Langsung ke konten utama

Pemimpin Tingkat Lima




Review yang luar biasa dari Bapak Heriyanto Notoseputro yang mencoba mengulas mengenai karakteristik orang sukses. Review ini saya ambilkan dari Milist psi-ext-ui.

Saya baru baca kisah sukses satu perusahaan, dari bacaan itu executive summarynya sbb:

1. Analis mengatakan bahwa 'people'di satu perusahaan itu yang menentukan perusahaan itu bisa sukses bersaing dengan kompetitornya atau tidak. Tes personality meranking petensial employee, dan hanya 4% dari 90000 pelamar dihire...kemudian di train melalui 'rigorous/precise people skills courses, ini salah satu bukti bahwa betapa penting "people" yang bisa bergabung di perusahaan itu. Motonya, recruit for attitude train for skill.

2. Chairman dari satu perusahaan harus imaginative, merangkul mitra kerja dan chairman ini harus orang yang witty n amusing. Dia harus punya jiwa yang bebas dan suka bicara dengan para karyawan tentang bagaimana memecahkan masalah perusahaan. Dia dikenal bahkan oleh karyawan terendah sekalipun, chairmain semacam ini suka di kantor sampai melebihi jam kantor bahkan mungkin sampai larut malam membicarakan apa yang menjadi masalah perusahaan. Dia bisa bercanda dengan baik koleganya maupun para karyawan. Dia selalu menyemangati dengan sikap yang menyenangi pekerjaan dan membantu para pelanggannya dengan berbagai cara yang benar. Para karyawanpun mengaku dekat dengan para pimpinan mereka dan bekerja keras agar perusahaan bersaing dalam menyenangkan pelanggan.

3. Budaya perusahaannya "we care about you". Budaya yang mampu menjadi sarana mendorong keuntungan perusahaan dan job security.

4. "kekeluargaan" adalah budaya yang lainnya, yang mampu mendorong para karyawan menjadi loyal dan merasa dirumah sendiri, bertanggung jawab pada diri sendiri dan perusahaan adalah reputasi yang bisa membantu menarik klien dan staff baru.

5. "We care about you" dan "kekeluargaan" adalah budaya yang memungkinkan pertumbuhan dan menghadirkan muka-muka karyawan yang sumringah dan antusias yang membuat pekerjaan apapun menjadi ringan dan membuat para klien percaya pada reputasi perusahaan.

6. Satu strategi yang memberikan pelanan excellent akan sulit dicapai tanpa strategi memiliki sumberdaya yang berkualitas.

7. Perusahaan harus mengakui, menyadari pentingnya sumberdaya sebagai human capital, yang memerlukan investasi dalam meyakinkan kualitas rekruitmen, pelatihan, kompensasi, motivasi dan hubungan antar karyawan

8. Strategi sumberdaya manusia dalam perusahaan dan aplikasinya memberikan kontribusi dalam setiap kesuksesan. Perusahaan tidak bisa hanya sekedar ingin memberikan pelayanan yang kompetitif tanpa sumberdaya yang berkualitas dan bagaimana mengelola sumberdaya manusi dengan benar. Efisiensi, profesional, humor, dan pelayanan berkualitas adalah karakter para karyawan dan para pimpinan perusahaan merupakan kunci kesuksesan. Strategi perusahaan harus merefleksikan usaha para pimpinan perusahaan yang sukses meramu semua karakter ini.

Sedangkan menurut Collins ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang handal, yang dikenal dengan Pemimpin Tingkat Lima. 

”Baik” adalah musuh dari ”Hebat”. Demikian yang dituliskan Jim Collins dalam bukunya Good to Great. Menurut Collins banyak orang sudah merasa puas dengan melakukan sesuatu yang baik, sehingga mereka berhenti berusaha untuk menjadi lebih baik, untuk akhirnya menjadi yang terbaik (hebat).

