Langsung ke konten utama

Pemimpin Juga Manusia

Beberapa hari yang lalu ketika membawa mobil memasuki lapangan parkir, karena diburu oleh waktu saya memarkirkan mobil dengan posisi serong mengikuti satu-satunya mobil yang ada di lapangan parkit tersebut dan menempatkan mobil tepat di sebelahnya.Ketika turun dari mobil, ternyata saya baru menyadari bahwa aturan di lapangan tersebut adalah parkir mobil secara lurus, tidak serong.

Mari kita kita perdalam kejadian tersebut, dan memisahkan elemen-elemen yang terkait dalam kejadian tersebut. Mobil yang lebih dulu parkir kita anggap sebagai pemimpin yang menjadi panutan, saya yang parkir belakangan adalah pengikut, lapangan parkir adalah alam semesta, dan garis tanda tempat parkir adalah prinsip atau hukum yang berlaku di alam semesta.

Ternyata dari peristiwa sederhana dan pemisahan elemen tersebut saya dapat menarik sebuah pelajaran, bahwa pemimpin atau bahasa kerennya role model yang menjadi panutan juga manusia biasa seperti kita, karena role model tersebut tidak selalu benar dalam perbuatan atau tindakan, apabila dia melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku di alam semesta.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Malin. Dia adalah orang yang layak untuk menjadi pemimpin dan panutan di kelompoknya, karena dia memiliki karakter yang sesuai untuk menjadi seorang pemimpin seperti kecerdasan, keberanian, setia kawan, bijaksana dan kebajikan. Dan Malin memiliki pilihan untuk mencapai tujuan hidupnya dengan menggunakan karakter yang dia miliki.

Yang salah adalah bila Malin menggunakan karakter yang dia miliki tersebut untuk tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku.

Bila Malin menjadi pemimpin di dunia hitam atau pemimpin dari kelompok penjahat, maka dia akan menggunakan kecerdasannya untuk mencari tahu dimana barang berharga disimpan; menggunakan keberaniannya untuk memimpin perjalanan; menggunakan kesetiakawanannya untuk membantu anak buahnya ketika melarikan diri dari kejaran para penegak hukum; menggunakan kebijaksanaannya untuk mempelajari dan mempertimbangkan situasi sebelum melakukan perampokan; dan menggunakan kebajikannya untuk membagi hasil rampokan dengan adil.

Jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan hidup memang terjal, sulit dan berliku. Terkadang seorang pemimpin tergoda untuk mengambil jalan pintas yang lebih mudah dengan cara mengabaikan nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku agar tujuannya dan kelompoknya dapat tercapai.

Yang salah adalah bila kita sebagai anak buah lupa mengingatkan pada pimpinan atau panutan kita bahwa tindakan atau perbuatan yang dia lakukan tidak sesuai dengan nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku.

Sudahkah Anda menjadi pemimpin yang selalu mengacu pada nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku?

© 2006. Nugroho Adhi W. All rights reserved.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga