Z akaria ‘alaihis salam gelisah di tahun-tahun terakhir hidupnya. Ia mulai merasakan tulang-tulangnya mulai melemah dan rapuh. Rambutnya yang putih mengkilat laksana perak itu seperti memberinya isyarat bahwa waktu kembalinya telah semakin dekat. Setiap kali ia mengamati orang-orang didekatnya, istrinya yang sangat dicintainya, keluarga kerabatnya yang sangat dikasihinya, pikiran dan hatinya terusik.Tulangnya yang rapuh dan rambutnya yang putih itu, seakan berbisik :” Wahai Zakaria, mereka semua akan kau tinggalkan, seperti halnya kau juga akan meninggalkan dunia ini tidak lama lagi. Betapapun besar cinta kasih sayangmu pada mereka, betapa besar keinginanmu untuk tetap bisa bersama mereka, tidak akan menghalangi apa yang telah menjadi ketetapan Allah swt”. Bisikan itu melipat-gandakan kecemasannya. Dalam perenungannya, bertubi-tubi pertanyaan muncul mengerubutinya. Kekasih dan kecintaannya membayang dipelupuk matanya yang basah berkunang-kunang. Pikirnya :”Adakah mere
"Sumbangan kecil bagi perkembangan diri dalam menuju kebangkitan bangsa"