Di sebuah kerajaan yang makmur di suatu negeri yang indah, hiduplah rakyat dan keluarga kerajaan dalam suasana yang damai dan tenang. Namun ada hal yang mengganjal bagi rakyat dan juga raja. Sang putera mahkota satu-satunya, Pangeran Albert, memiliki sifat dan temperamen yang berbeda dengan sang ayah. Sifat manja dan malas-malasan sudah menjadi tabiatnya. Hidup dan dibesarkan dengan segala kemewahan telah membuat dirinya merasa tak perlu lagi belajar dan mengenal rakyatnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, sang raja semakin gusar. Usianya yang telah bertambah tua membuatnya berpikir bagaimana nasib kerajaan ini apabila diperintah oleh anaknya yang manja. Tentu kekacauan akan terjadi dimana-mana. Di tengah kegalauan itu, datanglah ide untuk “menyekolahkan” pangeran kepada seseorang sahabat karibnya yang bijak. Segeralah sang raja menulis surat dan mengirimnya dengan kurir kerajaan yang khusus agar segera sampai ke tangan sang sahabat yang bijak ini.
Tak lama kemudian, sang sahabat telah menerima surat ini dan segera membuat sebuah rencana. Sang raja yang mendengar rencana sahabatnya dari kurir kerajaan ini pun setuju untuk melakukan scenario yang telah ditugaskan. Ketika makan malam tiba, sang raja seperti biasa berkumpul dengan para anggota kerajaan untuk makan malam bersama. Makanan sang pangeran dicampur dengan obat tidur yang sangat kuat namun tidak berbahaya. Tak lama setelah melahap makanan sang pangeran pun tertidur pulas.
Raja memerintahkan sang kurir agar segera membawa sang pangeran ke rumah sahabatnya. Pagi pun datang. “ Yah….mana makananku? Mana susu manisku, kok belum ada?” teriak sang pangeran dengan mata terpejam. Lama tak terdengar jawaban, dia pun mulai membalikkan badan dan terperanjat kaget.
“Dimana aku sekarang?” sambil melihat sekeliling ruangan yang terbuat dari kayu. “ Oh sudah bangun kau rupanya!” jawab seorang laki-laki sambil bekerja di ladang samping rumahnya. “ Siapa kau, aku tidak mengenalmu dan dimana aku sekarang?” tanyanya. “ Aku ini ayahmu nak, mengapa kamu bertanya seperti itu dan tentu saja kamu sekarang berada di rumah!”.
“ Jangan bohong padaku, aku ini putera mahkota dan seorang pangeran, mana mungkin hal itu terjadi?” tanpa banyak bicara sang ayah menunjukkan memoriam lukisan kenangan mereka ketika masih kecil hingga sekarang lengkap dengan rumah dan ladang. Setelah diamatinya lukisan itu, dia akhirnya pun percaya.Di tempat yang baru, sang putera mahkota pun belajar hidup sederhana dan serba berkecukupan. Kebiasaan dahulu yang sering bangun setelah matahari bersinar, kini berubah drastis. Setiap pagi dengan giat dia pergi ke ladang untuk mencangkul sawahnya dan apabila tiba musim panen dia pun giat untuk memanen tanamannya dan dijual ke pasar.
Perubahan yang ditunjukkan pangeran selama setahun itu membuat sang sahabat karib memutuskan untuk mengembalikannya ke paduka raja. Segeralah ia menulis surat untuk kepada raja untuk mengembalikan sang pangeran karena telah usai menjalankan “misi” perubahan dirinya. Setelah makan malam, seperti biasa pangeran langsung tidur pulas karena besok ia “berpikir” masih harus bangun pagi menjual hasil panen ladangnya ke pasar. Hari masih subuh dan ia pun sudah bangun tapi betapa kagetnya ia melihat dirinya berada di sebuah ruangan istana yang megah dengan ukiran yang indah dan bau bunga yang semerbak. Ia bertanya lagi “ istana indah siapa ini dan mengapa aku berada disini?”
Sang raja yang telah mengetahui kebiasaan sang pangeran pun masuk ke ruangannya dan menyapa “ Selamat pagi anakku! Susu manismu sedang disiapkan oleh para pembantu kerajaan dan ini makan pagi yang kau sukai!” ia pun terdiam memandang sosok pria yang sebenarnya sudah tak asing lagi baginya namun pikirannya masih bingung dengan perubahan yang terjadi. Sang raja menunjukkan padanya foto keluarga saat dia masih kecil dan kenangan ketika mereka berburu bersama di hutan. Lambat laun sang pangeran mulai percaya dengan kondisinya saat ini dan tidak lagi bingung dengan pikirannya sendiri. Kebiasaanya bangun pagi, bekerja keras dan membantu mengatur pemerintahan telah membuat seluruh keluarga kerajaan bahagia dengan perubahan ini. Sang raja pun semakin mantap untuak menyerahkan tahta kerajaan ini suatu saat kepadanya.
Suatu ketika sang pangeran meneliti keuangan kerajaan dan ia menemukan salah satu pembiayaan berjudul “ ongkos perubahan pangeran Albert”.
SOBAT, kerajaan di atas bisa kita ibaratkan sebagai diri kita dan sang pangeran sebagai sifat buruk kita, sang raja sebagai pikiran baik kita dan sang sahabat karib sebagai guru pembimbing. Setiap perubahan perlu sebuah “ BIAYA “. Tidak ada yang instan di dunia ini. Pengorbanan demi pengorbanan yang kita lakukan untuk merubah “ Sang Pangeran “ dalam diri kita memang tidak mudah dan butuh waktu. Namun percayalah akan ada akhir yang bahagia bagi mereka yang konsisten melakukan perubahan diri mereka sendiri.
Komentar