Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

Keajaiban dalam ‘MEMBERI’

Allahu Akbar…Allahu Akbar Wa lilla Ilham…gema takbir berkumandang. Pagi hari nan cerah namun tidak terik terasa dan balutan embun pagi yang membasahi rerumputan. Seruan takbir menghantarkan hari Iedul Adha. Semarak dan hikmat. Seperti pemandangan yang sangat lazim, sebagian besar diwarnai banyaknya kambing dan sapi di pinggiran jalan. Yah..iedul Adha merupakan lebaran haji, bagi yang memiliki rezeki dapat melakukan kurban berupa kambing dan atau sapi. Kurban atau berkurban, hal ini dikisahkan dari nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Dimana Nabi Ibrahim A.S. mendapatkan perintah untuk mengkurbankan anaknya sendiri. Betapa berat dan sedih, dimana anak kesayangannya yang saat ini ada melalui penantian dan pengorbanan yang panjang. Perintah Allah adalah Perintah. Ketika perintah tersebut dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim A.S., tiba-tiba Ismail yang hendak dikurban digantikan dengan kambing. Luar Biasa !! sejak itu, dimulailah berkurban pada saat hari raya Iedul Adha. Jika kita diposisi Nabi Ib

Kenapa Psikologi ?

“Dunia” kita dinamakan psikologi sebagai penghormatan pada tokoh mitologi Yunani, Psyche, yang berarti jiwa dalam bahasa Yunani dan Latin. Psyche adalah putri bungsu seorang maharaja. Kecantikan lahir batinnya membuat banyak manusia dari segenap penjuru dunia rela menempuh perjalanan panjang sekedar untuk mencuri pandang dan mengaguminya. Venus selaku dewi kecantikan pun iri padanya karena pemujian manusia terhadap Psyche melalaikan mereka dari pemujaan terhadap Venus. Venus kemudian meminta anaknya, Cupid sang dewa cinta, untuk membuat Psyche terjatuh cintanya pada mahluk paling menjijikkan di dunia. Cupid pun merekayasa orang tua Psyche untuk meninggalkan Psyche di sebuah puncak bukit dimana ia akan ditunangkan dengan seekor ular buruk rupa lagi keji tak tak terperi. Psyche meratapi nasibnya namun pasrah pada takdir karena meskipun ia cantik namun saat itu tak satupun manusia yang jatuh cinta padanya dan tampaknya hanya ular itulah yang bersedia berbagi hidup dengannya. Karena kesib

Sekali Lagi Tentang Kegagalan

  Ditulisan sebulumnya telah dituliskan mengenai kegagalan dan menyikapinya. Disini akan saya uraikan pandangan yang mengatakan "gagal itu penting". Dengan berbagai contoh nyata, saya berusaha mengajak anda untuk menyikapi kegagalan secara lebih 'proporsional' dalam arti tidak melulu bermakna negatif. Sebaliknya kegagalan justru bermakna sangat positif jika dipahami dengan menggunakan akal dan nurani yang sehat. Kegagalan menjadi sesuatu yang benar-benar penting dan kita perlukan jika kita dapat memahami hal-hal berikut : *. Pertama, kita belum gagal, kecuali bila kita memutuskan untuk berhenti berusaha (Contoh: Colonel Sanders, Werner von Braun, dan Zainal Arifin). *. Kedua, kita belum gagal jika masih ada hari esok yang memungkinkan kita untuk mencoba lagi (Contoh : Kuntoro Mangkusubroto, Cacuk Sudarijanto, William Soeryadjaya, A.H. Nasution, dan Goenawan Muhammad). *. Ketiga, kita belum gagal jika kita menerima kebelumberhasilan sebagai umpan balik (feedback) untuk

Bertanggung Jawab dengan Perbuatan

Sobat2ku, Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan kerusakan. Memang ada kengganan untuk mengakseptasi kalimat2 dibawah ini - karena hampir atau sebagian besar dimulai dengan kata ”Jangan...”. Karena kata ”jangan,,” berkonotasi membatasi ruang gerak atau menakut-nakuti dengan ”dosa” akibat melanggar ”jangan...” tersebut. Saya - pribadi – menganggap mungkin atau barangkali itu yang membuat kita-kita membiasakan diri melanggar. Dan saya pikir kalau saja kita menggunakan prinsip "appreciative inquiry" mungkin akan lebih baik - terutama bilamana kita simak apa konsekuensi, resiko dan pertanggung- jawaban yang harus dihadapi sebelum berbuat. Untuk itu mungkin sebaiknya kita mengubah kalimat ini menjadi sesuatu yang positif sehingga kitapun menghayatinya secara positif, siapa tahu sikap (attitude) dan perilaku (behavior) kita menjadi jauh lebih positif. Semoga Tip ini bermanfaat bagi kita semua. Amin! Joni (Boleh mulung dari t

Keutamaan Mendengar Bagi Seorang Pemimpin

Adalah Raja Zhao yang memerintah sebuah kerajaan di abad ketiga, mengirim putranya pangeran Chao Chan yang telah beranjak dewasa ke sebuah kuil dimana seorang guru besar Pan Ku berada. Chao Chan akan dididik menjadi seorang pemimpin agar kelak siap menggantikan ayahnya sebagai raja. Sehari setelah tiba di kuil, Chao Chan merasa aneh karena Pan Ku justru mengajak Chao Chan masuk kedalam hutan lalu meninggalkannya seorang diri di sebuah rumah yang telah disediakan baginya ditengah hutan itu. "Tinggallah disini dan belajarlah pada alam, satu bulan lagi aku akan datang menjemputmu" demikian kata Pan Ku. Satu bulan kemudian Pan Ku datang menjenguk sang pangeran di dalam hutan dan bertanya: "Katakanlah, selama sebulan di hutan ini suara apa saja yang sudah kau dengar?" "Guru," jawab pangeran, "Saya telah mendengar suara kokok ayam hutan, jangkrik mengerik, lebah mendengung, burung berkicau, serigala melolong…." dan masih banyak suara-suara lainnya yang

Ingin Berubah atau Ditinggalkan ??

Ini merupakan tulisan rekan Saya, bagaimana seorang pemimpin harus berubah atau ditinggalkan..., Selamat Membaca Saya baru saja menyaksikan film yang berjudul The Queen karya sutradara Stephen Frears. Inti dari cerita film ini yang memasang tagline “Tradisi mempersiapkan sang ratu tapi perubahanlah yang mendefinisikannya”. Kita boleh mengingat saat itu pada tahun 1997 keluarga kerajaan Inggris diguncang oleh peristiwa meninggalnya Putri Diana dalam kecelakaan mobil di Paris. Perubahan yang secara tiba-tiba dan tidak sedap ini menjadi ujian berat bagi Ratu Elizabeth II. Seluruh rakyat Inggris ketika itu menginginkan agar kerajaan mengeluarkan pernyataan publik bela saungkawa dan memakamkan “the people princess” dengan upacara kerajaan, bahkan bendera istana Buckingham agar diturunkan menjadi setengah tiang padahal pada saat peristiwa itu terjadi Putri Diana sudah bukan anggota kerajaan lagi setelah bercerai dari Pangeran Charles. Reaksi pertama Ratu saat itu adalah mengungsikan keluarga

Pay It Forward

Semalam lihat film, Pay It Forward. Agak telat sih.. Kisahnya tentang anak yang sedang mengerjakan tugas proyek pelajaran sosial, bernama Trevor. Tugas itu diberikan oleh gurunya bernama Mr. Simonet, tugasnya adalah membuat dan melaksanakan ide untuk mengubah dunia yang harus diujicobakan langsung. Trevor memiliki ide, jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang di sekitarnya, kemudian setiap tiga orang tadi berbuat kebaikan kepada masing-masing tiga orang (mirip MLM), maka lama kelamaan dunia ini akan dipenuhi orang-orang baik. Tugas proyek ini dia sebut “Pay It Forward”. Filmnya sendiri sebenarnya tidak linier, tapi berawal dari dua sisi, satu sisi tentang Trevor dan sisi lain seorang wartawan dan berujung di satu titik yaitu Trevor ini. Proyeknya ini dimulai dengan tiga orang mamanya sendiri, seorang gembel, serta seorang temannya yang selalu dianiaya anak nakal. Mamanya adalah single parent, Trevor mencoba membantu mamanya menemukan pasangan, yaitu guru kelas sosialnya sendiri, M

Hadapilah Kegagalan

Tanpa terasa, kita akan segera melewati tahun 2008. Pastinya banyak hal suka dan duka menghampiri tahun ini. Ucap syukur merupakan satu hal yang kita lakukan saat ini. Hari berganti hari, Hadiah demi hadiah menjadi sejarah dan bagaimana kita menyikapi segala yang kita lewati dengan penuh bijak untuk menanamkan benih baru dalam harapan kita di masa yang akan datang. Pada saat ini, saya ingin berbagi mengenai sikap kita dalam menghadapi berbagai kegagalan, baik dalam belajar, bekerja, dan kehidupan. Saya pernah membaca sebuah buku mengenai “keberanian untuk gagal” – “Dare to Fail”. Buku ini tidak tebal, buku ini terlihat biasa saja, namun saya memilikinya dengan penuh kebanggaan. Buku itu dihadiahkan oleh civitas akademika dimana saya dulunya berada. Bangga dan haru. Bangga disini bukan berarti saya arogan, atau tinggi hati. Bangga adalah ungkapan kebahagiaan yang tak terkira bahwa buku tersebut merupakan pintu gerbang saya untuk masuk dalam dunia professional sebagai trainer dan wirausa

Hidup Adalah Pilihan

Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku." Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang. Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman."

Remunerasi ala Pancasila

Jika kita mengingat “Pancasila” pasti kita akan teringat pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang di bagian bawah bukunya ada tulisan kurikulum 1984 yang dikeluarkan oleh Balai Pustaka (bp). Saat masuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapatkan penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), dari SMP sampai Mahasiswa. Namun saya bertanya kepada diri saya sendiri, kemana hilangnya ingatan mengenai “Pancasila” dalam pikiran saya. Baru akhir-akhir ini, terbersit pertanyaan “apakah bangsa Indonesia memiliki kompetensi ? Atau nilai-nilai kebangsaan ?” setelah direnungkan baik-baik, ternyata apa yang menjadi pertanyaan saya tersebut, jawabannya telah saya pelajari selama ini. Jawaban ini malah menimbulkan pertanyaan lagi, “kenapa selama ini saya koq tidak memahami apa yang saya pelajari selama ini? “ lewat begitu saja dan tidak berarti apa-apa. Bersamaan hal tersebut, seorang rekan bertanya mengenai remunerasi system. Tiba-tiba ada keinginan saya untuk menulis

Kreasi Besar Dari Tidak Efektif

  Satu hal yang pasti, bahwa rahasia orang biasa bisa menjadi hebat adalah dengan cara bekerjasama, menciptakan sinergi melalui kreativitas tinggi. Jika sebagai individu anda tidak kreatif, jangan khawatir. Dengan bekerjasama, kumpulan individu yang tidak kreatif sekalipun bisa menghasilkan kreasi besar dari ketidak-kreatifan itu sendiri. Anda tidak percaya? Saya punya banyak contoh tentang hal itu. Suatu saat, sebuah kelompok yang terdiri dari 11 orang terpaksa harus mengarungi laut untuk mengambil suatu benda yang diperlukan untuk tugas utama yang lain. Mereka hanya memiliki seutas tali yang tidak cukup panjang unuk menjangkau benda yg cukup jauh jaraknya dari tepi pantai. Sayangnya, 10 dari 11 anggota kelompok itu tidak bisa berenang sama sekali, padahal benda itu mutlak diperlukan sementara mereka pun harus bersaing dengan kelompok lain yang justru sebagian besar angotanya dapat berenang dengan baik. Dengan modal seerti itu mereka tentu bakal kalah, kecuali kalau mereka sangat krea

Muda Berkarya, Tua Bahagia

“Menjadi tua adalah pasti namun menjadi dewasa merupakan pilihan”, melanjutkan tulisan terdahulu, dewasa merupakan sebuah karakter dan juga merupakan pilihan. Jika berbcara hukum alam, merupakan sebuah rumusan wajib manusia lambat laun akan menjadi tua. Bagaiamana menyikapi perjalanan menuju tua dengan lebih bijak dan mengembangkan karakter dewasa. Masa tua merupakan masa penentu kebahagiaan seseorang. Jika dia dalam masa tuanya sudah tidak lagi memikul berbagai beban dan problematika hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang membahagiakan. Karena masa tua merupakan masa di mana seseorang sudah mulai mengurangi berbagai aktivitas hidup disebabkan menurunnya produktivitas dan kemampuan. Masa tua merupakan masa bagi seseorang menuai hasil kerja payahnya di masa muda. Jika seseorang sudah renta namun harus menanggung berbagai persoalan hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang tidak membahagiakan. Di dalam kondisi yang sudah tidak mampu banyak berbuat, dia justru dituntut haru

Kata-kata adalah Mantra

Dalam bukunya “De grondsla-gen van Uw Succes”, WJ Brown menulis, “Kehidupan batin manusia ibarat gunung es: 1/3 bagian nongol ke permukaan laut, sedang 2/3 lainnya tak kelihatan, tersembunyi di bawah permukaan air”. Manusia selalu berfikir. Ia senantiasa berusaha agar setiap hal yang ia lakukan diurus secara sadar, sepenuhnya. Namun tak semua kehendak mudah dicapai. Pada waktu-waktu tertentu, manusia sering dipengaruhi oleh sesuatu yang “gaib”, bawah sadar. Misalnya? Kita sering tertarik pada seseorang. Tapi kita tak bisa menerangkan kenapa, hal apa yang menyebabkan timbulnya perasaan semacam itu. Atau suatu ketika, tiba-tiba muncul suatu perasaan tidak enak, gelisah, hingga jantung pun berdebar-debar. Kita tak mampu menjelaskan, kenapa demikian. Tahu-tahu beberapa saat, atau beberapa hari setelah itu, kejadian tak diinginkan betul-betul menimpa. Dari kondisi semacam itu terbukti, kekuatan bawah sadar dalam diri kita sedang bekerja. Batin Manusia Para ahli telah sampai pada kesimpulan

Marah itu Sehat

“Controlling Anger -- Before It Controls You” Marah merupakan emosi dasar yang dimiliki oleh seorang manusia dan pernah dialami oleh semua orang. Dan kemarahan juga merupakan salah satu bentuk dalam mengkspresikan diri terhadap situasi yang tidak sesuai, tidak menyenangkan, pada saat kita terluka, tindakan / perilaku yang tidak pantas kita terima, dan lain sebagainya. Marah pada setiap orang berbeda-beda, baik kenapa kemarahan itu timbul dan berapa lama marah terjadi. Ada orang yang mudah marah dan ada yang sangat lama. Bahkan ada juga yang belm mampu mengungkapkan/mengekspresikan kemarahannya. Kemarahan dapat bersifat konstruktif atau destruktif. Kemarahan merupakan sebuah tanda dalam diri bahwa ada sesuatu yang tidak benar. Bagaimana diri dapat mengelola situasi marah bagi kesehatan diri. Ketika mengekspresikan kemarahan, tekanan darah naik dan hormon stress mengalir, bisa “meledak” kapan saja dan dimana saja tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya. Ketidakterkendaliannya kemarah