Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Baladewa dan Keikhlasan

Memang sangat unik pemahaman kita akan terminologi saat ini, sangat rancu dan sumir. Termasuk dalam urusan makna kata dan kalimat. Bisa jadi hal ini dikarenakan bahasa kita sedang mengalami perkembangan pesat, atau malah sedang mengalami dekadensi. Sebagai contoh, di layar televisi -seperti yang saya simak tadi pagi- seorang mantan pejabat negara yang dijatuhi vonis kurungan dua tahun penjara berkata, “Ini tidak adil, masak jasa dijatuhi hukuman penjara? Apakah Pak Jaksa dan dewan hakim tidak mempertimbangkan jasa saya kepada negara? Apakah pengabdian saya selama puluhan tahun ini dianggap sepi? Padahal saya menjalankan beban tugas-tugas saya dengan tulus dan ikhlas.” Kata-kata tulus dan ikhlas juga nyaris telah menjadi konsumsi sehari-hari. Di media infotainment pun para selebritis dengan ringan lidah melafadzkan dua kalat tersebut. Ada hal yang kontradiktif dalam hal ini, yaitu ketulusan dan keikhlasan akan hilang maknanya bila diucapkan. Dengan kata l

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga

Semar dalam perspektif Psikologi

Semar dikenal sebagai salah satu tokoh wayang asli Indonesia. Semar biasanya dimunculkan bersama gareng, petruk, dan bagong. Sepintas kemunculan para punakawan ini hanya terlihat bagai selingan tawa di tengah jalannya cerita wayang yang cukup serius. Namun di balik itu semua tokoh Semar sendiri memiliki banyak makna. be SEMAR Banyak versi yang menceritakan asal-usul tokoh Semar itu sendiri. Namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa tokoh ini adalah perwujudan dari salah seorang Dewa yang cukup sakti. Semar sendiri diceritakan masih memiliki hubungan dekat dengan Batara Guru yang tidak lain diceritakan sebagai Raja para dewa atau dewa tertinggi. Beberapa versi menyebutkan hubungan tersebut adalah adik-kakak, sedangkan versi lain menyebutkan hubungan paman dan ponakan. Meskipun Dewa yang cukup sakti, sosok Semar justru hanya berperan sebagai pengasuh para kesatria. Para punokawan selalu berada sebagai tokoh belakang dan jarang terlibat secara langsung dalam alur cerita. Para p

Adversity Quotient Turning Obstacles into Opportunities

Tidak jarang dalam dunia kerja ada sekelompok karyawan yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tinggi kalah bersaing oleh para karyawan lain yang ber-IQ relatif lebih rendah namun lebih berani menghadapi masalah dan bertindak. Mengapa sampai seperti itu?. Dalam bukunya berjudul Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities, Paul Stoltz memerkenalkan bentuk kecerdasan yang disebut adversity quotient (AQ). Menurutnya, AQ adalah bentuk kecerdasan selain IQ, SQ, dan EQ yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan. AQ dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang ketika menghadapi masalah rumit. Manusia pada prinsipnya dilahirkan untuk memiliki sifat mendaki. Pendakian ini maknanya adalah bergerak untuk mencapai tujuan hidup kedepan. Maka Adversity Quotient (AQ) adalah penentu kesuksesan seseorang untuk mencapai puncak pendakian. Secara naluri, dalam proses untuk melakukan pendakian akan dihadapkan pada berbagai hambatan, tantangan dan kesulitan. Semuanya ini tidak cuku