Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum Wr. Wb. Sobat Indonesia, Saya bukan ahlinya dalam bidang kebahagiaan. Bila ingin tahu lebih banyak tentang hal ini, sekarang ada cabang ilmu psikologi yang dinamai psikologi positif (positive psychology). Kalau dimasa lalu psikologi lebih menkekankan kepada bagaimana menyembuhkan orang berpenyakit jiwa agar bisa kembali menjadi manusia "normal", maka psikologi positif mempelajari bagaimana orang normal bisa meraih kebahagiaan.
Dari sedikit yang saya ketahui, kebahagiaan itu berbeda dari kesenangan. Kebahagiaan adalah kondisi mental (mental state) yang mencerminkan kepuasan dan ketenangan batin yang sifatnya sustainable (langgeng). Kesenangan (joy, pleasure) biasanya sebagai reaksi (positif) dari situasi tertentu yang sifatnya sementara. Ketika membeli mobil baru kita senang, tetapi setelah beberapa bulan merasa biasa-biasa saja. Lain halnya dengan kebahagiaan yang diraih oleh orang yang mencintai pekerjaannya karena menantang dan memang bidang keahliannya.
Kebahagiaan juga merupakan pilihan. Kalau ingin bahagia kita harus memilih untuk bahagia. Menurut hasil beberapa penelitian psikologi positif, kebahagiaan dapat diraih antara lain bila kita hidup mengalir (flow/engaged) tanpa target tertentu, memanfaatkan atau menyalurkan kelebihan (strength) kita dalam bekerja, banyak mensyukuri diri sendiri dan orang lain, menjalani hidup yang bermakna (dengan memberi dan membantu mereka yang perlu pertolongan). Kebahagiaan juga dapat diraih dengan melatih diri untuk selalu sadar (mindful) terhadap sensasi didepan mata kita dan kini.
Baru saja saya menyampaikan kepada seseorang yang memberi tanggapan atas tulisan saya tentang “Memberi adalah Gaya Hidup Sehat?” bahwa yang kita berikan kepada orang lain itu tak harus berupa materi. Kita memilki kekayaan nonmateri yang sangat berlimpah: senyuman, cinta, ilmu, semangat dan gairah hidup, menghormati dan menghargai pendapat, menolong, dan masih banyak lagi. Kita bisa berikan semua itu kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Memberi dapat kita lakukan setiap hari.
Terkait dengan memberi dalam bentuk nonmateri itu—khususnya cinta—buku Why Good Things Happen to Good People menyimpan banyak kisah yang sangat menarik. Kisah-kisah itu, bagi saya, sungguh menginspirasi. Saya akan mencoba menyampaikan kisah-kisah itu dalam bentuk penggalan-penggalan kecil. Semoga, seperti yang saya rasakan, penggalan kisah itu masih punya daya gugah untuk menginspirasi Anda agar membiasakan memberi.
Kisah Katherine Meyers
Pada musim dingin 1966, Meyers bertemu Marvin, seorang tunawisma, di jalanan Chicago. Marvin berkata kepadanya, “Jangan sebut saya tunawisma. Saya punya rumah di dalam hati saya.” Meyers baru saja menjatuhkan uang ke dalam cangkir Marvin. Lalu Meyers bercerita, “Saat berjalan melintasinya, seolah kaki saya 100 kilogram beratnya. Saya tidak mampu terus berjalan. Saya merasa ditarik ke belakang.”
Meyers pun berbalik dan memperkenalkan diri. Marvin dilahirkan dalam keadaan buta, tetapi dia berjalan tanpa menggunakan tongkat. “Anda memiliki mata di kedua kaki dan tangan Anda,” ujar Meyers, dan Marvin meraih tangan Meyers dan meletakkan di hatinya. Mereka pun berbincang-bincang. Tak lama kemudian, Meyers merangkul lelaki itu, dan saat melakukannya, dia melihat banyak orang memalingkan mukanya ketika berjalan melewati keduanya.
“Mereka rugi karena tidak merasakan kearifan lelaki ini. Lelaki buta itu duduk di sana tanpa penilaian maupun kepahitan,” ujar Meyers. Sejak itu Meyers bekerja untuk membantu para tunawisma. “Saya belajar bahwa tangan yang terjulur tidak selalu berarti, ‘Letakkan uang di sini.’ Kadang-kadang itu berarti, ‘Raih tangan saya. Pandang saya secara manusiawi. Akui keberadaan saya.”
Kisah Susie Valdez
Susi Valdez dijuluki “Ratu Tempat Sampah”. Dia dilahirkan di daerah kumuh Meksiko. Putus sekolah saat kelas sepuluh dan melahirkan emat anak secara berturut-turut. Dengan hanya membawa sedikit barang miliknya, Susi bersama empat anaknya pindah ke El Paso, Texas. Susi menghabiskan 40 tahun berikutnya untuk merawat orang-orang Meksiko yang melarat.
Susi mendirikan sebuah misi, mengumpulkan dana untuk dua klinik kesehatan, mengerahkan para politisi penting, memberi subsidi kepada sekolah-sekolah, dan memberi makan hingga 3.000 orang miskin setiap harinya. Banyak orang yang pernah bertemu dengan Susi Valdez mengagumi pancaran karismanya dalam menghadapi begitu banyak penderitaan.
Berbagai agama juga mengajarkan tentang bagaimana cara mencapai kebahagiaan. Dalam bahasa yang berbeda-beda, agama pada umumnya mengatakan bahwa kebahagiaan dapat dicapai bila kita mampu melepaskan diri dari keterikatan kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Bukan melarang memiliki tetapi tidak mengandalkan dan terikat kepada benda-benda duniawi. Islam dalam alQur'an jelas memfirmankan bahwa kebahagiaan sejati adalah kedekatan dengan Sang Maha Pencipta dengan selalu mengingat (dzikr) kepadanya (ala bidzikrillahi tatmainnul qulub). Karena Tuhan selalu dekat di benak dan hati kita, maka dengan sendirinya kita akan selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Dan hati yang makin bersih berarti makin tipisnya tabir penghalang antara kita denganNya.
Berikan cinta, dan kita akan menemukan hidup dalam segala kekuatan, vitalitas, kebahagiaan, dan keriangannya. Dalam kemurahan hati terdapat penyembuhan dan kesehatan.
Money CANNOT buy everything:
-You can buy bed but you cannot buy sleep
- You can buy food but you cannot buy appetite
- You can buy sex but you cannot buy love
- You can buy a house but you cannot buy a home
- You can buy medicine but you cannot buy health
- You can buy books but you cannot buy knowledge
- You can buy (every)thing but you cannot buy happiness
Dan seterusnya....
Intinya: kebahagiaan itu bukan datang dari yang kita miliki tapi dari apa yang kita kerjakan (amalkan). Kebahagiaan tidak datang dari luar diri kita tapi dari dalam diri sendiri. Kebahagiaan tertinggi adalah ketika kita mencapai jiwa yang tenteram (nafs mut'mainnah). Jiwa inilah yang akan kembali kepada Rabbnya nanti, dan kebahagiaan tertinggi di akhirat nanti adalah ketika kita melihat wajahNya ( liqa' wajhi rabbika). Wallahu alam.
To forgive is the highest, most beautiful form of love.
In return, you will receive untold peace and happiness.
Have a joyous Idul Fitri
Makna kemenangan yang hakiki, adalah menang karena pandai interospeksi diri, menang dalam menguasai hasrat diri, untuk lebih mendengarkan hati nurani, agar hidup tidak hanya demi diri sendiri.
Dengan sungkem dan peluk erat, biasakan saling mema'afkan setiap saat, sertakan Cinta dalam keseharian, sebagai fondasi kepatuhan padaNya.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H
Tetap belajar dan berbagi untuk Indonesia Lebih BAIK.
Wicaksana, 2015
Komentar