Langsung ke konten utama

Evolution VS Creationism


Awal
Dalam kelas biologi di sekolah-sekolah kita, asal-usul manusia dan alam semesta diuraikan berdasarkan teori evolusi. Banyak orang telah menerima teori ini sebagai kebenaran ilmiah. Pertentangannya dengan konsep penciptaan yang dikenal dalam beberapa agama boleh dikatakan diabaikan. Konsep penciptaan dianggap sebagai bahasa iman yang "kurang ilmiah". Sejumlah kalangan justru mencoba "mendamaikan" kedua konsep ini dengan menyatakan, bahwa teori evolusi adalah penjelasan ilmiah bagi penciptaan.
Pada tahun 1967 para astronom dikejutkan penemuan gelombang radio yang datang dari luar angkasa "Yang kami pikir pertama-tama adalah" mereka berkata, "Ini adalah ras cerdas (se)lain (manusia)" yang mencoba berkomunikasi dengan kita. Mereka memberi nama sinyal-sinyal itu "MHK," kepanjangan dari Manusia Hijau Kecil.

Tapi, hal itu berubah ketika mereka kemudian menemukan sebuah pulsar, sebuah bintang yang berotasi, yang meniru sebuah suar radio.

Bagaimana bisa para ilmuwan mengatakan bahwa sesuatu datang dari suatu sumber yang cerdas atau alami? Jika saudara memikirkannya, ini adalah pertanyaan dasar pada perdebatan mengenai Penciptaan dan Evolusi: Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa kehidupan dibentuk oleh sebab-sebab alamiah atau diciptakan oleh sebuah oknum yang cerdas?

Pikirkan sejenak tentang beberapa persamaan. Bayangkan kita sedang menempuh perjalanan sepanjang South Dakota dan melihat sebuah gunung dengan terukir wajah-wajah empat presiden. Segera saja kita mengenali pekerjaan dari sebuah agen kecerdasan. Tidak aka nada seorang pun yang salah mengira fenomena Gunung Rusmore sebagai sebuah fenomena alam.

Atau, bayangkan menemukan sebuah mata panah disamping suatu sungai kecil. Tidak seorangpun akan menghubungkan bentuk itu dengan erosi karena air.

Kemampuan untuk membedakan pekerjaan manusiawi ini dari pekerjaan yang dilakukan oleh alam sangat krusial dalam arkeologi. Menggali sepanjang debu-debu di Mesopotamia, para arkeolog telah memutuskan bilamana mereka menemukan sepotong batu ataupun sekeping pecahan keramik.

Benarlah bahwa alam dapat menciptakan pola-pola yang tetap--seperti ombak pada pantai. Atau gelombang-gelombang radio yang membodohi para stronom sehingga mereka berpikir bahwa mereka telah menemukan Manusia Hijau Kecil. Namun, apa yang tidak dapat diciptakan oleh alam adalah kerumitan.
Bayangkan kita sedang berjalan-jalan sepanjang pantai dan terlihat tulisan di pasir "John sayang Mary." Segera saja kita mengenali level yang berbeda dari keteraturan ombak disekitarnya.

Atau bayangkan kita sedang menatap angkasa dan kita melihat sesuatu yang seperti benang halus dan putih seperti awan tapi terbaca kata-kata "Minumlah Coca-Cola." Tanpa keraguan sedikitpun kita bisa menyimpulkan bahwa itu bukanlah awan yang biasa, dan kita mulai melihat sekitar untuk mencari pilot pesawat yang sedang melakukan Sky Writing.

Hipotesis
Kembali ke evolusi, Namun, benarkah demikian? Apakah bukti-bukti yang diajukan oleh para pendukung teori evolusi itu benar-benar ilmiah? Atau ... Benarkah pula konsep penciptaan kurang ilmiah?
Setiap orang yang ingin mempelajari asal-usul manusia, pasti akan mengemukakan praduga. Ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan kita, dan juga karena apa yang kita pelajari adalah peristiwa masa lalu yang dikaji berdasarkan bukti-bukti yang diteliti pada masa kini.

Untuk peristiwa yang hanya satu kali terjadi, sehingga datanya tidak dapat direproduksi, penelitian terhadapnya hanya dapat dilakukan secara subyektif. Kesimpulan terbaik yang bisa dibuat adalah dengan merumuskan hipotesis atau model untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi itu.
Webster menjelaskan, hipotesis atau model adalah suatu "dalil yang diperkirakan untuk menjelaskan fenomena tertentu dan tidak mempunyai bukti kebenaran lainnya yang menjelaskan fenomena itu". Dengan kata lain, hipotesis barulah merupakan suatu perkiraan.

