Langsung ke konten utama

Ternyata Integritas Saja Belumlah Cukup


Di dalam penerapan GCG-Good Corporate Govarnance; Risk Management; Pengendalian Intern yang diterapkan di semua lembaga baik pemerintahan maupun BUMN, BUMD dan Swasta, INTEGRITAS ditempatkan sebagai Unsur yang pertama. Hal ini disadari, karena Integritas merupakan Ruhnya suatu organisasi. Semangkin kuat integritasnya semangkin sehat tumbuhnya organisasi dan perusahaannya.
INTEGRITAS menurut Nilai-Nilai Kementerian Keuangan adalah berpikir, berkata, berperilaku dan betindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. Ada dua perilaku utama untuk menjadi yang berintegritas, yaitu: (1) bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya; dan (2) menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela.

Integritas merupakan perwujudan akhlak-moral dari seluruh insan yang ada di dalam lembaga baik stakeholder, pimpinan maupun semua pelaksananya. Dengan demikian, tidak cukup hanya ditampilkan hanya dengan BUKU PANDUAN PERILAKU. Namun harus sejalan dengan sumber keyakinan masing-masing insan dalam menumbuh kembangkan akhlak yang indah dan mulia serta dipraktekan dalam keseharian dan kebersamaan.

Pengembangan akhlak yang dapat meningkatkan Integritas merupakan nilai2 luhur yang bersumber dari agama yang memiliki sifat universal dan lebih utama perlu mencakup pula hubungan yang intens dengan Tuhan. Sehingga dalam menangani kegiatan operasi sehari-hari, insan yang berintegritas dan memiliki akhlak yang luhur, senantiasa memperoleh bimbingan dan petunjuk dari Allah Ta'alla.

Tanpa memperoleh bimbingan dan petunjuk dari Allah Ta'alla, maka insan akan sangat tergantung pada kemampuan akal pikirannya yang sangat terbatas serta masih diliputi nafsu dan ambisi. Hal ini yang menyebabkan tersendatnya program-program penyehatan perusahaan dan lembaga pemerintahan, walaupun dilihat dari aspek keilmuan sudah cukup memadai.

Dalam dimensi PANCALAKU, integritas adalah LEVEL 2 Pancalaku SHIDDIQ (LURUS-JUJUR) dalam setiap kata, perbuatan dan segala aspek kehidupan. Dan seseorang tiada mungkin mencapai puncak atau optimal LURUS-JUJUR alias SHIDDIQ alias BERINTEGRITAS 100% sebelum mencapai dasar LEVEL 3 Pancalaku TULUS (IKHLAS).

Pada Level ke-3 Pancalaku TULUS (IKHLAS) inilah seseorang baru bisa mengamalkan 100% Firman-Nya: "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-An'aam ayat ke-162) Ia tidak lagi sembahyang/sholat/berdoa dan beribadah karena egonya mengharap surga dunia-akhirat atau agar terhindar dari neraka, tapi ia lakukan itu semua karena Allah. Seandainya Allah mengirimkannya ke neraka atau mendapat musibah banyak di dunia tidak akan menyurutkannya untuk tetap tekun sembahyang/sholat/berdoa dan beribadah. Karena ia, sebagaimana Nabi Ayyub as, lakukan itu semua bukan agar terhindar dari neraka dan musibah-musibah di dunia, tapi TULUS/IKHLAS semata-mata karena Allah.

Dan seseorang tiada mungkin mencapai puncak atau optimal TULUS IKHLAS 100% sebelum mencapai dasar LEVEL 4 Pancalaku ZUHUD. Dan seseorang tiada mungkin mencapai puncak atau optimal ZUHUD 100% sebelum mencapai dasar LEVEL 5 Pancalaku FANAFILLAH, yaitu hilangnya ego/diri kita ke dalam Kehendak Allah semata. Orang yang berintegritas belum tentu FANAFILLAH. Tapi seorang yang FANAFILLAH pasti berintegritas, karena untuk mencapai FANAFILLAH ia harus lulus kelima LEVEL PANCALAKU, yaitu:

1. TAWADHU' (Rendah Hati) membersihkan Jiwa hingga 20%
2. LURUS (SHIDDIQ/BERINTEGRITAS) membersihkan Jiwa hingga 40%
3. TULUS (IKHLAS) membersihkan Jiwa hingga 60%
4. ZUHUD membersihkan Jiwa hingga 80%
5. FANAFILLAH membersihkan Jiwa hingga 100%

Reformasi di Indonesia belum bisa bersih dari birokrat-birokrat busuk, pebisnis-pebisnis busuk, politisi-politisi busuk karena reformasi bangsa tidak dimulai dari Reformasi Jiwa yang benar-benar bersih 100%, melalui LIMA (Panca) LAKU (amalan).

Kabar terakhir soal korupsi 34 milyar hanya diganjar 4,5 tahun penjara dan tidak perlu kembalikan uang sungguh amat sangat keterlaluan dan sangat tidak berperikeadilan. Artinya apa? Perjuangan kita masih panjang, dan andaipun hingga akhir masa hidup kita tidak dapat menikmati Indonesia yang benar-benar adil-sejahtera, tapi kita tidak boleh goyah dan hilang semangat. Tetap militan dalam kebaikan meskipun ekstremnya harus berjuang sendirian, ya harus teguh dalam militansi kebaikan yang tinggi. Nah, mempertahankan militansi kebaikan yang tinggi itu sulit tanpa PANCALAKU. PANCALAKU bukan teori, bukan filsafat, bukan dogma di awang-awang, tapi APLIKASI NYATA untuk menghapus korupsi dan berbagai penyakit sosial lainnya di muka bumi. Ingin basmi Korupsi? Ber-PANCA LAKU-lah! Dan pertolongan Tuhan kan selalu bersama kita.

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
( QS. Asy-Syams, ayat ke-9 sd ke-10 )

Pada level 3 sd 4 Pancalaku: IKHLAS dan ZUHUD, sang hamba saleh masih mengharap cinta dan kasih sayang Allah Swt. Namun saat sudah sampai Fanafillah, mereka yang sudah mencapai Fanafillah, tidak lagi mengharap cinta dan kasih sayang Allah Swt. Karena ia-nya/ego-nya telah musnah dan menyatu dalam KARSA KASIH ILAHI ALLAH itu sendiri.

Orang-orang yang sudah mencapai FANAFILLAH, tidak perlu lagi membuktikan dirinya Pengasih, Penyayang, Orang Baik dsb. karena mereka (ego mereka) sudah musnah dan menyatu dalam Samudra Kasih Sayang dan Kebaikan ILAHI ALLAH. Sehingga dalam diam pun orang-orang yang FANFILLAH memancarkan aura Kasih, Kebaikan, Kebajikan tanpa perlu mengungkapkan atau membuktikannya kepada dunia. Jika sudah Fanafillah maka tak ada yang dapat menghentikan kita, karena ego kita telah musnah dan menyatu dalam KARSA ILAHI ALLAH/Kehendak dan Pertolongan Ilahi.

Seorang yang sudah FANAFILLAH tidak perlu menunggu orang-orang lain, atau sistem negara untuk berubah agar menjadi baik. Tapi orang-orang yang sudah FANAFILLAH tetap KASIH, BAIK, BIJAK ketika lingkungan dan sistem di sekitarnya Korup. Orang-orang yang FANAFILLAH tetap teguh militan dalam kebaikan tidak ikut-ikutan gila atau terbawa arus ketika dunia hancur atau zaman edan. Orang-orang yang sudah FANAFILLAH tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau sistem yang korup, tapi justru sebaliknya memberi warna harapan akan hari esok yang LEBIH BERSIH karena orang yang sudah FANAFILLAH egonya telah musnah dan menyatu dalam KARSA ILAHI ALLAH/Kehendak dan Pertolongan Ilahi.

Jangan menyerah mereformasi bangsa dan dunia ini. Amalkanlah PANCALAKU hingga mencapai FANAFILLAH maka Anda menjadi bagian dari KARSA dan PERTOLONGAN ALLAH itu sendiri. Tak ada yang dapat menghentikan Anda ketika ego anda telah musnah (FANA) dan menyatu dalam KARSA ILAHI ALLAH/Kehendak dan Pertolongan Ilahi.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (saat Fanafillah)." 
( QS. Al-Baqarah, ayat ke-214 )

Selamat Berjuang SOBAT…dalam kehidupan ini, semoga kita dapat mengamalkan “pancalaku” dan mencapai diri  “Fanafillah” !...Amiin Yaa Robb

- Dirangkum dari milis SUARA HATI (Sjahrul Amiin dan Yos Wiyoso Hadi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga