Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi. Rakyat hidup menderita, kemiskinan terlihat dengan jelas di depan mata. Anak-anak dengan pakaian kumal dan tatapan kosong penuh harap adalah hal yang biasa. Tak ayal tatapan sebelah mata sebagai bangsa miskin, bangsa bodoh, manusia kelas dua, tidak pernah tahu harus bertindak apa dan tidak bermartabat, selalu menghiasi bangsa dunia saat melihat bangsa kita. Berharap pada Pemerintah ( Belanda ) menolong dari garis batas kewajaran, jelas hanya sebuah harapan kosong. Berharap pada para pejabat pangreh praja, sama kosongnya. Pemerintah (Belanda) yang datang sebagai pedagang telah memberikan target pencapaian yang luar biasa untuk memenuhi catatan pundi-pundi kekayaan negara. Para pangreh praja adalah tumpuan terbaik tercapainya target tersebut. Pangreh Praja kita, janganlah berfikir tentang nasib rakyat, apa yang ada di kepala mereka adalah bagaimana bertahan dengan jabatan, dengan berkhitmat sebaik-baiknya pada Pemerintah (Belanda). Adalah se
"Sumbangan kecil bagi perkembangan diri dalam menuju kebangkitan bangsa"