Langsung ke konten utama

Sejarah awal penerbangan di Indonesia


PESAWAT TERBANG PRA KEMERDEKAAN INDONESIA

Sejak legenda pewayangan berkembang dalam bagian hidup kebudayaan dan masyarakat Indonesia serta munculnya figur Gatotkaca dalam kisah Bratayuda yang dikarang Mpu Sedah serta figur Hanoman dalam kisah Ramayana adalah personifikasi pemikiran manusia Indonesia untuk bisa terbang. Tampaknya keinginan ini terus terpupuk dalam jiwa dan batin manusia Indonesia sesuai dengan perkembangan jamannya.

Jaman Pemerintah kolonial Belanda tidak mempunyai program perancangan pesawat udara, namun telah melakukan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan pembuatan lisensi, serta evaluasi teknis dan keselamatan untuk pesawat yang dioperasikan di kawasan tropis, Indonesia.

1911:
Pesawat terbang jenis Antoinette diangkut ke Surabaya menggunakan kapal laut. 18 Maret 1911 Gijs Kuller (orang Belanda) mendemonstrasikan pesawat tersebut terbang di Pasar Turi Surabaya, menjadi penerbangan pesawat bermotor pertama di Indonesia. Demonstrasinya dilanjutkan ke Semarang, Yogya dan Medan. Beberapa waktu kemudian Batavia dan Solo menyusul.

Gijs P. Küller:

Gijs Kuller (tanda silang) dgn pesawat Antoinette di lapangan olahraga Poncol, Semarang 1 April 1911:

Pesawat Antoinette di Yogyakarta:

Pesawat Antoinette di lapangan olahraga Koningsplein, Jakarta (sekarang Monas):
 1912:
Léon de Brouckère, pencipta pesawat dari Belgia, mengirim pesawat2 tiruan satu jenis Deperdussin dan dua jenis Farman HF-20 untuk KNIL (Tentara Hindia Belanda) di Indonesia tapi tidak pernah diterbangkan sebab tidak cocok dgn iklim tropis.
 
1913:
Jan Hilgers (Orang Belanda keturunan Indonesia) mendemonstrasikan pesawat Fokker Skin terbang di Surabaya. P.A Koezminski (orang Rusia) juga mendemonstrasikan pesawat Bleriot XIa terbang di Batavia. Keduanya melanjutkan demonstrasi di Semarang.
Jan Hilgers:

Jan Hilgers bersama pesawat Fokker Skin:

Fokker Skin jatuh di Semarang 2 Maret 1913, kecelakaan pesawat terbang pertama di Indonesia. Jan Hilgers selamat. Beberapa penerbangannnya tidak mulus, tidak cocok dgn iklim tropis di Indonesia:



1914 :
Pendirian Bagian Uji Terbang di Surabaya dengan tugas meneliti prestasi terbang pesawat udara untuk daerah tropis.

1915 - 1918:
PVA-KNIL (atau KNIL Divisi Aviasi Ujicoba, semacam TNI-AU) mulai menggunakan pesawat Farman HF-22, de Brouckère (No.1 & No.2) dan Glenn L Martin (model TT, TA, TE dan R)

1919:
Pesawat Vickers Vimy (registrasi G-EAOU) berlomba terbang dari London (Inggris) ke Darwin (Australia) lewat Indonesia, mampir di Kalijati, Surabaya, Bima dan Atambua. Pesawat Airco DH.9 milik Inggris (registrasi G-EAQM) juga ikut lomba tsb dan mampir di Indonesia th 1920.
 
Pesawat Vickers Vimy (G-EAOU) di Kalijati 7 Des 1919:

Pesawat Vickers Vimy itu diiringi oleh empat pesawat Airco DH.9 milik Belanda ini utk menuju ke Kalijati:

Pesawat-pesawat Airco DH.9 milik Belanda di Kalijati saat penyambutan kedatangan pesawat Vickers Vimy:

1922 :  Orang Indonesia sudah terlibat memodifikasi sebuah pesawat yang dilakukan di sebuah rumah di daerah Cikapundung sekarang.


1924:
Rute udara Belanda - Indonesia pertama kali dibuka oleh pesawat Fokker F.VII (registrasi H-NACC) dengan terbang dari Amsterdam ke Batavia, berhenti di 21 kota termasuk Medan dan Muntok, total waktu terbang 127 jam.

Pesawat Fokker F.VII (H-NACC) terbang rute perdana dari Amsterdam ke Batavia mampir di lapangan olahraga Medan 21 Nov 1924:

1928:
Tgl 1 Nov 1928 perusahaan KNILM membuka penerbangan domestik berjadwal pertama di Indonesia dgn rute-rute: Batavia (Tjililitan airfield) - Bandung (Andir airfield) dan Batavia - Semarang (Simongan airfield, kadang disebut Kembang Haroem airfield, sekarang tidak ada lagi). Pesawatnya Fokker F.VIIb-3m dgn registrasi PK-AFA sd PK-AFD (sebelumnya H-NAFA sd H-NAFD).
Tjililitan airfield, Jakarta (sekarang Halim Perdanakusuma airport):

Andir airfield, Bandung (sekarang Husein Sastranegara airport):

Simongan airfield, Semarang (kadang disebut Kembangaroem / Kembang Haroem airfield, sekarang tidak ada lagi):


1930 :  
Pembangunan Bagian Pembuatan Pesawat Udara di Sukamiskin yang memproduksi pesawat-pesawat buatan Canada AVRO-AL, dengan modifikasi badan dibuat dari tripleks lokal. Pabrik ini kemudian dipindahkan ke Lapangan Udara Andir (kini Lanud Husein Sastranegara).

1937 :  
Pada periode itu di bengkel milik pribadi minat membuat pesawat terbang berkembang.  delapan tahun sebelum kemerdekaan atas permintaan seorang pengusaha, serta hasil rancangan LW. Walraven dan MV. Patist putera-putera Indonesia yang dipelopori Tossin membuat pesawat terbang di salah satu bengkel di Jl. Pasirkaliki Bandung dengan nama PK.KKH.
Pesawat ini sempat menggegerkan dunia penerbangan waktu itu karena kemampuannya terbang ke Belanda dan daratan Cina pergi pulang yang diterbang pilot berkebangsaan Perancis, A. Duval.

1938 : atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist - perancang PK.KKH - dibuat lagi pesawat lebih kecil di bengkel Jl. Kebon Kawung, Bandung.
Pesawat PK.KKH  dibuat tahun 1937 di Bandung , di mana putera-putera Indonesia terlibat dalam proses pembuatannya
 
Bersambung Bagian 2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Soerabaia 45 (1990)

Soerabaia 45  adalah  Film perjuangan   Indonesia  yang dirilis pada tahun  1990 . Film yang disutradari oleh  Imam Tantowi  ini dibintangi antara lain oleh  Nyoman Swadayani ,  Leo Kristi  dan  Usman Effendy . Kisah perang yang kemudian terkenal dengan sebutan peristiwa 10 November di Surabaya. Antara lain tokoh pembakar semangat, Bung Tomo, perobekan bendera Belanda, tertembaknya jendral Inggris dan lain lain. Film ini seolah direkonstruksi ulang sebagai sebuah visual ulang kisah heroik itu dari kacamata rakyat biasa. Soerabaia `45 menceritakan kemarahan rakyat Surabaya yang meledak begitu mengetahui bahwa pasukan Sekutu membawa misi mengembalikan Indonesia kepada Belanda. Perlawanan bersenjata pun dikobarkan hingga terbunuhnya pimpinan tentara Inggris di Jawa Timur yaitu Brigadir Jenderal Mallaby. Surabaya  | Berbekal materi yang diadaptasi dari buku Peristiwa 10 November 1945 yang diterbitkan Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Timur yang diprakarsai oleh almarhum Bapak Blegoh Soema