Tapi, tidak demikian dengan ”Pemimpin Tingkat Lima”. Mereka tidak berhenti berjuang untuk melakukan yang terbaik yang bisa mereka kerjakan, dan mereka tak akan berhenti untuk senantiasa berjuang untuk menghasilkan sesuatu yang paling baik (hebat). Siapa pemimpin tingkat lima yang dimaksud oleh Jim Collins? Apa yang mereka lakukan? Inilah yang akan dibahas lebih lanjut.

Siapa Pemimpin Tingkat Lima Tersebut ?

Penelitian yang dilakukan Jim Collins dan timnya menunjukkan bahwa perusahaan yang dapat bertahan di posisi puncak untuk waktu yang lama (sekitar 15 tahun atau lebih), yaitu perusahaan yang berhasil melebihi prestasi pasar di industri yang ditekuni, umumnya dinakodai oleh para pemimpin tingkat lima, dengan karakteristik sebagai berikut.

Rendah hati. Jika pemimpin ”biasa” akan berusaha menarik perhatian dunia pada prestasi yang dilakukannya, dan berfokus pada diri sendiri, maka pemimpin tingkat lima melakukan yang sebaliknya. Mereka melakukan yang terbaik untuk banyak orang tanpa banyak bicara. Sedapat mungkin, mereka cenderung mengalihkan topik pembicaraan dari prestasi mereka kepada prestasi dan dukungan orang-orang di sekitar mereka. Mereka mengatakan bahwa orang-orang sekitar merekalah yang berperan lebih penting dalam meraih keberhasilan, seperti yang juga dilakukan oleh Sam Walton, CEO dari Walmart. Kerendahan hatinya membuat Smith disayangi dan dihormati oleh karyawan, keluarga dan masyarakat.

Sederhana. Para pemimpin tingkat lima memilih untuk hidup sederhana yang berkecukupan (tak berlebihan). Mereka juga tidak menuntut untuk diperlakukan secara istimewa oleh orang-orang di sekitar mereka. Ken Iverson, CEO dari Nucor, tetap tinggal di rumahnya yang sudah ditinggalinya bersama keluarganya selama bertahun-tahun, ia juga hanya memiliki satu garasi, sesuai dengan kebutuhan keluarganya. Colman Mockler, CEO dari Gillette, lebih sering menghabiskan liburannya di perternakannya di luar kota dari pada berkeliling dunia. Pada saat bersantai di rumah, ia juga lebih suka memakai pakaian seperti orang kebanyakan, yang dibeli di pasar swalayan, atau toko rakyat.

Keyakinan kuat. Seorang pemimpin tingkat lima cenderung memiliki keyakinan untuk berhasil. Keyakinan kuat ini memompakan energi dan semangat luar biasa untuk berjuang meraih keberhasilan yang diyakininya tersebut. Masalah, hambatan, kesulitan, bahkan krisis ekonomi sekalipun tidak bisa mematahkan semangatnya untuk meraih keberhasilan. Panglima besar Sudirman merupakan salah satu contoh pemimpin tingkat lima dari Indonesia. Keyakinan kuat untuk mengusir penjajah, telah memompakan semangat tinggi bagi sang panglima untuk terus berjuang, walaupun sakit menyerang dan perang menghadang. Demikian juga dengan Abraham Lincoln, yang berkeyakinan bahwa manusia, siapa pun mereka memiliki derajat yang sama. Keyakinannya ini terus dipegang teguh, walaupun harus berhadapan dengan musuh dalam selimut, dan perang saudara. Akhirnya, keyakinan kedua pemimpin besar ini membawa mereka dan para pendukung, bahkan seluruh bangsa untuk menikmati kemenangan luar biasa.

Ambisi melakukan yang terbaik. Pemimpin tingkat lima selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Terbaik di sini tentu saja bukan terbaik untuk dirinya sendiri, melainkan terbaik untuk banyak orang. Mary Kay Ash, ratu kosmetika dari Amerika Serikat tidak pernah puas untuk selalu melakukan yang terbaik dan mempersembahkan yang terbaik. Ketika masih menjadi pegawai di perusahaan lain pun, ia tidak menyerah pada kualitas pekerjaan rata-rata. Ia tidak akan berhenti, sebelum ia berhasil mempersembahkan karyanya yang terbaik. Sebagai seorang pemimpin perusahaan, Mary memberi teladan bagi para karyawannya untuk melayani pelanggan dengan kualitas produk dan layanan yang terbaik. Api ambisi untuk melakukan yang terbaik senantiasa dipelihara baik dalam dirinya sendiri, maupun dalam perusahaan agar tidak padam. Para pemimpin tingkat lima percaya bahwa keinginan kuat untuk selalu melakukan yang terbaik akan membuahkan inovasi dan perubahan positif.

Tegas dalam bertindak. Ketika seorang pemimpin tingkat lima telah memiliki keyakinan untuk berhasil, mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan bertindak untuk bergerak ke arah keberhasilan. Dalam bertindak, mereka tidak segan-segan untuk bertindak tegas, jika memang itu yang diperlukan untuk menyingkirkan akar permasalahan yang mengganggu perjalanan membawa para pendukung menuju sukses. David E. Smith, CEO dari Kimberly and Clark yang awalnya adalah perusahaan penghasil kertas berlapis untuk konsumsi perusahaan lain, berani mengambil keputusan yang sulit: menjual pabrik penghasil kertas berlapis yang menjadi inti bisnis Kimberly and Clark pada waktu itu, karena dianggap tidak memiliki potensi sukses di masa depan (walaupun pada saat itu, merupakan penghasil pendapatan utama bagi perusahaan. Ia membawa perusahaan untuk memfokuskan pada usaha memproduksi barang-barang konsumen dari kertas (seperti Klenex, dan popok bayi), yang dianggap memiliki potensi besar untuk meraih sukses masa depan. Keputusannya yang dicela habis-habisan oleh banya pihak, ternyata terbukti merupakan keputusan yang benar. Saat ini, Kimberly and Clark berhasil mengungguli para pesaingnya di lebih dari 50% produk barang-barang konsumen dari kertas.

Menabur untuk masa depan. Sebuah perusahaan bisa saja menjadi perusahaan terkemuka di satu saat di bawah pimpinan seorang CEO tertentu. Tetapi setelah sang CEO tidak lagi berkarya di sana, maka jatuhlah perusahaan tersebut. Pemimpin tingkat lima, tidak memikirkan keberhasilan sesaat, tetapi keberhasilan yang berkesinambungan. Semua keputusan yang diambil, selalu berorientasi pada keberhasilan yang berkesinambungan, sampai ke masa depan. Untuk itu, mereka tidak egois untuk menyimpan sendiri seluruh kepandaian, pengalaman dan keterampilan yang mereka miliki. Sejak mereka masih menjabat sebagai pemimpin, mereka telah menyiapkan calon-calon pemimpin masa depan, sebagai generasi penerusnya. David Maxwell, CEO dari Fannie Mae, sejak ia masih menjabat, telah mempersiapkan calon pemimpin berikutnya untuk mempertahankan keberhasilan yang telah diraih perusahaan di bawah pimpinannya. Tidak heran jika perusahaan ini merupakan perusahaan yang senantiasa membukukan sukses, walaupun pemimpin sudah berganti. Demikian pula dengan Mahatir Muhammad, mantan Perdana Menteri negara tetangga kita, Malaysia, yang telah menyiapkan dan membimbing calon pemimpin baru sebelum ia turun dari jabatannya.

Apakah SOBAT sekalian telah memiliki karakteristik tersebut dengan meraihnya sungguh? Jangan Pernah Berhenti untuk menghasilakan pribadi yang TERBAIK.

Wicaksana, 2008





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga