Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

Bung Hatta dan Sepatu Bally

Pada tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu itu. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut. Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi. Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Pada hal, jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sangatlah mudah bagi beliau untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.Namun

King's Speech

Diangkat dari kisah nyata The King’s Speech. Diangkat dari kisah nyata Raja George VI. Setelah kematian Ayahandanya, Raja George V (Michael Gambon) dan skandal Raja Edward VIII (Guy Pearce), Bertie (Colin Firth) yang mengalami kesulitan berkomunikasi, tiba-tiba dinobatkan sebagai Raja George VI dari Inggris. Dengan negara di ambang perang dan sangat membutuhkan sosok pemimpin, istrinya, Elizabeth (Helena Bonham Carter), calon Ratu, meminta agar suaminya mengikuti terapi bicara bersama Lionel Logue (Geoffrey Rush) yang eksentrik. Disinilah kisah ini dimulai. Pertemuan pertama antara Bertie (Colin Firth) dengan Lionel Logue (Geogrrey Rush), seorang ahli dalam hal terapi bicara, terutama untuk orang-orang yang tidak terlalu lancar mengucapkan kata-kata (gagap). Rekomendasi untuk para Therapist & Coach Selama proses terapi berlangsung, ada beberapa secene yang menarik sehingga saya memfokuskan diri pada hal tersebut. Karena, proses terapi yang dilakukan oleh Lionel kepad

Membangun Karakter dan Watak Bangsa Melalui Pendidikan

Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Memang idealnya demikian. Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita jumpai perilaku para anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak mau menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa "watak" dengan "watuk" (batuk) sangat tipis perbedaannya. Apabila "watak" bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena faktor bawaan yang sulit untuk diubah, namun apabila "watak" = batuk, mudah disembuhkan dengan minum obat batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan

Human Resources Strategic Planning

Perusahaan telah menyelesaikan perencanaan strategisnya harus menggunakan semua informasi yang ada dalam perencanaan itu sebagai landasan dalam bertindak. Human Resources Strategic Planning (HRSP) merupakan proses ketika pucuk manajemen tertinggi menentukan arah dan tujuan organisasi secara menyeluruh dan bagaimana cara organisasi itu akan mencapainya dari waktu ke waktu. Ini merupakan sebuah proses berkelanjutan karena sebenarnya perusahaan selalutumbuh dan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi baik di luar maupun di dalam perusahaan. Ada empat tahap dalam HRSP, yaitu mission determination, environmental assessment, objective setting, and strategy setting. Penentuan misi perusahaan merupakan langkah perta-ma dalam HRSP karena saatu inilah ditentukan prinsip-prinsip dasar yang akan dianut oleh perusahaan. Sebuah organisasi haruslah memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, juga kesempatan dan tantangan yang ada di luar organisasi sebelum menentukan cara menempu

HR Scorecard

Salah satu sumber pemborosan terbesar dalam perusahaan adalah rendahnya produktivitas tenaga kerja. Namun, meski banyak manajer SDM memahami hal ini, namun cara mereka mengelola SDM relatif tidak ada perubahan. Mereka masih memandang SDM tak ubahnya seperti mesin-mesin produksi yang lain. SDM tetap dipandang sebagai tangible assets. Sedikit sekali sumber dana yang digunakan untuk pengembangan SDM ini. Metode yang mereka pakai untuk memacu kinerja SDM hanyalah mekanisme reward-punishment. Tak dapat dipungkiri bahwa mekanisme tersebut seringkali berhasil dalam memacu kinerja karyawan. Tetapi, kelemahan mendasar dari mekanisme itu jika dijalankan dengan cara serampangan adalah tidak terlibatnya secara emosional para karyawan dalam pekerjaannya masing-masing. Mereka melakukan pekrjaan semata-mata untuk menghindari punishment dan mengejar reward. Mereka tidak pernah mengerjakan sesuatu yang lebih daripada sekadar yang menjadi kewajibannya saja. Banyak manajer SDM mengakui bahwa meski depart

LOVE

Sebuah rumah sakit di Amerika sedang melakukan eksperimen yang cukup menarik. Sekelompok bayi dibelai selama sepuluh menit selama tiga kali sehari. Satu kelompok bayi yang lain tidak pernah mendapatkan belaian.Selang beberapa hari kemudian, ternyata berat badan bayi yang mendapatkan belaian menjadi dua kali berat badan bayi dalam kelompok yang tidak pernah dibelai. Faktanya, tanpa cinta bayi tidak akan tumbuh dengan sehat.Kekuatan cinta sungguh luar biasa. Seperti itu juga jika kita mempratekkan kekuatan cinta terhadap pekerjaan yang sedang kita geluti. Sebagaimana tanpa cinta bayi tidak akan tumbuh dengan sehat,tanpa cinta pekerjaan kita juga tidak akan pernah berkembang. Hampir-hampir mustahil kita mengharapkan karir kita naik sementara kita tidak pernah mencintai pekerjaan kita. Sangat tidak mungkin bisnis kita bisa berkembang jika kita sendiri sudah merasa bosan terhadap bisnis kita tersebut. Saya tahu rasanya jatuh cinta, karena saya mengalaminya saat pacaran dulu. Saya jadi sedem

Izinkan aku istirahat sejenak

SOBAT saya yang baik. Semoga tiap nafas yang terus masuk dan keluar, semakin menambah rasa syukur kita kepada Allah swt. Mudah-mudahan pertemuan kita lewat tulisan ini, menambah keeratan nan merekat ukhuwah kita. Sebentar lagi, saya akan sharing kisah imajinatif pikiran kreatif saya. Jadi, sebelumnya saya menyampaikan, ini bukanlah kisah sebenarnya. Hanya coretan seperti masa di Sekolah Dasar dulu, Saat guru Bahasa Indonesia meminta saya untuk mengarang bebas. Tapi, jikapun itu seakan nyata, tiada maksud untuk menyindir atau menjustifikasi siapapun. Harapan saya, kisah imanjinatif ini menjadi pembelajaran bagi saya, semoga juga untuk Anda. Coretan ini berawal dari saya membaca buku terbaru Pak Gede Prama. Pencerahan Dalam Perjalanan . Ada satu tema yang beliau bahas di buku tersebut, berkesan bagi saya. ” Kembali Sifat Alami Masing-Masing ”. Tema ini sungguh menyadarkan saya untuk selalu waspada dan sadar dengan aktivitas kekinian yang sedang saya kerjakan, supaya tidak berja

Berani melakukan PERUBAHAN

Menelusuri jalan hidup kadang tidak seperti mengikuti rumus berhitung. Satu tambah tiga tidak selalu menjadi empat. Kadang cuma dua, satu, bahkan tidak ada hasil sama sekali. Butuh bekal cukup agar hasil bisa optimal. Ada keraguan yang cukup kuat pada diri Zaid bin Tsabit ketika Umar bin Khaththab mengusulkan sesuatu: Alquran harus dibukukan. Saat itulah Zaid bin Tsabit berucap, “Bagaimana mungkin saya melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?” Umar pun akhirnya menjelaskan. “Perang Yamamah telah banyak menewaskan banyak penghafal Alquran. Aku khawatir, peperangan lain juga akan mengurangi jumlah penghafal Quran di daerah-daerah. Sehingga, banyak bagian Alquran yang menghilang.” Khalifah Abu Bakar pun setuju dengan usulan Umar. Ia meminta Zaid sebagai koordinator. “Demi Allah,” kata Zaid. “Sekiranya mereka menyuruhku untuk memindahkan sebuah gunung, tidaklah lebih berat bagiku daripada perintah mengumpulkan Alquran.” Penggalan kisah di atas memberikan dua

SEBUAH RENUNGAN UNTUK PERUBAHAN DIRI

Sungguh betapa bahagianya siapa saja yang menyadari betapa indah dan lezatnya orang yang mengetahui ilmu tentang bagaimana menjadi seorang hamba Allah yang tertuntun dalam cahaya Islam yang hakiki. Dia tidak akan merelakan sesaat pun, kecuali menjadi jalan untuk mendapatkan curahan kasih sayang dan keridhaan-Nya, Dia akan sangat mewaspadai segala sikapnya. Pandangannya disiapkan untuk menjadi mata yang dapat memandang Allah di akhirat kelak. Karena itu, ditahannya sekuat-kuatnya dari segala hal yang tidak diridhai-Nya. Dipalingkannya sedemikian rupa dari segala yang diharamkan. Dijadikannya ladang kegemaran dan kenikmatan membaca "surat" dari Sang Maha Pencipta. Pendek kata, tatapannya senantiasa bersih dari segala kemaksiatan. Pendengarannya dia jaga dan persiapkan menjadi telinga yang dapat mendengarkan merdunya suara Nabi Daud as dan percakapan para ahli syurga. Ditutupnya rapat-rapat dari kalimat-kalimat hina, suara-s

Sang Pangeran

Di sebuah kerajaan yang makmur di suatu negeri yang indah, hiduplah rakyat dan keluarga kerajaan dalam suasana yang damai dan tenang. Namun ada hal yang mengganjal bagi rakyat dan juga raja. Sang putera mahkota satu-satunya, Pangeran Albert, memiliki sifat dan temperamen yang berbeda dengan sang ayah. Sifat manja dan malas-malasan sudah menjadi tabiatnya. Hidup dan dibesarkan dengan segala kemewahan telah membuat dirinya merasa tak perlu lagi belajar dan mengenal rakyatnya. Seiring dengan berjalannya waktu, sang raja semakin gusar. Usianya yang telah bertambah tua membuatnya berpikir bagaimana nasib kerajaan ini apabila diperintah oleh anaknya yang manja. Tentu kekacauan akan terjadi dimana-mana. Di tengah kegalauan itu, datanglah ide untuk “menyekolahkan” pangeran kepada seseorang sahabat karibnya yang bijak. Segeralah sang raja menulis surat dan mengirimnya dengan kurir kerajaan yang khusus agar segera sampai ke tangan sang sahabat yang bijak ini. Tak lama kemudian, sa

Perubahan merupakan sebuah KETETAPAN

Di alam ini, segala hal berubah, dan tak ada yang tak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Pada masa kita sekarang, perubahan berjalan sangat cepat, bahkan dahsyat dan dramatik. Kita semua, tak bisa tidak, berjalan bersama atau seiring dengan perubahan itu. Tak berlebihan bila Alan Deutschman pernah menulis buku, untuk mengingatkan kita semua, dengan judul agak ekstrim, “Change or Die” (Berubah atau Mati). Perubahan pada hakekatnya adalah ketetapan Allah (sunnatullah) yang berlangsung konstan (ajek), tidak pernah berubah, serta tidak bisa dilawan, sebagai bukti dari wujud dan kuasa-Nya (QS. Ali Imran [3]: 190-191). Namun, perubahan yang dikehendaki, yaitu perubahan menuju kemajuan, tidak datang dari langit (given) atau datang secara cuma-cuma ( taken for granted ). Hal ini, karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah diri mereka sendiri (QS. Al-Ra`d [13]: 11). Untuk mencapai kemajuan, setiap orang harus merencanakan perubahan,

Nilai Sebuah DIRI

Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kaket tersebut terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek itu lalu menghampiri mereka, dan berkata: “Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.” Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan. “Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?” T