Evolusi dan penciptaan, keduanya merupaka model yang tidak dapat dibuktikan. Akan tetapi, kita bisa meneliti validitasnya dengan membandingkan masing-masing model denagn apa yang kita ketahui sebagai fakta-fakta ilmiah. Model yang paling tepat dengan data ilmiah (dan tidak bertentangan dengan apa yang telah kita kenal) sepatutnya diterima dan digunakan sebagai dasar bagi penelitian lebih lanjut. Dari sini kita bisa mengambil, model mana yang lebih unggul secara ilmiah bila dibandingkan dengan model lainnya.

Fakta Sama - Kesimpulan Berbeda
Fakta-fakta yang sama bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda karena asumsi dan praduga. Bukti-bukti ilmiah yang sama juga tersedia bagi para pendukung model penciptaan dan para pendukung model evolusi.
Namun demikian, orang tidak seharusnya mengabaikan fakta-fakta begitu saja berdasarkan asumsi seseorang dan membenarkan logika atau validitas suatu model hanya berdasarkan pada asumsi-asumsi ini. Sebuah model harus bersesuaian dengan data-data ilmiah dan tahan dalam uji penelitian ilmiah.

Pendukung evolusi dengan tegas menyatakan, alam dengan semua zat dan energinya membentuk kehidupan dengan sendirinya. Sebaliknya, pendukung penciptaan berpendapat, ada pengantara eksternal yang adikodrati. Masing-masing ingin meninjau dunia menurut praduga tertentu.

Apabila kita ingin menonjolkan prinsip-prinsip yang masuk akal dalam ilmu pengetahuan, kita harus berhati-hati dalam memisahkan antara apa yang kita ketahui sebagai fakta dan apa yang kita percayai secara filosofis. Pendukung penciptaan juga harus bisa membedakan antara pewahyuan Alkitab yang sejati dan tradisi agamawi. Baik pendukung penciptaan maupun pendukung evolusi sama-sama berpraduga dalam kepercayaannya. Pertanyaannya adalah, praduga manakah yang memiliki validitas terbaik dan tidak bertentangan secara ilmiah?

Kontras
Model penciptaan, secara ringkas mencakup bukti-bukti ilmiah untuk penciptaan bentuk kehidupan yang beraneka ragam dan kompleks secara mendadak. Ada kesenjangan sistematis yang bertahan di antara bentuk-bentuk kehidupan yang berbeda-beda tersebut. Variasi genetik juga terdapat pada masing-masing bentuk kehidupan tersebut sejak waktu penciptaan.

Model evolusi, secara ringkas mencakup bukti-bukti ilmiah bagi kemunculan secara bertahap bentuk-bentuk kehidupan saat ini selama berjuta-juta tahun. Menurut evolusi, kehidupan berkembang dari zat-zat kimia, berubah menjadi organisme bersel tunggal, hingga akhirnya menjadi beraneka ragam kehidupan yang kompleks seperti yang ada sekarang ini.
Fosil Kenya - 2007
Penemuan dua fosil tengkorak manusia purba di Kenya telah menggoyahkan teori evolusi yang diakui secara luas. Penemuan itu menyatakan dua spesies manusia purba ternyata hidup berdampingan di satu tempat selama hampir setengah juta tahun.
Teori evolusi sebelumnya menyatakan, hominid Homo habilis telah berevolusi menjadi Homo erectus sebelum berevolusi lagi menjadi Homo sapiens seperti kita ini. Tapi fosil di Kenya tak menyatakan demikian.
Seperti dipaparkan di jurnal Nature edisi akhir pekan lalu, sebuah tim internasional telah menggali dua fosil hominid dari Turkana di Kenya. Keduanya adalah pecahan tulang rahang atas dan sebuah tengkorak utuh.
Tulang rahang adalah milik Homo habilis berdasarkan karakter giginya. Usianya sekitar 1,44 juta tahun. Adapun tulang tengkorak adalah milik Homo erectus yang diperkirakan berasal dari masa 1,55 juta tahun silam.
Berdasarkan usia fosil tersebut, para penemunya menyimpulkan, keduanya pernah hidup berdampingan di tempat di mana mereka tergali. Susan Anton, profesor antropologi di Universitas New York dan anggota tim itu mengatakan, "Adanya eksistensi dua spesies mengindikasikan bahwa mereka adalah sister species, berbeda dengan pandangan bahwa homo habilus adalah ibu bagi homo erectus."
Ahli geologi dari Universitas Nasional Australia, Ian MacDougall, yang ikut menggali di Formasi Koobi Fora di Kenya itu mengatakan, pekerjaan mereka telah dihujani begitu banyak pertanyaan. "Itu mengindikasikan bahwa dua spesies hidup di area yang sama tapi mesti memiliki relung ekologi yang berbeda," katanya.
MacDougall mengatakan, kedua spesies tak bersaing serius meskipun salah satunya barangkali lebih mendominasi dan akhirnya menyapu spesies yang kurang adaptif. Dia menilai sejarah mungkin harus ditulis ulang. "Saya tidak berpikir bahwa itu membuat model linier dari Homo erectus ke homo sapiens menjadi dipertanyakan, tapi siapa yang tahu apa yang terjadi besok?"
Colin Groves, profesor antropologi biologi dari Universitas Nasional Australia sudah lama mengatakan bahwa model evolusi linier itu jauh dari sederhana. Dia pun menyambut hasil studi itu. "Ide bahwa evolusi manusia adalah sebuah tangga berjenjang, saya pikir tidak mungkin dipertahankan lagi," katanya.
Namun masih ada perdebatan. Para peneliti mengatakan bahwa itu mengindikasikan bahwa homo erectus dan homo habilis adalah keturunan spesies yang lain. Namun ahli lain berpendapat bahwa penelitian itu hanya menunjukkan bahwa leluhur bisa bertahan hidup selama waktu yang panjang bersama dengan keturunannya.

Melangkah Terlalu Jauh
Evolusi menganut hipotesis "amoeba menjadi manusia" atau "molekul menjadi manusia", dan mekanisme perubahannya melalui mutasi dan seleksi alam. Hipotesis ini sebenarnya berangkat dari gagasan evolusi mikro.
Gagasan evolusi mikro pertama kali dikembangkan ketika George Mendel menunjukkan variasi antarspesies yang berdasar atas mekanisme genetik. Teori Mendel antara lain menunjukkan keanekaragaman anjing, mulai dari jenis Saint Bernard sampai Cihuahua. Dan konsep evolusi mikro ini diterima secara luas sampai saat ini. Fenomenaa itu pula yang dijumpai Charles Darwin pada empat belas spesies burung finch di kepulauan Galapagoss, yang sebenarnya berasal dari nenek moyang yang sama.

Namun, Darwin melangkah terlalu jauh dari evolusi mikro ini. Ia, dan para ilmuwan pendukung evolusi, kemungkinan meramalkan kemungkinan terjadinya evolusi makro untuk menjelaskan asal-usul kehidupan. Konsep evolusi mikro ini diterapkan pada semua bentuk kehidupan: bahwa semuanya berasal dari sumber yang sama. Demikianlah, manusia dijelaskan sebagai evolusi dari primata, mamalia dan unggas hasil revolusi dari reptil, reptil berasal dari amfibi, dan seterusnya.

Evolusi mikro jelas-jelas mengandung keterbatasannya sendiri, dan gagasan bahwa kehidupan yang kompleks saat ini hanyalah merupakan produk proses alami barulah merupakan dugaa. Secara ilmiah, konsep evolusi makro sebenarnya tidak dapat diteguhkan. Sekalipun demikian, konsep bahwaa evolusi itu merupakan suatu fakta tampaknya masih terus dipertahankan. Para ilmuwan cenderung hanya berusaha menjelaskan mekanisme alamiah untuk membuktikan bahwa kehidupan ini berasal dari sumber yang sama.

Diciptakan Secara Cerdas
Sebaliknya dengan model penciptaan. Model ini secara tidak langsung menyatakan, kehidupan ini diciptakan secara cerdas dengan suatu maksud dan keteraturan tertentu. Ada kekuatan dari luar, ada Pribadi yang cerdas, Seorang Perancang, yang menciptakan kehidupan ini. Beranekaragam kehidupan yang ada saat ini tidak mungkin berasal dari proses alamiah. Pasti ada campur tangan dari luar. Penciptaan, dengan demikian, merupakan sutu proses adikodrati, diarahkan dari luar dan pada semua bagiannya sempurna.
Berbagai jenis kehidupan berasal dari rangkaian evolusi mikro dari organisme bersel tunggal. Sebaliknya, tiap-tiap jenis memang sudah diciptakan secara sempurna sejak awal mulanya. Allah menciptakan berbagai jenis organisme, bukan hanya satu "nenek moyang".

