Langsung ke konten utama

Kenapa Psikologi ?




“Dunia” kita dinamakan psikologi sebagai penghormatan pada tokoh mitologi Yunani, Psyche, yang berarti jiwa dalam bahasa Yunani dan Latin.

Psyche adalah putri bungsu seorang maharaja. Kecantikan lahir batinnya membuat banyak manusia dari segenap penjuru dunia rela menempuh perjalanan panjang sekedar untuk mencuri pandang dan mengaguminya. Venus selaku dewi kecantikan pun iri padanya karena pemujian manusia terhadap Psyche melalaikan mereka dari pemujaan terhadap Venus. Venus kemudian meminta anaknya, Cupid sang dewa cinta, untuk membuat Psyche terjatuh cintanya pada mahluk paling menjijikkan di dunia.

Cupid pun merekayasa orang tua Psyche untuk meninggalkan Psyche di sebuah puncak bukit dimana ia akan ditunangkan dengan seekor ular buruk rupa lagi keji tak tak terperi. Psyche meratapi nasibnya namun pasrah pada takdir karena meskipun ia cantik namun saat itu tak satupun manusia yang jatuh cinta padanya dan tampaknya hanya ular itulah yang bersedia berbagi hidup dengannya.

Karena kesibukannya Venus pun mulai melupakan Psyche. Sementara itu Cupid yang terpana melihat kecantikan Psyche tanpa sengaja tergores anak panahnya sendiri. Anak panah Cupid mengandung cairan racun yang amat licin sehingga mampu menggelincirkan cinta seseorang. Cupid jatuh cinta pada Psyche. Tinimbang membawa Psyche pada monster, Cupid membawanya ke istana Cupid dan memperistri Psyche. Karena Psyche bukanlah dewi maka Cupid tidak memberi Psyche kesempatan untuk mengetahui jati diri Cupid atau bahkan sekedar melihat rupanya. Cupid hanya mendatangi Psyche ketika malam melarut dan meminta Psyche bersumpah untuk tak kan memandang wajahnya. Bersama Cupid, Psyche hidup dalam kebahagiaan berselimut misteri.

Saudari-saudari Psyche iri melihat kemegahan istananya dan berkonspirasi untuk menghancurkan kebahagiaannya. Mereka menghasut Psyche dengan menyatakan bila suaminya sangat merahasiakan identitas dan penampilannya maka pasti ada sesuatu yang salah dengan suaminya.

Akhirnya Psyche tak mampu lagi menanggung ketidakpastian jati diri dan rupa suaminya. Suatu malam ketika Cupid tidur maka Psyche mengendap-endap membawa lampu teplok untuk melihat rupa Cupid. Betapa terkejutnya Psyche ketika bukan monsterlah yang ditemuinya melainkan seorang tampan yang setampan-tampannya hingga kata tampanpun tak mampu lagi mewakili ketampanannya. Tangan Psyche terkulai gemeletar. Kegemetaran itu membuat semprong dan minyak lampu teplok tumpah dan membakar dada bidang Cupid. Ketika Cupid bangun dan mendapati istrinya melanggar sumpah ia pun bergegas pergi.

Dalam derita batin karena melanggar sumpah, melukai Cupid, dan kehilangan Cupid, Psyche bersumpah akan membuktikan pada Cupid how much she loved him dengan menghabiskan sisa hidupnya mencari Cupid. Dia memohon pertolongan pada semua dewa namun tak satupun membantu karena takut dimurkai Venus. Akhirnya dalam keputusasaannya ia memohon pertolongan Venus.

Dasar anak mami, Cupid mengadu pada ibunya dan memintanya untuk menghapus lukanya. Ketika Venus mendengar Cupid menikahi Psyche dan Psyche menghianati sumpahnya maka Venus berniat menghukum berat Psyche. Saat Psyche memohon ampunan pada Venus maka Venus mencercanya dan menyatakan bahwa keampunan hanya dapat didapatkan setelah Psyche menunaikan beberapa tugas. Tugas-tugas tersebut mustahil untuk ditunaikan namun Psyche berharap dalam usahanya memenuhi tugas ia akan berjumpa kembali dengan cintanya yang hilang. Dalam ujian pertama Venus mencampur biji-bijian, tepung dan jewawut dalam satu ember dan memberi Psyche waktu hingga tengah malam untuk mengelompokkan masing-masing butiran halus tersebut. Psyche nyaris putus asa namun sekelompok semut yang terharu melihat sungai air mata di lembut pipinya membantunya mengklasifikakannya. Melihat hal itu tambah murkalah kemarahan Venus.

Venus kemudian memberikan tugas yang lebih mustahil seperti mengambil bulu berwarna emas dari domba putih yang galak dan mengambil air hitam dari jernihnya Sungai Styx yang memisahkan alam dunia dan akhirat. Sekali lagi atas bantuan pihak ketiga Psyche mampu menunaikannya. Akhirnya Cupid yang telah sembuh dari luka fisiknya ingin membalut luka batinnya akibat kerinduan pada Psyche dengan menemui Psyche dan meyakinkannya bahwa pencariannya telah berakhir. Cupid ingin balikan dengan Psyche sehingga ia meminta Jupiter, Dewa dari segala dewa, untuk mengangkat pangkat Psyche menjadi dewi. Setelah melalui sidang General Assembly Perserikatan Dewa-Dewa (PDD) maka Sekretaris Jendral Jupiter mengangkat Psyche sebagai dewi dan meratifikasi pernikahan Cupid Vs Psyche. Venus pun ikut senang karena putranya yang manja itu mendapat pasangan yang sepadan terlebih lagi jika Psyche berdomisili di Surga maka umat manusia di bumi tidak terganggu lagi konsentrasinya untuk memuja Venus.

Keingintahuan Psyche dan pencariannya terhadap pengetahuan (tentang jati diri dan rupa Venus) dan cinta merupakan symbol semangat keingintahuan kita terhadap manusia dan kemanusiaan. Kisah Psyche merupakan contoh dari pelbagai fenomena yang ingin kita pelajari: rasa ingin tahu, kedengkian, altruisme, ketabahan dan tentu saja, Cinta.

Di atas segalanya kisah tersebut adalah symbol bahwa apa yang ingin kita pahami mungkin tidak akan sepenuhnya tertangkap namun ada satu hal yang tidak dapat dirampas dari diri kita: the human spirit. Sesukar apapun Psyche tetap bertahan dalam pencariannya terhadap hal yang akan melengkapkan jiwanya.

Love and soul…had sought and, after some trials,found each other, and that union could never be broken (Hamilton in mythology, 1942)

Diterjemahkan secara hiperbolis dari In Search of Human Mind (Sternberg, 1998)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga