“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-ku), sesungguhnya azabKu sangat pedih”(QS 14:17)
Semangat pagi SOBAT Indonesia dimanapun berada…penuh cinta dan kebaikan senantiasa mewarnai diri kita dalam hidup…amiin
Pagi ini merupakan pagi yang menyenangkan bagi diri saya untuk beraktivitas, bagaimana dengan diri SOBAT sekalian..saya harap perasaan dan pikiran positif selalu bersama diri kita. Untuk membangun pikiran positif dibutuhkan sebuah rasa syukur. Kenapa rasa syukur merupakan hal yang penting??
Terkadang kita lupa dan larut dalam kesibukan kita yang menyita waktu. Pekerjaan A, tugas B ditambah dengan berbagai kebutuhan keluarga dan lain sebagainya. Waktu tidak pernah berhenti. Bahkan rekan saya yang bekerja disebuah perusahaan advertising mengatakan andaikan waktu diciptakan lebih dari 24 jam. Waahhh…begitu dahsyatnya keinginan kita untuk dapat berkarya selalu. Namun sering juga kita dilanda dengan beban berat, stress, marah, lelah, penat, panic, yang juga terjadi selama waktu itu bergulir. Deadline pekerjaan, banyaknya tugas, mandegnya pikiran tidak dapat memecahkan masalah, konflik, dan lain sebagainya. Dan kita merasa tak berdaya !!
Ketidakberdayaan ini terjadi karena kita melupakan arti makna kata bersyukur. Jelas kutipan di atas mengatakan bahwa jika kita melupakan rasa syukur kita yang kita dapat adalah azab, yaitu stress dan teman-temannya yang lain. Kenapa kita sering melupakan rasa syukur tersebut. Pertama kita sebagai manusia memiliki keinginan yang tak terbatas hingga kita melupakan apa yang telah kita miliki saat ini. Kekurangan demi kekurangan terus yang mendera perasaan dan pikiran kita. Namun pernahkah kita menghargai apa yang telah kita miliki??..Hutan yang luas sebagai paru-paru dunia habis untuk pemuasan kebutuhan manusia. Resapan air yang semakin berkurang karena banyaknya infrastruktur yang tidak mempedulikan dampak lingkungan. Itulah sifat dasar manusia, selalu tidak pernah puas. Kita lupa menghargai dan merawat yang sudah ada, tak heran terjadinya kebakaran hutan, banjir, dan bencana lain-lainnya karena ulah kita sendiri…kembali kita mendapat azab dari apa yang telah kita perbuat sendiri.
Kekurangan tersebut bisa juga dipicu karena kita tidak pernah puas dengan diri kita sendiri. terkadang kita justru tidak menghargai potensi yang kita miliki. Kita cendrung melihat rumput tetangga yang lebih hijau warnanya. Iri, dengki dan bagaimana mendapatkannya dengan segala cara. Susah melihat orang senang, senang melihat orang susah…jika hal ini terus kita kembangkan dan budayakan apa yang terjadi…mungkin saja kita tidak dapat membangun Komunikasi yang baik satu dengan yang lain, konflik terus terjadi, saling menyalahkan satu dengan yang lain, khianat karena ketidakpuasan, jadi bagiamana kita bisa bicara dengan nyaman??..bisa-bisa kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Hal ini terjadi karena kita tidak mensyukuri potensi yang kita miliki. Setiap manusia terlahir dengan keunikannya masing-masing, sehingga menghargai keunikan diri berarti menghargai perbedaan yang ada, da bagaimana membangun jembatan Komunikasi diantara perbedaan dengan membangun mental set keberlimparuahan (abundance mentality) dengan “senang melihat orang senang dan susah melihat orang susah. Siapa lagi yang peduli dengan diri, orang lain dan lingkungan kecuali manusia itu sendiri, karena manusia adalah khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.
Dan yang terakhir adalah apa yang kita usahakan dan dapatkan adalah miliki kita sendiri, orang lain ta’ u..u.. ya. Sikap seperti ini akhirnya mendatangkan sifat pelit kikir, sombong, riya dan berbagai macam penyakit hati lainnya. Kita melupakan bahwa manusia adalah sejatinya sebagai makhluk social, dimana keberadaan dirinya tidak dapat terlepas dari keberadaan orang lain, dan mereka saling tergantung (interdependent) satu dengan yang lainnya. Jadi apa yang kita dapatkan saat ini sudah pasti ada kontribusi orang lain di sekitar kita. Sudah saatnya kita harus berbagi untuk dapat menyukuri nikmat yang didapatkan. Udara yang segar, matahari yang hangat, kicau burung yang indah, keluarga yang bahagia, rekan kerja yang sahaja dan semua kebaikan bisa kita dapatkan dengan Cuma-Cuma selama kita membangun sikap syukur pada diri kita. “ tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah, memikul kayu bakar lebih mulia dari pada mengemis, seorang diri yang kuat lebih dicintai daripada diri yang lemah.” Mulailah member rasa syukur kita..senyum di pagi hari, sapaan hangat, jabatan tangan dengan penuh semangat…dan berkaryalah untuk dunia seakan-akan kita akan hidup selamanya dan beribadahlah dan mengembangkan rasa syukur untuk mendapatkan akhirat seakan-akan mati besok.
Tetap Semangat dan teruslah berbagi Ke’baik’an dan teruskan semangat ber’ syukur’ untuk meraih kebaikan baigi diri, orang lain dan lingkungan….
Semangat pagi SOBAT Indonesia dimanapun berada…penuh cinta dan kebaikan senantiasa mewarnai diri kita dalam hidup…amiin
Pagi ini merupakan pagi yang menyenangkan bagi diri saya untuk beraktivitas, bagaimana dengan diri SOBAT sekalian..saya harap perasaan dan pikiran positif selalu bersama diri kita. Untuk membangun pikiran positif dibutuhkan sebuah rasa syukur. Kenapa rasa syukur merupakan hal yang penting??
Terkadang kita lupa dan larut dalam kesibukan kita yang menyita waktu. Pekerjaan A, tugas B ditambah dengan berbagai kebutuhan keluarga dan lain sebagainya. Waktu tidak pernah berhenti. Bahkan rekan saya yang bekerja disebuah perusahaan advertising mengatakan andaikan waktu diciptakan lebih dari 24 jam. Waahhh…begitu dahsyatnya keinginan kita untuk dapat berkarya selalu. Namun sering juga kita dilanda dengan beban berat, stress, marah, lelah, penat, panic, yang juga terjadi selama waktu itu bergulir. Deadline pekerjaan, banyaknya tugas, mandegnya pikiran tidak dapat memecahkan masalah, konflik, dan lain sebagainya. Dan kita merasa tak berdaya !!
Ketidakberdayaan ini terjadi karena kita melupakan arti makna kata bersyukur. Jelas kutipan di atas mengatakan bahwa jika kita melupakan rasa syukur kita yang kita dapat adalah azab, yaitu stress dan teman-temannya yang lain. Kenapa kita sering melupakan rasa syukur tersebut. Pertama kita sebagai manusia memiliki keinginan yang tak terbatas hingga kita melupakan apa yang telah kita miliki saat ini. Kekurangan demi kekurangan terus yang mendera perasaan dan pikiran kita. Namun pernahkah kita menghargai apa yang telah kita miliki??..Hutan yang luas sebagai paru-paru dunia habis untuk pemuasan kebutuhan manusia. Resapan air yang semakin berkurang karena banyaknya infrastruktur yang tidak mempedulikan dampak lingkungan. Itulah sifat dasar manusia, selalu tidak pernah puas. Kita lupa menghargai dan merawat yang sudah ada, tak heran terjadinya kebakaran hutan, banjir, dan bencana lain-lainnya karena ulah kita sendiri…kembali kita mendapat azab dari apa yang telah kita perbuat sendiri.
Kekurangan tersebut bisa juga dipicu karena kita tidak pernah puas dengan diri kita sendiri. terkadang kita justru tidak menghargai potensi yang kita miliki. Kita cendrung melihat rumput tetangga yang lebih hijau warnanya. Iri, dengki dan bagaimana mendapatkannya dengan segala cara. Susah melihat orang senang, senang melihat orang susah…jika hal ini terus kita kembangkan dan budayakan apa yang terjadi…mungkin saja kita tidak dapat membangun Komunikasi yang baik satu dengan yang lain, konflik terus terjadi, saling menyalahkan satu dengan yang lain, khianat karena ketidakpuasan, jadi bagiamana kita bisa bicara dengan nyaman??..bisa-bisa kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Hal ini terjadi karena kita tidak mensyukuri potensi yang kita miliki. Setiap manusia terlahir dengan keunikannya masing-masing, sehingga menghargai keunikan diri berarti menghargai perbedaan yang ada, da bagaimana membangun jembatan Komunikasi diantara perbedaan dengan membangun mental set keberlimparuahan (abundance mentality) dengan “senang melihat orang senang dan susah melihat orang susah. Siapa lagi yang peduli dengan diri, orang lain dan lingkungan kecuali manusia itu sendiri, karena manusia adalah khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.
Dan yang terakhir adalah apa yang kita usahakan dan dapatkan adalah miliki kita sendiri, orang lain ta’ u..u.. ya. Sikap seperti ini akhirnya mendatangkan sifat pelit kikir, sombong, riya dan berbagai macam penyakit hati lainnya. Kita melupakan bahwa manusia adalah sejatinya sebagai makhluk social, dimana keberadaan dirinya tidak dapat terlepas dari keberadaan orang lain, dan mereka saling tergantung (interdependent) satu dengan yang lainnya. Jadi apa yang kita dapatkan saat ini sudah pasti ada kontribusi orang lain di sekitar kita. Sudah saatnya kita harus berbagi untuk dapat menyukuri nikmat yang didapatkan. Udara yang segar, matahari yang hangat, kicau burung yang indah, keluarga yang bahagia, rekan kerja yang sahaja dan semua kebaikan bisa kita dapatkan dengan Cuma-Cuma selama kita membangun sikap syukur pada diri kita. “ tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah, memikul kayu bakar lebih mulia dari pada mengemis, seorang diri yang kuat lebih dicintai daripada diri yang lemah.” Mulailah member rasa syukur kita..senyum di pagi hari, sapaan hangat, jabatan tangan dengan penuh semangat…dan berkaryalah untuk dunia seakan-akan kita akan hidup selamanya dan beribadahlah dan mengembangkan rasa syukur untuk mendapatkan akhirat seakan-akan mati besok.
Tetap Semangat dan teruslah berbagi Ke’baik’an dan teruskan semangat ber’ syukur’ untuk meraih kebaikan baigi diri, orang lain dan lingkungan….
Komentar