Langsung ke konten utama

Commitment, Persistence, and Continuous improvement



"Consistency, persistence, and continuous improvement are stillalways needed even someone has achieve his/her targets"

"Komitmen, keteguhan terhadap tujuan, dan usaha/pengembangan yangtak berkesudahan, tetaplah diperlukan walau seseorang telah mulai berhasil mencapai target-target dalam hidupnya"

Komitmen merupakan sesuatu hal mudah untuk dikatakan. Apakah para Sobat menyadari bahwa kita mengatakan sesuatu hal yang “Berharga”. Kenapa sangat berharga?

Komitmen merupakan suatu ungkapan syukur kita terhadap hidup yang telah diberikan kepadaNya. Betapa “berharga’nya kehidupan yang kita jalani jika memiliki tujuan, yaitu tujuan yang baik tentunya. Sekali lagi mudah berkata dan butuh usaha dalam menjalankannya.

Salah satu bentuk komitmen adalah “perkataan” yang di keluarkan dari mulut, seperti janji. Ada pengertian yang sangat dalam tentang janji. Janji dan komitmen itu bukan sekedar memenuhi
apa yang telah dijanjikan. Tapi memenuhi janji adalah sebuah pekerjaan sepenuh hati, sekuat tenaga, sebuah kegiatan yang dipenuhi dengan nilai-nilai professionalisme, memberikan lebih dari apa yang kita janjikan. Memenuhi janji dan komitmen tidak bisa hanya dipenuhi dengan omongan saja, harus dari lubuk hati yang paling dalam, agar seluruh semesta bekerja untuk kita dalam memberikan yang terbaik.

Usaha dan kerja yang keras belumlah cukup untuk mencapai sebuah keberhasilan atau kesuksesan, namun adanya kehendak dari yang kuasa dalam setiap peristiwa. Akan tetapi, saya tidak ingin berapologi atas kekuasaan Tuhan dalam berkehendak untuk menutupi janji dan komitmen. Berjanji dan berkomitmen juga bukan sesuatu yang harus ditakuti. Saya selalu memiliki respect yang dalam terhadap teman-teman saya yang mampu mengucap komitmennya. Dibutuhkan keberanian. Nyali. So, besarnya tanggungjawab atas janji dan komitmen bukan lalu untuk ditakuti dan dihindari. Tapi untuk dihadapi.

Bagaikan seorang perenang di kolam renang, saat ia diam dan tak bergerak maka lambat laun ia akan tenggelam ke dasar kolam, maka baik gerakan untuk mempertahankannya mengambang di permukaan ataupun gerakan untuk membawanya ke sisi kolam lain tetap diperlukan selama ia berada dikolam tersebut.

Demikian juga dengan kondisi sebuah rumah, saat sang pemilik rumah tidak melakukan aktivitas untuk membersihkan rumah, maka seluruh bagian rumah akan ditutupi debu yang makin lama makin tebal dan kotor, bagian rumah tertentu akan ditumbuhi lumut dan kerak, sarang laba-laba dan karat.

Maka upaya untuk membersihkan dan merapikan akan selalu diperlukan secara konsisten untuk mencapai kondisi yang diperlukan, bila tidak, segala sesuatu akan kembali pada kondisi dasar yang biasanya tidaklah positif.

Hal ini juga berlaku pada kebiasaan sukses, walaupun seseorang telah berhasil mencapai beberapa sukses dan target, berbagai sikap mental untuk terus berusaha dan berupaya untuk mencapai target selanjutnya akan tetap dipertahankan dan diperlukan, bila tidak segala sesuatu akan menurun dan mundur sedikit demi sedikit dengan sendirinya sesuai dengan apa yang berlaku secara alamiah.

Selamat merenungkan dan mengambil langkah praktis yang akan dapat mendukung komitmen pencapaian para Sobat yang lebih baik dan lebih baik lagi secara konsisten !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga