Langsung ke konten utama

Muda Berkarya, Tua Bahagia




“Menjadi tua adalah pasti namun menjadi dewasa merupakan pilihan”, melanjutkan tulisan terdahulu, dewasa merupakan sebuah karakter dan juga merupakan pilihan. Jika berbcara hukum alam, merupakan sebuah rumusan wajib manusia lambat laun akan menjadi tua. Bagaiamana menyikapi perjalanan menuju tua dengan lebih bijak dan mengembangkan karakter dewasa.

Masa tua merupakan masa penentu kebahagiaan seseorang. Jika dia dalam masa tuanya sudah tidak lagi memikul berbagai beban dan problematika hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang membahagiakan. Karena masa tua merupakan masa di mana seseorang sudah mulai mengurangi berbagai aktivitas hidup disebabkan menurunnya produktivitas dan kemampuan. Masa tua merupakan masa bagi seseorang menuai hasil kerja payahnya di masa muda. Jika seseorang sudah renta namun harus menanggung berbagai persoalan hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang tidak membahagiakan. Di dalam kondisi yang sudah tidak mampu banyak berbuat, dia justru dituntut harus banyak berbuat. Dalam kondisi produktivitas menurun ia justru dituntut untuk berproduksi tinggi.

Adakah orang yang menginginkan masa tuanya sengsara? Adakah seseorang yang saat dia muda, punya banyak perusahaan dan kekayaan, lalu menginginkan agar nanti tatkala tua seluruh perusahaannya hancur tanpa dapat menikmatinya? Dan saat dia tidak mampu lagi untuk membangun perusahaannya itu? Pada saat bersamaan keturunannya belum bisa mandiri dan masih bergantung kepadanya? Lalu apakah yang dapat dia perbuat dengan tubuhnya yang sudah renta itu, dengan kemampuannya yang sudah mulai sirna itu? Sebuah gambaran yang seorang paling bodoh sekali pun tidak menginginkannya!

Dalam tulisan kali ini akan dibahas bagaimana menyiapkan diri dalam menjelang dan mencapa usia tua dan bebrbagai serba-serbi, baik dari sisi kesehatan (fisik), Mental (psikologis) dan menyikapi hidup “muda berkarya, tua bahagia”.
Rumke (Sadli, 1991) menyatakan bahwa usia 55 – 65 tahun merupakan usia pensiun. Pada saat itu seseorang kehilangan pekerjaannya, status sosialnya, fasilitas, materi, anak – anak sudah besar – besar dan pergi dari rumah. Teman – teman dan relasi – relasi tidak lagi mengunjunginya. Ia menjadi kesepian. Bersamaan dengan itu kesehatannya makin menurun. Berkaitan dengan keadaan tersebut Kroeger (1982) mengatakan bahwa pensiun adalah salah satu titik balik yang signifikan dalam karier seseorang selama hidupnya atau setidak – tidaknya untuk mayoritas orang dewasa yang telah menghabiskan seluruh atau sebagian besar hidup mereka dalam bekerja.

Pensiun merupakan suatu perubahan yang penting dalam perkembangan hidup individu yang ditandai dengan terjadinya perubahan sosial. Perubahan ini harus dihadapi oleh para pensiunan dengan penyesuaian diri terhadap keadaan tidak bekerja, berakhirnya karier di bidang pekerjaan, berkurangnya penghasilan, dan bertambah banyaknya waktu luang yang kadang – kadang terasa sangat mengganggu (Kimmel, 1974).

Pensiun merupakan akhir dari seseorang melakukan pekerjaannya. Pensiun seharusnya membuat orang senang karena bisa menikmati hari tuanya. Tapi banyak orang bingung bahkan cemas ketika akan menghadapi pensiun. Banyak alasan dikemukakan, mereka mengatakan bahwa mereka butuh pekerjaan.
Beverly (Hurlock, 1994) berpendapat bahwa pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan dan memperkuat harga diri). Oleh karenanya, sering terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya, ada yang mengalami problem serius (kejiwaan maupun fisik).

RETIREMENT atau PENSION adalah suatu istilah yang kurang lebih bermakna purna bhakti atau tugas selesai atau berhenti (retire). Makna berhenti disini jangan salah diartikan bahwa Anda harus berhenti dari segala kegiatan atau pekerjaan. Yang benar adalah Anda berhenti bekerja dari pekerjaan formal dan rutin yang diberikan oleh Perusahaan milik orang lain atau Boss Anda.
Mengapa harus ada Retirement?

Karena kebutuhan Perusahaan yang menginginkan kinerja dan gerak langkah perusahaan yang lebih cepat, dinamis dan menyesuaikan diri dalam rangka bersaing dalam pasar. Juga karena tenaga kerja muda yang telah siap kerja, sangat banyak jumlahnya perlu diakomodasi dan dapat diberikan gaji yang relatif kecil.

Menurut Mc.Gregor (As’ad, 1981) seseorang bekerja karena merupakan kondisi bawaan seperti bermain atau beristirahat, untuk aktif dan mengerjakan sesuatu. Smith dan Wakeley (As’ad, 1981) menambahkan dengan teorinya yang menyatakan bahwa seseorang didorong untuk beraktivitas karena berharap bahwa hal ini akan membawa pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sekarang. Manusia bekerja tidak hanya untuk mendapatkan upah, tetapi juga untuk mendapatkan kesenangan karena dihargai oleh orang-orang dalam lingkungannya. Akan tetapi kesenangan ini menjadi berkurang ketika orang tersebut memasuki masa pensiun.

Namun kalau menurut pendapat saya pribadi "Retirement" sangat dibutuhkan oleh siapapun entah Perusahaan atau Pribadi dalam rangka men-sukses-kan "Life Cycle" yang tidak bisa dihentikan oleh siapapun dan tidak juga oleh Anda.

Setelah "Retire" dari pekerjaan Rutin yang disediakan oleh Boss Anda, tidak seharusnya Anda kecewa dan putus asa, apalagi "Post Power Syndrome". Kapan Anda harus memikirkan masa "retirement"? Apakah nanti saja saat usia mencapai 30 tahun? atau saat usia mencapai 40 atau 50?

Banyak orang yang takut menghadapi masa tua karena asumsinya jika sudah tua, maka fisik akan makin lemah, makin banyak penyakit, cepat lupa, penampilan makin tidak menarik dan makin banyak hambatan lain yang membuat hidup makin terbatas. Pensiun sering diidentikkan dengan tanda seseorang memasuki masa tua. Banyak orang mempersepsi secara negatif dengan menganggap bahwa pensiun itu merupakan pertanda dirinya sudah tidak berguna dan dibutuhkan lagi karena usia tua dan produktivitas makin menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi perusahaan/organisasi tempat mereka bekerja. Seringkali pemahaman itu tanpa sadar mempengaruhi persepsi seseorang sehingga ia menjadi over sensitif dan subyektif terhadap stimulus yang ditangkap. Kondisi ini lah yang membuat orang jadi sakit-sakitan saat pensiun tiba. Memang, masa tua harus dihadapi secara realistis karena tidak mau menghadapi kenyataan bahwa dirinya getting older dan harus pensiun juga membawa masalah serius seperti halnya post powersyndrome dan depresi. Salah satu cara mengatasi persepsi negatif terhadap masa tua adalah dengan mengatakan pada diri sendiri : "Act your age, but I don’t want to act old"

Beberapa orang peneliti melakukan penelitian dan menemukan bahwa kesehatan mental dan fisik merupakan prekondisi yang mendukung keberhasilan seseorang beradaptasi terhadap perubahan hidup yang disebabkan oleh pensiun. Hal ini masih ditambah dengan persepsi orang tersebut terhadap penyakit atau kondisi fisiknya. Jika ia menganggap bahwa kondisi fisik atau penyakit yang dideritanya itu sebagai hambatan besar dan bersikap pesimistik terhadap hidup, maka ia akan mengalami masa pensiun dengan penuh kesukaran. Menurut hasil penelitian, pensiun tidak menyebabkan orang jadi cepat tua dan sakit-sakitan, karena justru berpotensi meningkatkan kesehatan karena mereka semakin bisa mengatur waktu untuk berolah tubuh. Persepsi seseorang tentang bagaimana ia akan menyesuaikan diri dengan masa pensiunnya Hal ini erat berkaitan dengan rencana persiapan yang dibuat jauh sebelum masa pensiun tiba. Menurut para ilmuwan, perencanaan yang dibuat sebelum pensiun (termasuk pola/gaya hidup yang dilakukan) akan memberikan kepuasan dan rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan. Bagaimana pun juga, perencanaan untuk masa pensiun bukanlah sesuatu yang berlebihan karena banyak aspek kehidupan yang harus disiapkan, dan dipertahankan seperti keuangan (apa yang akan dilakukan untuk tetap bisa berpenghasilan ? apakah saya mau mencari kerja part time ?), kesehatan (bagaimana cara supaya bisa menjaga kesehatan), spiritualitas (bagaimana supaya saya mempunyai kehidupan rohani yang sehat dan tetap memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan) dan kehidupan sosial (apa kegiatan kebersamaan dengan temanteman kelak, saya ingin aktif dalam kegiatan seperti apa, dsb). Namun, hal ini juga tidak terlepas dari persepsinya tentang hidup dan tentang dirinya sendiri. Orang yang kurang percaya pada potensi diri sendiri dan kurang mempunyai kompetensi sosial yang baik akan cenderung pesimistik dalam menghadapi masa pensiunnya karena merasa cemas dan ragu, akankah ia mampu menghadapi dan mengatasi perubahan hidup dan membangun kehidupan yang baru.

Status sosial berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menghadapi masa pensiunnya. Jika semasa kerja ia mempunyai status sosial tertentu sebagai hasil dari prestasi dan kerja keras (sehingga mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari masyarakat atau organisasi), maka ia cenderung lebih memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik (karena konsep diri yang positif dan social network yang baik). Namun jika status sosial itu didapat bukan murni dari hasil jerih payah prestasinya (misalnya lebih karena politis dan uang/harta) maka orang itu justru cenderung mengalami kesulitan saat menghadapi pensiun karena begitu pensiun, maka kebanggaan dirinya lenyap sejalan dengan hilangnya atribut dan fasilitas yang menempel pada dirinya selama ia masih bekerja.

Saran saya berapapun usia Anda saat ini, sekarang harus Anda pikirkan & rencanakan. Jadi apa yang harus Anda persiapkan dan tata, dalam rangka memperoleh kehidupan sejahtera dan bahagia saat mencapai dan menjalani masa "retirement".

Sebelum Anda merencanakannya, sebaiknya Anda harus menggali perspektif dan pemahaman Anda terlebih dahulu mengenai "Retirement". Bila perspektif Anda keliru, maka Anda akan mendapatkan dan menjalani "Retirement" yang membosankan dan membuat Anda lelah.

Bagaimana Anda dapat memiliki perspektif baik dan indah?
Cara memiliki perspektif dan persepsi yang baik & indah sangatlah mudah, yaitu:

"Bermimpilah Yang Indah tentang Masa Retirement Anda"
"Bangunlah impian indah dan sejahtera serta bahagia tentang Masa Retirement Anda"
"Ciptakan suatu gambaran kebahagiaan yang Anda jalani bersama keluarga Anda"
"Gambarkan dalam pikiran Anda kebahagiaan kala melihat tawa dan senyum cucu-cucu Anda, ketika Anda membawa mereka jalan2 ke tempat rekreasi"
"Visualisasikan kebahagiaan diri ketika Anda dapat membantu sanak-saudara yang membutuhkan"
"Lihatlah tawa dan senyum manis pasangan Anda, ketika sedang melakukan travelling ke Paris dan Hawaii"
"Senyumlah ketika Anda telah berhasil membawa Anak2 Anda menjadi manusia sukses, mandiri dan beriman"
"Anda pasti bahagia bila masih mampu membeli kado Ulang Tahun bagi cucu-cucu Anda"
"Kebahagiaan Anda masih segar bugar melakukan jogging di rumah Anda yang asri dan bersih bersama pasangan"
"Keceriaan Anda saat melakukan hobby dan kesenangan Anda dengan leluasa dan nyaman"
"Segala kebahagiaan dan keindahan lain yang ingin Anda lakukan saat itu"

Jadi sebaiknya Anda membangun dan menciptakan perspektif dan persepsi yang indah dan bahagia terlebih dahulu, sebelum Anda membuat rencana-rencana. Dari mimpi dan perspektif tersebut Anda dapat membuat suatu penataan dan rangkaian kehidupan yang ingin Anda jalani bila saat itu datang. Jadi bukan sekadar menghitung uang semata, walaupun uang merupakan hal penting yang juga harus dipersiapkan. Jadi sharing hari ini adalah:

"Bermimpilah yang indah dan bahagia tentang masa retirement Anda" Mimpi Anda adalah keinginan Anda, jadi bangun dan ciptakan.

Demikian sharing saya, semoga bermanfaat.

Wicaksana, November 2008




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga