Team berkinerja hebat juga memiliki karakteristik luwes (fleksibel) atau lentur terhadap berbagai situasi, serta mampu beradaptasi dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Anggota team menyadari bahwa solusi kreatif mereka bisa saja tidak berjalan dengan baik karena situasinya berubah, atau memang solusinya tidak cukup baik sehingga perlu diperbaiki. Bisa juga karena prosedur kerja yang tidak efektif. Dalam situasi demikian peran pengendali kerja penting dalam mengusulkan team berhenti sementara untuk mencari perbaikan solusi atau prosedur kerja.
Sering kali terjadi karena waktu yang dirasakan mendesak atau sumberdaya terbatas, team enggan untuk menghentikan dan merubah pola kerjanya. Kegagalan yang sudah berulang beberapa kali tidak mendorong mereka untuk melihat dan merevisi kesalahan. Yang terjadi kemudian adalah saling menyalahkan. Team seperti ini jelas tidak memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas yang cukup. Para anggota team kurang menghayati prinsip-prinsip abundance mentality.
Dilain pihak, team juga tidak boleh terlalu mudah terpengaruh oleh gangguan dan situasi disekitarnya, sehingga dengan mudah pula meninggalkan rencana yang telah dengan susah payah dibuat dan disepakati. Team seperti ini bahkan dengan mudah dipengaruhi dan diprovokasi oleh pihak luar, sehingga terkesan tidak solid, plin-plan dan ragu. Pertanyaannya adalah sejauh mana kita tetap bersikukuh pada suatu hal dan bilamana pula kita harus beradaptasi dan merubah yang telah disepakati bersama?
Jims Collin dalam Good To Great menyarankan menggunakan Ilmu Landak. Landak adalah binatang yang buruk rupa dan tampak lamban namun selalu melangkah dengan mantap ke arah yang ingin ditujunya. Ia mengetahui secara pasti sebuah rahasia kemampuannya dan memiliki keyakinan penuh yang secara konsisten digunakannya. Jika ada yang datang untuk mengganggu atau menghalanginya, ia dengan pasti akan menggulung tubuhnya dan memasang duri-durinya menghadap ke segala arah. Berbeda dengan rubah. Ia binatang yang tampak anggun, bergerak dengan lincah dan indah. Rubah selalu mencoba menerkam landak dan selalu gagal. Bila gagal berhadapan secara langsung, ia akan mencoba menerkamnya dari balik batu atau pepohonan. Ia akan mencobanya dengan berbagai cara berbeda, namun setiap kali landak hanya menggulung diri dan memasang duri-duri mautnya sambil bergumam, “Si Tolol itu lagi, tak jera-jeranya dia”.
Tapi dikala yang tidak menguntungkan landakpun bersedia berbelok dan mencari jalan lain bila jalan yang ditempuhnya tak mungkin dilaluinya. Ambil misal bila ia berhadapan dengan seekor gajah. Landak tentu memilih berbelok dan menghindarinya dari pada harus mati terinjak binatang raksasa itu sekalipun ia juga bisa mencederai si gajah bila menginjaknya. Dia tida memilih "Lose-Lose Solution", saling mencederai aau saling merugikan. (Tentang lose-lose solution silakan lihat lagi di Mentaitas Berlimpah-ruah disini).
Ilmu landak mengajarkan kita bahwa prinsip harus dipegang secara teguh. Dengan prinsip itu kita memiliki keyakinan serta dasar untuk bertindak. Dan anda tentu masih ingat 3 prinsip dasar sebuah team yang berkinerja hebat yakni integritas, mental berkelimpah-ruahan serta maturitas.
Tetapi juga harus bisa fleksibel dan mampu beradaptasi dengan fakta brutal yang terjadi akibat perubahan yang ekstrim.
(Hillon - Founder of SOBAT)
Sering kali terjadi karena waktu yang dirasakan mendesak atau sumberdaya terbatas, team enggan untuk menghentikan dan merubah pola kerjanya. Kegagalan yang sudah berulang beberapa kali tidak mendorong mereka untuk melihat dan merevisi kesalahan. Yang terjadi kemudian adalah saling menyalahkan. Team seperti ini jelas tidak memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas yang cukup. Para anggota team kurang menghayati prinsip-prinsip abundance mentality.
Dilain pihak, team juga tidak boleh terlalu mudah terpengaruh oleh gangguan dan situasi disekitarnya, sehingga dengan mudah pula meninggalkan rencana yang telah dengan susah payah dibuat dan disepakati. Team seperti ini bahkan dengan mudah dipengaruhi dan diprovokasi oleh pihak luar, sehingga terkesan tidak solid, plin-plan dan ragu. Pertanyaannya adalah sejauh mana kita tetap bersikukuh pada suatu hal dan bilamana pula kita harus beradaptasi dan merubah yang telah disepakati bersama?
Jims Collin dalam Good To Great menyarankan menggunakan Ilmu Landak. Landak adalah binatang yang buruk rupa dan tampak lamban namun selalu melangkah dengan mantap ke arah yang ingin ditujunya. Ia mengetahui secara pasti sebuah rahasia kemampuannya dan memiliki keyakinan penuh yang secara konsisten digunakannya. Jika ada yang datang untuk mengganggu atau menghalanginya, ia dengan pasti akan menggulung tubuhnya dan memasang duri-durinya menghadap ke segala arah. Berbeda dengan rubah. Ia binatang yang tampak anggun, bergerak dengan lincah dan indah. Rubah selalu mencoba menerkam landak dan selalu gagal. Bila gagal berhadapan secara langsung, ia akan mencoba menerkamnya dari balik batu atau pepohonan. Ia akan mencobanya dengan berbagai cara berbeda, namun setiap kali landak hanya menggulung diri dan memasang duri-duri mautnya sambil bergumam, “Si Tolol itu lagi, tak jera-jeranya dia”.
Tapi dikala yang tidak menguntungkan landakpun bersedia berbelok dan mencari jalan lain bila jalan yang ditempuhnya tak mungkin dilaluinya. Ambil misal bila ia berhadapan dengan seekor gajah. Landak tentu memilih berbelok dan menghindarinya dari pada harus mati terinjak binatang raksasa itu sekalipun ia juga bisa mencederai si gajah bila menginjaknya. Dia tida memilih "Lose-Lose Solution", saling mencederai aau saling merugikan. (Tentang lose-lose solution silakan lihat lagi di Mentaitas Berlimpah-ruah disini).
Ilmu landak mengajarkan kita bahwa prinsip harus dipegang secara teguh. Dengan prinsip itu kita memiliki keyakinan serta dasar untuk bertindak. Dan anda tentu masih ingat 3 prinsip dasar sebuah team yang berkinerja hebat yakni integritas, mental berkelimpah-ruahan serta maturitas.
Tetapi juga harus bisa fleksibel dan mampu beradaptasi dengan fakta brutal yang terjadi akibat perubahan yang ekstrim.
(Hillon - Founder of SOBAT)
Komentar