Langsung ke konten utama

Transformasi, Mulai dari Mana?



Pendapat lain mengatakan, orang-orang yang akan menggulirkan transformasilah yang harus ada, sebelum visi dan strategi dijalankan. Bukannya lenteranya dulu, tapi orang yang mencari, menyalakan dan membawa lentera inilah yang pertama kali harus diadakan. Di buku terbarunya, Good to Great, Jim Collins, pakar transformasi organisasi, mengatakan, membangun tim awal yang akan menjadi perancang dan penggerak transformasi merupakan agenda terawal yang harus dikerjakan perusahaan dalam menggulirkan transformasi. Katanya mengenai perusahaan-perusahaan yang sukses menggulirkan transformasi, ?First, they got the right people in the bus, the wrong people off the bus, and then right people in the right seats and then they figure out where to drive it.?

Pendapat lain lagi mengatakan, kemunculan pemimpin yang inspiratif dan kharismatik menjadi faktor penentu keberhasilan fase awal transformasi. John Kotter, pakar perilaku organisasi, mengatakan pemimpin kharismatik ini diperlukan di awal transformasi karena peran krusialnya dalam membangun sense of urgency orang-orang yang telah begitu lama tertidur pulas dalam status quo dan paradigma lama. Saya sependapat dengan ini, karena dalam beberapa riset, saya mendapati banyak perusahaan bahkan butuh waktu sampai satu dekade untuk mendapatkan seorang pemimpin semacam ini, sebelum akhirnya proyek transformasinya dapat berjalan masif layaknya luncuran bola salju.

Kalau jawabannya banyak seperti ini, lalu (kembali lagi) dari mana sebaiknya kita memulai transformasi?

Agak susah menjawabnya, karena mengeksekusi transformasi organisasi lebih banyak merupakan seni, bukan matematika. Semua bersifat eklektik, tergantung dinamika perubahan yang melingkupi organisasi Anda. Jadi, tak ada jawaban yang pasti, yang ada hanyalah beberapa rule of tumb yang bersifat longgar yang barangkali bisa dipakai sebagai arahan.

Pertama, start from reality. Anda harus fokus pada konteks dan kondisi riil yang melatarbelakangi proses transformasi tersebut. Dari sini Anda akan tahu apakah Anda butuh visi, tim transformasi yang solid, atau seorang pemimpin yang kharismatik.

Kedua, flexibility dan speed. Anda harus cepat merespons kegagalan langkah awal transformasi dan dengan fleksibel beralih ke langkah alternatif lain. Begitu melihat bahwa kekuatan visi mandul dalam menggerakkan roda transformasi, Anda harus cepat beralih ke alternatif lain sehingga tak kehilangan momentum awal transfromasi yang sangat penting ini.

Terakhir, short-term win. Artinya, manfaatkan sekecil apa pun hasil yang Anda peroleh (sebut saja: kemenangan-kemenangan kecil) di fase awal ini untuk membangun energi dalam menggulirkan roda transformasi lebih lanjut.

Diharapkan setelah ketiga proses bergulir layaknya bola salju dapat menciptakan pemimpin-pemimpin yang memiliki kharismatik dalam menyikapi transformasi yang sedang terjadi.

Wicaksana, 2007



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga