu dibuat lebih akurat pada tahun 1087 M (480 H) oleh ahli matematika dan astronomi yang juga sastrawan, Umar Khayyam (1048-1122), atas inisiatif Sultan Jalal ad-Dawlah Malik Syah dari Bani Saljuq, sehingga kalender itu dikenal sebagai Kalender Jalali.
Tahun baru (Nawruz) selalu jatuh pada awal musim semi. Nama-nama bulan adalah Farwardin, Ordibehest, Khordad, Tir, Mordad, Shahriwar, Mehr, Aban, Azar, Dey, Bahman, Esfand. Enam bulan pertama 31 hari dan lima bulan berikutnya 30 hari. Bulan terakhir, Esfand, 29 hari (tahun biasa) atau 30 hari (tahun kabisat yang empat tahun sekali).
Dibandingkan dengan kalender solar yang lain, kalender Iran paling cocok dengan musim. Tanggal 1 Farwardin selalu 21 Maret (awal musim semi), tanggal 1 Tir selalu 22 Juni (awal musim panas), tanggal 1 Mehr selalu 23 September (awal musim gugur), dan tanggal 1 Dey selalu 22 Desember (awal musim dingin).
Setelah bangsa Iran memeluk agama Islam, tahun hijrah Nabi (622 M) dijadikan Tahun Satu, tetapi kalender tetap berdasarkan matahari. Tahun baru 1 Farwardin 1389 Hijriyah Solar jatuh pada 21 Maret 2010.
Kalender Im-lek
Kalender Im-lek (artinya “tahun bulan” atau tarikh qamariyah) yang dipakai masyarakat Tionghoa diciptakan oleh Kaisar Shih Huang Ti (247-210 SM) dari Dinasti Chin. Kaisar inilah yang mempelopori pembangunan Tembok Besar (Great Wall), dan dari nama dinasti Chin ini muncul istilah “China”.
Perhitungan angka tahun dimulai sejak 551 SM, saat Kung Fu-tzu (Confucius) dilahirkan. Tahun baru (Xin Nian) terjadi pada musim dingin ketika matahari pada Rasi Buaya (identik dengan Capricornus) antara 21 Januari sampai 19 Februari. Awal setiap bulan adalah saat konjungsi, sehingga tanggal kalender Im-lek umumnya lebih dahulu sehari (kadang-kadang dua hari) dari tanggal kalender Hijriyah.
Kalender Im-lek mempunyai siklus 12 tahun yang ditandai dengan nama-nama hewan: tikus (shu), kerbau (niu), harimau (hu), kelinci (tu), naga (liong), ular (she), kuda (ma), kambing (yang), monyet (hou), ayam (chi), anjing (kou), dan babi (chu). Agar sesuai kembali dengan matahari, tahun-tahun kerbau, naga, kambing dan anjing mempunyai 13 bulan. Dua belas hewan ini secara bergiliran dipengaruhi oleh lima “unsur”: tanah, logam, air, kayu, dan api. Masing-masing unsur akan berpengaruh selama dua tahun. Dengan demikian, kombinasi suatu unsur dengan hewan tertentu akan berulang setiap 60 tahun.
Pada perayaan tahun baru Im-lek, orang-orang Tionghoa saling mengucapkan gong xi, fa chai (congratulations, get fortune! Selamat, semoga dapat untung!). Warna merah (ang) mendominasi, mulai dari pakaian merah sampai pemberian hadiah uang kepada anak-anak dalam amplop merah. Warna merah melambangkan api yang konon dapat mengusir nasib yang buruk.
Tahun baru Harimau-Logam (Metal-Tiger) 2561 jatuh pada tanggal 14 Februari 2010. Tahun-tahun berikutnya adalah Kelinci-Logam 2562 (3 Februari 2011), Naga-Air 2563 (23 Januari 2012), Ular-Air 2564 (10 Februari 2013), Kuda-Kayu 2565 (31 Januari 2014), dan seterusnya.
Kalender Yahudi
Umat Yahudi menggunakan kalender Anno Mundi (Tahun Dunia) yang memulai perhitungan tahun sejak 3760 SM, tahun penciptaan langit dan bumi (Genesis) menurut keyakinan umat Yahudi. Tahun baru (rosh ha-shanah = “kepala tahun”) terjadi pada awal musim gugur (September atau Oktober). Sama dengan kalender Hijriyah, awal bulan ditandai oleh munculnya hilal.
Nama-nama bulan adalah Tishri, Heshvan, Kislev, Tebet, Shebat, Adar, Nisan, Iyyar, Sivan, Tammuz, Ab, Elul. Agar sesuai kembali dengan matahari, setiap tiga tahun ditambahkan bulan interkalasi sesudah Adar yang dinamai Adar Sheni (Adar kedua). Tahun baru 1 Tishri 5769 jatuh pada tanggal 20 September 2009, bertepatan dengan 1 Syawwal 1430 Hijriyah.
Hari Raya terpenting bagi umat Yahudi adalah Pesakh atau Paskah (artinya “lewat; bebas”), yaitu tanggal 14 Nisan, hari pembebasan Bani Israil yang dipimpin Nabi Musa a.s. dari perbudakan Fir`aun di Mesir selama ratusan tahun. Pada hari Paskah 14 Nisan, yang jatuh pada tanggal 30 Maret 2010, umat Yahudi dianjurkan menyembelih hewan qurban berupa domba.
Umat Nasrani juga merayakan Paskah, tetapi dengan makna yang berbeda, yaitu pembebasan manusia dari dosa. Mereka tidak menyembelih domba, sebab Nabi Isa al-Masih a.s. mereka anggap sebagai “domba Paskah” yang sudah dikorbankan. Pada mulanya Paskah umat Nasrani sama dengan umat Yahudi, yaitu tanggal 14 Nisan. Sejak tahun 325 Masehi, melalui sidang Konsili di Nikea (Iznik di Turki sekarang), Paskah ditetapkan harus pada hari Minggu sesudah purnama selepas 21 Maret, agar cocok dengan perayaan Easter Sunday warisan kepercayaan kafir Romawi purba. Itulah sebabnya Paskah umat Nasrani tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2010.
Kalender Jepang
Kalender Jepang merupakan kalender solar yang dimulai tahun 660 SM, tatkala kaisar pertama, Jimmu Tenno, naik tahta. Pada mulanya tahun baru (Oshogatsu) jatuh pada awal musim semi. Ketika Jepang memasuki era modernisasi pada masa Kaisar Meiji (Mutsuhito) abad ke-19, mereka meniru segala yang berbau Eropa, termasuk menyesuaikan kalender Jepang dengan kalender Gregorian (Masehi). Kaisar Meiji menetapkan bahwa 1 Januari 1873 Masehi adalah 1 Januari 2533. Sejak itu kalender Jepang identik dengan kalender Masehi, hanya angka tahunnya yang berbeda.
Suatu periode beralih ke periode yang lain pada saat pergantian kaisar. Masa Kaisar Hirohito (1926-1988 Masehi atau 2586-2648 Jepang) adalah periode Showa (“kepeloporan”). Sejak Januari 1989 (2649) ketika Kaisar Akihito naik tahta, bangsa Jepang memasuki periode Heisei (“kesejahteraan”). Kini kita memasuki tahun 2670 atau tahun ke-22 periode Heisei.
Tahun Jepang berlaku di Indonesia pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 Masehi (2602-2605). Dalam naskah proklamasi kemerdekaan yang ditandatangani Sukarno dan Hatta tertulis "hari 17 boelan 8 tahoen 05". Angka 05 bukanlah karena Sayuti Melik salah ketik. Hari kemerdekaan bangsa dan negara kita memang jatuh pada tanggal 17 Agustus 2605 (1945 Masehi).
K E S I M P U L A N
Tahun berapakah sekarang? Silakan pilih sendiri jawabannya: 2012 Masehi, 1433 Hijriyah, 1390 Hijriyah Solar, 1945 Jawa, 1948 Sunda, 1933 Saka, 2555 Buddha, 2562 Im-lek, 2672 Jepang, dan 5771 Anno Mundi.
“Dia (Allah) yang menjadikan matahari memancarkan sinar dan bulan memantulkan cahaya, dan Dia menentukan tahap-tahap peredarannya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan. Allah tidak menciptakan hal itu melainkan dengan kebenaran. Dia menjelaskan ayat-ayat-Nya bagi orang-orang yang berpengetahuan” (Al-Qur’an, Surat Yunus ayat 5).*IRFAN ANSHORY
Komentar
Mohin ijin download dan save artikelnya.
bagus.
terima kasih banyak