Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

Evolution VS Creationism

Awal Dalam kelas biologi di sekolah-sekolah kita, asal-usul manusia dan alam semesta diuraikan berdasarkan teori evolusi. Banyak orang telah menerima teori ini sebagai kebenaran ilmiah. Pertentangannya dengan konsep penciptaan yang dikenal dalam beberapa agama boleh dikatakan diabaikan. Konsep penciptaan dianggap sebagai bahasa iman yang "kurang ilmiah". Sejumlah kalangan justru mencoba "mendamaikan" kedua konsep ini dengan menyatakan, bahwa teori evolusi adalah penjelasan ilmiah bagi penciptaan. Pada tahun 1967 para astronom dikejutkan penemuan gelombang radio yang datang dari luar angkasa "Yang kami pikir pertama-tama adalah" mereka berkata, "Ini adalah ras cerdas (se)lain (manusia)" yang mencoba berkomunikasi dengan kita. Mereka memberi nama sinyal-sinyal itu "MHK," kepanjangan dari Manusia Hijau Kecil. Tapi, hal itu berubah ketika mereka kemudian menemukan sebuah pulsar, sebuah bintang yang berotasi, yang meniru sebuah suar radio.

Home

Semangat pagi SOBAT profesional... Pukul 19.00 saya membuka email, seperti biasa adalah mulai membuka email-email dari rekan mahasiswa saya. Tugas yang saya berikan adalah terkait bagaimana membuat analisis terhadap film tersebut. Ada satu rekan mahasiswa saya yang menurut saya "apik" dalam membahas film tersebut.  Namanya Nabilla, ia memang memiliki hobby menulis, sebagian besar karyanya adalah menulis cerita fiktif remaja atau yang dikenal dengan "teenlith". Selain hobby menulis cerita pendek, ia juga memiliki harapan untuk mencapai cita-citanya sebagai "news presenter". Menurut saya dengan passion dan semangat yang ia miliki saat ini dapat meraih apa yang ia cita-citakan. Berikut ini ulasan mengenai film "HOME" yang ia buat,  Semoga ulasan mini ini dapat memberikan pilhan Sobat profesional untuk memilih film di long weekend ini.  Judul : HOME Sutradara :  Yann   Arthus-Bertrand Produksi :  Denis Carot and Luc Besson Tahun :  2009 Li

Mengalah Vs Memberi

Sebuah diskusi kecil yang menarik dalam pikiran saya setelah tulisan “Tikungan”. Seorang sahabat bercerita mengenai kasus yang sama pada sebuah situasi berpapasan dengan kendaraan lain tapi dengan peran sebaliknya. Dengan tetap memaksakan kendaraannya untuk dapat lewat pada situasi tersebut. Ia menggambarkan sebuah dialog kecil antara dirinya dan ibunya, saat itu ibunya yang mengendarai mobilnya. "Mom, itu ngalah aja, biar bisa lewat." Kata saya. Tapi mama diam aja dan terus tidak mengalah. "Kenapa sih mom, ga ngalah aja kan ngalah juga ngga rugi apa-apa toh ga sejam dua jam itu paling cuma 1-2menit." Mama saya menjawab. "Kita sudah terlalu banyak mengalah." Gitu kata mama saya. Saya tidak menjawab lagi, karena saya tahu sifat mama saya, jika saya menjawab itu berarti melawan dikamusnya.  Jadi saya memilih diam. Setelah saya membaca email dari rekan saya ini, jadi berpikir apa bedanya mengalah dan memberi. Apakah dalam kasus ini kita bicara menang d

Tikungan

Suasana malam yang gerimis, sudah hampir satu hari ini hujan tidak kunjung henti.   Bisa dipastikan sepanjang jalan akan menemukan kemacetan yang luar biasa. Jam menunjukkan pukul 20.00 wib. Radio asik memutarkan lagu-lagu jazz yang easy listening. Saya cukup menikmati berkendara walaupun waktu tempuh kantor ke rumah biasanya hanya 1 jam, saat ini saya sudah masuk hampir 2 jam. Hal yang lumrah di Jakarta ini. Mau mengeluh, malah tambah melelahkan bisa-bisa malah berbuat anarkis. Membahas kemacetan akhirnya menjadi hal yang “Basi” di Jakarta ini, membahas menghadapi kemacetan inilah yang sedang menjadi “in”. Akhirnya saya memasuki area perumahan saya. Dari Gerbang Depan hingga sampai rumah saya masih relatif jauh. Maklumlah padat dan mahalnya hunian di Jakarta membuat kita harus memilih yang terbaik dari yang ada. Arah ke rumah saya, lampu jalannya tidak ada. Yang ada hanya beberapa lampu swadaya dari masyarakat sekitarnya. Jadi alhasil cukup gelap ditambah hujan yang kembali deras

Entrepreneurship adalah MENTALITAS

Terinspirasi dari sebuah perbincangan di sebuah warung kopi, di sudut Jakarta. Asik meminum hitam dan hangatnya kopi di pagi hari diantara padatnya lalu lintas Jakarta. Pagi itu terasa dingin, karena malamnya hujan. Sejenak melepas lelah di warung kopi tersebut. Terdengar perbincangan sekelompok orang di seberang meja saya. Terlihat mereka berprofesi sebagai orang peerintahan yang sedang sedang menikmati Jakarta yang hujan rintik. Terlibat pembicaraan keempat personil tersebut. Salah seorang bertanya kepada salah seorang rekannya bagaimana ia dapat keluar dari perasaan kurang percaya diri untuk mencoba memulai usaha. Rekannya mengatakan harus membaca banyak buku tentang orang-orang sukses. Yang lainnya mengatakan kita harus berani berusaha untuk mulai membuka usaha baru. Dan salah seorang lagi mengatakan, bahwa mungkin salah satu cara untuk kita keluar dari kesulitan ekonomi dengan menjadi seorang entrepreneur. Perbincangan ini mengusik pikiranku. Seorang entrepreneur tidak harus