Memang sangat unik pemahaman kita akan terminologi saat ini, sangat rancu dan sumir. Termasuk dalam urusan makna kata dan kalimat. Bisa jadi hal ini dikarenakan bahasa kita sedang mengalami perkembangan pesat, atau malah sedang mengalami dekadensi. Sebagai contoh, di layar televisi -seperti yang saya simak tadi pagi- seorang mantan pejabat negara yang dijatuhi vonis kurungan dua tahun penjara berkata, “Ini tidak adil, masak jasa dijatuhi hukuman penjara? Apakah Pak Jaksa dan dewan hakim tidak mempertimbangkan jasa saya kepada negara? Apakah pengabdian saya selama puluhan tahun ini dianggap sepi? Padahal saya menjalankan beban tugas-tugas saya dengan tulus dan ikhlas.” Kata-kata tulus dan ikhlas juga nyaris telah menjadi konsumsi sehari-hari. Di media infotainment pun para selebritis dengan ringan lidah melafadzkan dua kalat tersebut. Ada hal yang kontradiktif dalam hal ini, yaitu ketulusan dan keikhlasan akan hilang maknanya bila diucapkan. Dengan kata l
"Sumbangan kecil bagi perkembangan diri dalam menuju kebangkitan bangsa"