Bila kita cermati sejarah peradaban bangsa-bangsa, bangsa mana saja mulai dari mesir kuno hingga India,Yunani Kuno hingga rumawi kuno, persia hingga china, kekhalifahan jazira arab hingga kesultanan turki utsmaniyah, revolusi industri inggris hingga kemerdekaan bangsa amerika dst, dst. dapat bangkit dan menjadi besar pada era-nya masing-masing karena dipelopori oleh semangat patriotisme bervisi jauh kedepan dan bukan patriotisme sesaat yang sudah puas bila bebas dari penjajahan dan hidup enak.
Semangat patriotisme itu dikobarkan oleh golongan masyarakat terdidik yang berjiwa Ksatria dan memiliki Kepemimpinan. Berjiwa Ksatria bukan berarti jago di medan fisik perang. Tapi tidak mundur berjuang meski harus berjuang sendirian. Dan salah satu watak Kepemimpinan adalah tidak menunggu dukungan ataupun pertolongan agar bisa bergerak maju. Pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan berani bergerak duluan; sedangkan dukungan, pertolongan, dan pengikut menyusul kemudian. Pemimpin tidak perlu dimotivasi, tapi merekalah yang menginspirasi dan memotivasi. Pemimpin tidak selalu berarti pemimpin formal, tapi bisa juga bisa pemimpin sosial-spiritual (sebagaimana kebanyakan para Nabi dan Buddha Gautama) ataupun pemimpin intelektual seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Copernicus, Galileo, Isaac Newton, dlsb.
Berbicara mengenai bangsa ini, semua lapisan masyarakat masih " terjajah" oleh ketidakadilan sosial-ekonomi-politik dan kemiskinan sistemik bukan karena kekurangan SDM yang pintar tapi kita masih kekurangan SDM yang terbuka hatinya untuk menggunakan kepintarannya BUKAN untuk mempertahankan ketidakadilan sistem sosial-ekonomi-politik di negeri ini hanya agar bisa meraih posisi, menumpuk kekayaan dan tetap menjabat, TAPI menggunakan kepintarannya untuk membebaskan negeri ini dari ketidakadilan sistem sosial-ekonomi-politik yang menyuburkan kemiskinan sistemik.
Sayangnya, dalam hal perubahan moral sosial, banyak dari kita yang lebih banyak menunggu dimotivasi daripada memotivasi, ditunggu dinspirasi daripada menginspirasi, menunggu dukungan dan pertolongan daripada bergerak menolong dan berkorban lebih dulu, menunggu perubahan daripada mengubah diri sendiri ke arah yang positif.
Hemat saya, ambilah Inisiatif dan Konsistenlah untuk tujuan dan perubahan mulia apapun risikonya; semakin besar risikonya asalkan untuk tujuan mulia maka semakin besar pula mendapat pertolongan dan rahmat-Nya tanpa batas. 'Insya Allah. Mari terus berjuang mulai dari dalam diri kita sendiri.
Kalau kita hanya menggunakan otak saja, kemungkinan besar kita akan gagal membebaskan negeri ini, namun bila disamping bertindak cerdas, keras dan ikhlas kita juga hadirkan selalu dalam hati, jiwa, batin dan pikiran hanya DIA Yang Kudus, Yang Luhur,Yang Kasih, Yang Perkasa, Yang Lembut, Yang Kuat, Yang Kaya, Yang Mencukupi, Yang Mentakdirkan, Yang Menyelamatkan,....
Maka 'insya Allah energi-energi ilahiah Yang Kudus, Yang Luhur,Yang Kasih, Yang Perkasa, Yang Lembut, Yang Kuat, Yang Kaya, Yang Mencukupi, Yang Menentukan, Yang Menyelamatkan itu akan mengalir pula melalui hati kita, kemudian melalui batin kita, kemudian melalui jiwa kita, kemudian melalui pikiran kita, kemudian melalui kata-kata kita, kemudian melalui tindakan-tindakan kita, dan akhirnya melalui keseluruhan perilaku hidup kita,
SEHINGGA DAPAT "MEMBUKA HATI" & MENGGERAKKAN JIWA ORANG-ORANG sebangsa dan setanah air, setiap warga negara untuk bersama-sama memperbaiki terus etos berbangsa dan bernegara kita dalam wujud HIDUP LURUS, HIDUP JUJUR, HIDUP SEDERHANA, HIDUP SALEH, HIDUP DERMAWAN untuk tujuan-tujuan moralis kebangsaan dan kemanusiaan dimulai dari diri dan lingkaran keluarga sendiri, kemudian meluas ke lingkaran tempat kerja hingga lingkaran masyarakat sekitar kita.
Sehingga MEMBENTUK LINGKARAN KEBAIKAN KEBANGSAAN yang dapat membasmi LINGKARAN "SETAN" birokrasi, politik dan bisnis yang kotor dan tidak sehat, penyebab ketidakadilan sistem sosial-ekonomi-politik yang menyuburkan kemiskinan sistemik di negeri ini. Semoga.
Tulisan KEMERDEKAAN ini, tujuannya adalah untuk Kembali kepada-Nya agar dengan kita kembali (tawbat) kepada-Nya maka kita dapat lebih merasakan Kehadiran-Nya dalam seluruh gerak, nafas dan langkah kita, sehingga Kekuatan-Nya akan mengalir melalui diri-diri kita untuk memperbaiki bangsa dan dunia melalui TRANSFORMASI SOSIAL-MORAL.
Catatan Wiyoso Hadi (2009) :
agama boleh beda
tapi janganlah hal itu jadi halangan untuk saling berbagi pengalaman spiritual
dalam ikatan tulus persahabatan dan Bahasa Cinta Kasih
berani berkorban demi tegakkan kebenaran
dan ikhlas menolong adalah lambang jiwa Hanoman,
kapan jiwa Ksatria itu mendarah daging dalam diri seluruh anak bangsa?
bangsa yang sukanya yang serba praktis-praktis saja
takkan tumbuh jadi bangsa tangguh yang besar
untuk menggerakan bangsa yang utama bukan posisi kekuasaan atau kapasitas intelektual
melainkan Karisma Jiwa
karisma jiwa terbangun bukan karena banyak meraih gelar atau hafal banyak ayat suci
melainkan karena konsistensi hidup lurus, jujur, dan rajin karena iman.
Sucikanlah Batinmu sebelum Lahirmu,
dia yang suci lahirnya belum tentu suci batinnya,
dia yang suci batinnya pasti suci lahirnya
Keseluruhan mempengaruhi Bagian,
Bagian mempengaruhi Keseluruhan
bila Keseluruhan tak dapat engkau perbaiki,
perbaikilah terus dengan sabar bagian-bagian...
dan Keseluruhan menuju Perbaikan
pungutan negara harus Adil memberi manfaat bagi masyarakatnya,
Jika tidak... itu sama saja dengan Kezhaliman
Keadilan bukan sama rata, tapi menerima manfaat sesuai
pemenuhan kewajiban, besarnya tanggungjawab, hak dan kontribusinya.
dia yang harap kemuliaan dunia
belum tentu mendapatkannya
dia yang harap ridho Allah semata
pasti dapat Kemuliaan tiada penghabisan
inkonsistensi datangkan keraguan,
keraguan datangkan inkonsistensi
sadari... baru yakini: Tiada hakiki "aku-aku" kecuali AKU
AKU untuk MERDEKA!
Komentar