Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan Allah SWT. Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa'ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. "Kenapa tanganmu?," tanya Rasul kepada Sa'ad. "Wahai Rasulullah," jawab Sa'ad, "Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku". Seketika itu beliau mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya seraya berkata, "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka". Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, andaikata bekerj

organizational learning

Toward learning organization View more webinars from Seta Wicaksana . Organisasi pada dasarnya seperti mahluk hidup yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh kemampuannya utk beradapatasi dengan lingkungan. Perubahan lingkungan strategik organisasi yang sangat cepat dalam berbagai dimensi, seperti teknologi, sosial, ekonomi, perundangan , globalisasi, dll. menuntut organisasi untuk mampu beradaptasi pada perubahan itu. Apabila organisasi terlambat utk berubah maka sangat besar kemungkinan organisasi akan mundur kinerjanya bahkan, dapat punah. Oleh karena itu suatu hal yang harus dilakukan oleh organisasi untuk tetap bertahan dan bekembang ialah apabila dia mempelajari perubahan lingkungan strategik dan segera beradaptasi pada perubahan itu. Dimensi organisasi Pembelajar Beberapa dimensi perlu ada untuk menjadikan organisasi dapat terus bertahan. Organisasi seperti ini dinamakan organisasi pembelajar, karena dimensi-dimensi ini akan memungkinkan organisasi untuk b

Strategic Change and Learning Organization

Tantangan Perubahan Strategis Dalam dunia yang selalu berubah, satu – satunya yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Dewasa ini para manajer menghadapi tekanan dan peluang yang makin kompleks sekaligus menantang. Meraka harus efisien menggunakan semua sumber daya dan pada saat yang bersamaan harus harus menemukan cara – cara efektif untuk jangka panjang. Efektifitas membutuhkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah – ubah. Tugas merencanakan, mengimplementasikan dan mengelola perubahan akan tetap menjadi salah satu tantangan utama para manajer, baik sektor publik maupun swasta.. Di sektor manufaktur, perbankan, pendidikan dan layanan kesehatan, perubahan adalah suatu norma. Sengitnya persaingan, privatisasi dan deregulasi di berbagai sektor bisnis dan industri, telah mendorong perusahaan untuk mengembangkan para karyawan, kesadaran komersial dan kepedulian pada mutu. Manajer sekarang lebih peduli pada nilai uang, pengembangan, peluncuran dan

learning organization dalam peningkatan kompetensi

Membahas mengenai masalah ketenagakerjaan, kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan penyediaan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang bermutu belumlah maksimal. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Waspada, 2002) bahwa pekerja Indonesia sangat memprihatinkan kualitasnya karena menempati posisi terendah dari 12 negara ASEAN. Kemudian data UNDP dari PBB juga menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia juga menduduki posisi terendah. Dengan kondisi ini wajar jika riset yang dilakukan oleh PERC (Kompas, 2003) mengatakan bahwa kualitas tenaga kerja Indonesia sejajar dengan negara-negara Afrika, atau dengan kata lain menduduki posisi 95 dari 110 negara yang disurvey. Fakta ini membuat pakar ekonomi menyatakan pesimis akan kemampuan dunia usaha Indonesia memasuki pasar bebas dan pasar global. Padahal Indonesia telah ikut meratifikasi perjanjian perdagangan bebas baik untuk kawasan regional AFTA maupun yang berskala internasional seperti APEC dan GATT yan

"A Hero in Us"

Mungkin seringkali kita menonton film-film heroik yang diwarnai peperangan dahsyat. Seperti Saving Private Ryans, Pearl Harbour, atau yang paling mengesankan dari segi film adalah Rambo. Namun perwatakan yang paling mengesankan bagi saya adalah film-film yang dibintangi Mel Gipson. Asyik banget menonton film-film perjuangan. Saya sampai bisa ikut merasakan, betapa gigih dan dahsyatnya perjuangan mereka membela negara. Segala daya upaya dikerahkan sepenuhnya untuk melawan musuh baik tenaga, kecerdasan, strategi dan modal kekuatan persenjataan agar menang dalam peperangan. Resiko terberat pun dihadapi dengan jantan. Ada yang hancur kakinya, pecah kepalanya, atau tak berbentuk lagi tubuhnya karena terkena dahsyatnya ledakan granat dan mesiu. Ada pula yang terkoyak dagingnya, berlobang dada, perut atau dahinya karena tertembus ganasnya desingan pelur u, atau terkelupas kulit sekujur tubuhnya karena kobaran api peperangan. Tak terbayangkan, bagaimana heroiknya lagi jika kita bisa

Renungan Jumat : Engaged Religion

Engaged Religion marak di tahun 1975 ketika kaum Jesuit mengumumkan kepada publik untuk komitmen dalam memperbaiki keadaan sosial masyarakat dan mewujudkan Keadilan Sosial dalam masyarakat (baca: kesalehan sosial) dan tidak hanya mengurusi peribadatan dan dakwah agama (baca: kesalehan pribadi). Sebenarnya jauh sebelum 1975, kaum Jesuit sudah terlibat dalam kegiatan transformasi sosial masyarakat dunia namun secara organisatoris komitmen tersebut baru diumumkan oleh Vatican secara resmi kepada dunia pada tahun 1975. Dalam organisasi keagamaan Buddha, juga dikenal istilah Engaged Buddhisme, yaitu ketika para Biksu tak hanya berhenti pada kehidupan meditasi dan mengejar kehidupan ruhani (kesalehan pribadi) tapi juga secara pro aktif terjun dalam masyarakat untuk memperbaiki keadaan sosial masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan alam. Dalam Islam sendiri kesalehan pribadi dan kesalehan sosial tak terpisahkan. Itu dapat kita temukan dalam banyak ayat Al-Qur'an yang pe

Kopi dan Cangkir

Sekelompok alumni sebuah universitas mengadakan reuni di rumah salah seorang professor favorit mereka yang dianggap paling bijak dan layak didengarkan. Satu jam pertama, seperti umumnya diskusi di acara reuni, diisi dengan menceritakan (baca : membanggakan) prestasi di tempat kerja masing-masing. Adu prestasi, adu posisi dan adu gengsi, tentunya pada akhirnya bermuara pada $ yang mereka punya dan kelola, mewarnai acara kangen-kangenan ini. Jam kedua mulai muncul guratan dahi yang menampilkan keadaan sebenarnya. Hampir semua yang hadir sedang stres karena sebenarnya pekerjaan, prestasi, kondisi ekonomi, keluarga dan situasi hati mereka tak secerah apa yang mereka miliki dan duduki. Bahwa dolar mengalir deras, adalah sebuah fakta yang terlihat dengan jelas dari mobil yang mereka kendarai serta merk baju dan jam tangan yang mereka pakai. Namun di lain pihak, mereka sebenarnya sedang dirundung masalah berat, yakni kehilangan makna hidup. Di satu sisi mereka sukses meraih kekayaan,