Allah pada mulanya menciptakan sepasang manusia dewasa. Saat ini kita bisa menjumpai berbagai ras manusia dari sepasang manusia yang pertama ini. Kita juga dapat melihat variasi serupa pada jenis-jenis binatang dan tumbuhan. Ini menunjukkan terjadinya evolusi mikro dalam batas satu jenis makhluk hidup, bukannya evolusi makro antar jenis makhluk hidup. Mutasi juga tidak pernah mengubah bentuk kehidupan secara drastis; makhluk yang bermutasi tidak pernah berubah menjadi makhluk jenis lain.

DNA
Tingkat inti kehidupan adalah molekul DNA. Para ahli genetika mengatakan bahwa struktur dari DNA itu seperti sebuah bahasa. DNA berlaku seperti sebuah kode--sebuah sistem komunikasi molecular dalam sel.
Dengan kata lain, ketika para ahli genetika menyelidiki nucleus dari sel yang mereka selidiki, adalah sesuatu yang analogis dengan "John sayang Mary" atau "Minumlah Coca-cola".

Tentu saja, DNA mengandung lebih banyak informasi dari frasa sederhana tersebut. Secara umum, DNA pada cel mamalia mempunyai informasi yang jauh lebih banyak daripada ribuan buku.
Jadi, jika "John sayang Mary" harus ditulis oleh makhluk yang cerdas, bagaimana dengan kode DNA?
Saudara tidak harus memiliki pengetahuan yang luas dalam ilmu kimia dan genetika untuk menhadapi tantangan dari evolusi. Berdasarkan pengalaman yang umum--dan, secara keseluruhan, sains didukung sebagai dasar pengalaman--saudara dapat membantah secara logis bahwa hidup diciptakan oleh agen yang cerdas.

Majunya teknologi membuat mungkin bagi chip-chip computer untuk menjadi semakin ringkas dengan kemampuan menyimpan informasi yang semakin besar, namun dengan bentuk yang semakin kecil dan semakin kecil lagi. Namun, kita bahkan belumlah mendekati pencocokan informasi pada DNA. (Ada) Di sini adalah kapasitas informasi yang memadai dalam sebuah sel tubuh manusia untuk menyimpan Encyclopaedia Britannica, seluruhnya 30 volume, tiga atau empat kali lebih besar," menurut Richard Dawkins dari Universitas Oxford. Dan, walaupun kita dibuat takjub dengan peningkatan keringkasan dari computer pribadi, "kepadatan penyimpanan informasi dari DNA, yang paling berperan adalah kumparan nukleosom, yang trilyunan kali lebih canggih daripada chip-chip computer. (Dr. William A. Dembski) Kuantitas yang minim, kepadatan, dan pentingnya informasi DNA untuk semua sel manusia, hewan, dan tumbuhan...semua memberi alas an untuk takjub dan sadar dari rancangan yang disengaja dari semua itu.

Berpikir Merdeka
Berdasarkan penjelasan evolusi mikro dan evolusi makro tersebut, jelaslah bahwa teori penciptaan secara ilmiah tidak bertentangan. Sebaliknya, teori evolusi mengambil kesimpulan dari fakta khusus (asal-usul berbagai spesies burung finch) dan menjadikannya fakta umum (asal usul manusia).

Bagaimana juga dengan fenomena DNA, yang jelas-jelas memiliki kandungan informasi lebih banyak daripada CHIP buatan manusia yang paling canggih sekalipun. Dan bagaimana juga dengan penemuan fosil di Kenya?

Ini merupakan salah satu PR bagi kita dan dunia ilmiah serta pendidikan. Perlakuan selama ini - bahwa evolusi adalah bahasa ilmu pengetahuan dan penciptaan adalah bahasa iman - tampaknya perlu ditinjau kembali. Beranikah kita mengajarkan kedua model asal usul manusia dan alam semesta ini secara terbuka dan obyektif? Dengan demikian, para murid diajak untuk berpikir merdeka serta ditantang untuk menemukan dan memilih kebenaran di antara dua pandangan yang bertentangan itu.  (dari berbagai sumber)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga