Rasul yang mulia bersabda
“Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa agar tidak ada beda antara yang kaya dan miskin. Orang yang kaya akan merasakan rasa lapar sehingga muncul rasa kasih terhadap orang-orang yang fakir. Orang-orang kaya dapat mewujudkan apa yang diinginkannya dan melalui puasa Allah memberikan rasa derita dan lapar sehingga orang-orang kaya membela yang lemah, mengasihi yang lapar”
Saudaraku,
Benarkah telah tumbuh di hati kita rasa kasih terhadap orang-orang yang fakir saat ini ? Ataukah kita termasuk di antara pendusta Agama ?
Di bulan Ramadhan yang lalu,
Mendadak kita memakai jubah kesalehan
Shalat kita lakukan di awal waktunya,
Kita kejar Maghrib agar mendapatkan kemuliaannya
Tarawih kita laksanakan dengan khusyu’nya
Tadarus al-Qur’an kita lantunkan dengan suara speaker yang memekakkan telinga orang disekitarnya
Malam-malam kita terjaga untuk menjaga sahur dan shalat malamnya
Di kantor-kantor
Kita selenggarakan sholat Zhuhur berjamaah
Kita undang penceramah untuk kita dengarkan pengajian bersama
Sebagian mendengarkan dengan khusyu’ untuk memperbaiki dirinya
Sebagian terangguk-angguk dengan kantuknya
Mushala kantor yang sempit tiba-tiba menjadi hotel bintang lima
Buka puasa bersama marak dimana-mana
Di rumah-rumah pejabat, kantor-kantor, Mall-Mall, Kafe-kafe menjadi sesak
Dengan niat berbagi
Kita undang anak-anak yatim dari rumah piatu
Kita hidangkan makanan yang nikmat bagi mereka
Kita ikut sedih melihat wajah-wajah memelas mereka
Sebelum mereka pamit, mereka menciumi tangan-tangan kita
Kita sisipkan amplop dan hadiah-hadiah agar mereka menjadi ceria
Dada kita menjadi lega karena telah meringankan derita
Di jalan-jalan kita menjadi dermawan bagi peminta-minta yang datang dari mana-mana
Dengan ketulusan hati lembaran-lembaran kita pindahkankan dari tangan kita
Kita taruh di atas tangan-tangan ringkih para peminta
Dengan terima kasih dan do’a yang tak jelas terdengar, wajah mereka tersenyum lirih pada kita
Saudaraku,
Setelah Ramadhan berlalu
Kita kembali kepada diri kita sebelum-sebelumnya
Seperti kosmetik yang pudar dibasuh air
Ya seperti kosmetik, kesalehan kita raib ditelan waktu
Azan Maghrib telah hilang kesaktiannya ditelinga kita
Mushala dan masjid hanya diramaikan manula yang selalu sakit pinggang ketika ruku’
Anak-anak yatim sudah bukan lagi tanggung jawab kita karena ada panti yang mengasuh mereka
Para pengemis pergi tanpa tentu rimba
Inikah yang diinginkan Ramadhan pada kita ?
Hanya untuk menjadi shaleh dalam waktu yang sejenak ?
Bukankah dengan menampilkan anak-anak yatim itu kita justru meyatimkan mereka ?
Belas kasihan kita kepada mereka justru menyadarkan mereka bahwa diri mereka adalah anak-anak yang pantas mendapat belas kasih ?
Bertahun-tahun di bulan Ramadhan anak-anak yatim itu kita didik menjadi anak yang menerima shodaqoh kita ?
Tanpa sadar kita jatuhkan harga diri dan kehormatan mereka
Tidakkah shodaqoh-shodaqoh kita di pinggir-pinggir jalan membahagiakan pengemis untuk selalu menjadi pengemis ?
Sehingga ketika Ramadhan datang kembali mereka sambut bulan itu dengan kebahagiaan mengemis.
Nabi yang mulia bersabda ;
“Sekiranya di antara kamu benar dalam puasanya maka hanya surga saja yang pantas sebagai balasannya”
Ya andai semua nilai-nilai Ramadhan menjadi hiasan akhlak kita, andai kasalehan itu menjadi bagian ritme hidup kita, andai kepedulian kepada anak-anak yatim itu menjaga kita dari meyatimkan mereka, tanpa harus mengemis kita sudah lebih dahulu mencukupi kebutuhan mereka, kita asuh mereka dalam kehangatan rumah tangga kita, tidakkah kita dengar sabda Nabi “Rumah yang paling mulia di sisi Allah adalah rumah yang di dalamnya ada anak-anak yatim”, yang mereka butuhkan adalah cinta kasih kita, belaian kita. Andai kita selalu sadar akan zakat kita maka tak akan ada orang-orang fakir yang kelaparan, tak akan ada anak yang menggantung dirinya karena tak mampu membayar uang sekolahnya.
Komentar