Langsung ke konten utama

Integritas adalah Diri



Berdehem dan menghela nafas panjang jika berbicara mengenai topic yang satu ini. Saat ini, sore ini pun penulis masih dalam sebuah perjalanan yang masih sangat panjang dalam sebuah makna integritas secara totalitas. Masih berproses. Memang menuliskan hal ini bukanlah hal yang mudah jika kita mengetahui betapa besar dan dalamnya makna dan pengaruh dari sebuah kata “Integritas” ini. Sore ini, penulis mencoba memberanikan diri dalam berbagi sedikit pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan integritas. Sebelumnya, saya mohon maaf jika banyak yang sifatnya “rasanya”. Saya berusaha memadukan apa yang ada dalam pikiran awam ini dengan perasaan “ketidaknyamanan” saya serta sedikit tindakan…, masih sangat sedikit.

Tidak nyaman bila membahas sesuatu jika tidak diawali dengan definisi. Hal ini dapat digunakan sebagai sangkar berpikir atau persepsi yang sama. Dengan pijakan yang “nyaris” sama kita dapat melakukan perjalanan bersama. Integritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran.” Kesatuan dalam hal ini berarti adanya konsistensi antara apa yang kita katakan dengan apa yang kita perbuat. Integritas terlihat sepele, namun menurut buku “Mengembangkan Integritas di Dalam Diri Anda” karangan John C. Maxwell, integritas adalah faktor yang paling penting.

Definisi yang lebih utuh adalah keutuhan (wholeness) yang diturunkan dari kata kejujuran (honesty), konsistensi kebenaran (consistent on upraightness) yang menjadi sebuah karakter (character). Secara etimologi, kata integritas berasal dari bahasa latin, yaitu integer (keseluruhan atau lengkap). Dengan kata lain, biasanya integritas diperkirakan berasal dari beberapa sudut pandang, seperti dari sudut pandang tradisi etika (ethical tradition) atau dalam konteks hubungan etika (ethical relationship).

Secara umum, integritas adalah suatu nilai yang mencerminkan kesamaan antara hati, ucapan dan tindakan (pendekatan moral). Integritas erat kaitannya dengan ‘etika’ dan ‘moralitas’. Ada beberapa perbedaan antara kata-kata tersebut. Etika adalah standar tentang mana yang benar dan salah serta mana yang baik dan jahat. Apa yang dipikir manusia benar dan baik, itulah etika manusia. Pakar management Chris Argyris menyebutnya sebagai ‘espoused theory’.

Sedangkan moralitas adalah tindakan aktual tentang hal yang benar dan salah, baik dan jahat. Oleh Chris Argyris disebut juga sebagai ‘theory-in-use’. Jadi kalau etika ada di level teori, maka moralitas ada di level praktik. Integritas sendiri adalah integrasi antara etika dan moralitas. Jadi seseorang yang memiliki integritas dan moral yang baik, dia akan memiliki pemikiran tentang moral yang baik, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Integritas dalam bahasa saya adalah jati diri. Integritas adalah cara kita memandang atau menilai diri kita sendiri. Siapakah saya menurut diri saya sendiri. Dan menurut saya integritas merupakan sebuah keyakinan atau nilai yang dianggap oleh diri yang sejalan dengan keyakinan yang dimiliki. Misalnya jika saya seorang Muslim, maka hendaknya menjadi muslim yang Kafah ! yaitu totalitas dan merupakan integritas dimana semua keyakinan saya bersumber pada Al Quran dan Hadits. Integritas adalah keyakinan !

Integritas inilah yang membuat tiap – tiap orang berbeda. Masing – masing mempunyai penilaian sendiri mengenai diri mereka. Namun jika saya tarik mundur ke belakang dan jauh sekali…, dimana saat pertama kali manusia belum ada dan bahkan bumi ini baru akan ada. Sang Pencipta merupakan integritas sejati. Dan hingga saat ini Dia hadir dalam keyakinan kita. Apapun agama yang dianut ada keuniversalitasan dalam namanya “Kebaikan” dengan cara atau yang kita kenal ritual yang berbeda. Namun semuanya adalah demi nama “Kebaikan”! saya tidak mengajak sobat-sobat pembaca untuk menyepakati hal ini. Saya hanya menyampaikan apa yang menjadi keawaman saya dalam memahami kebesaran Sang Pencipta ini. Saya selalu mengatakan dalam pelatihan saya adalah “kita saat ini berdiri di atas berjuta-juta keajaiban hidup jika kita mau memahaminya. Bersyukur merupakan salah satu cara untuk dapat melihat keajaiban-keajaibanNya tersebut.”

Menurut buku “Mengembangkan Integritas di Dalam Diri Anda”, integritas bukanlah apa yang kita lakukan melainkan lebih banyak siapa diri kita. Siapa diri kita ini bisa terus menerus diperbaiki, baik dengan menetapkan nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai bagi diri kita sendiri. Dan pada akhirnya siapa diri kita akan menentukan apa yang kita lakukan. Berawal dari keyakinan akan tertampak pada apa yang kita lakukan. Yang pastinya juga berdampak terhadap hasil yang didapatkan. Jika berpikir positif maka bertindak positif dan hasilnya sudah dapat dipastikan juga “positif”. Kenapa hasil positif saya kasih tanda petik di kata positifnya, karena rasa bersyukur dengan usaha yang telah dilakukan dan adanya usaha peningkatan kualitas diri secara terus menerus dengan apapun hasilnya.

Jadi, ada dua sudut pandang mengenai seorang manusia. Yang pertama adalah dari sudut pandang diri kita sendiri. Berikutnya dari sudut pandang orang lain, dan ini saya sebut sebagai imej. Bagaimana orang lain memandang kita, atau siapakah saya menurut pandangan orang lain.

Lalu, mana yang benar. Integritas atau imej kita ? Manakah jati diri kita sebenarnya ? Mana yang lebih penting ?

Susah sekali untuk menjawab pertanyaan ini. Karena kedua – duanya penting bagi kita. Ini akan menjadi terlihat mudah jika diri telah mengetahui tujuan dari dirinya dalam kehidupan ini. Jika kita kembalikan kepada jati dirinya manusia yaitu manusia sebagai makhluk sosial, maka manusia terjadi tidak sendirinya, dan manusia pun terlahir merupakan bagian dari manusia lainnya. Dengan kata lain bahwa kehadiran manusia diharapkan dan dipastikan akan menjadi bagian dari manusia lainnya terlepas dari peran-peran baik yang positif dan negative. Semua ada tujuannya ! mungkin perjalanan kita ini harus diawali dengan pencarian tujuan dalam kehidupan…


Dalam kenyataan bukanlah hal yang mudah untuk tetap berkomitmen dan konsisten dalam integritas. Missal Hal yang sulit dalam integritas adalah ketika terjadi perbedaan nilai, norma ataupun kepentingan. Masalah ini sering terjadi pada seorang mahasiswa yang menganut nilai kejujuran dan setia kawan. Tentunya kedua nilai ini akan bertentangan ketika melihat ada teman yang tidak bisa mengerjakan ujian dan mahasiswa tersebut merasa tergerak untuk membantu dengan alasan kesetiaan, namun takut membantu dengan alasan kejujuran. Pada kasus ini tentunya kita harus bisa memilah kapan menggunakan suatu nilai / norma dan kapan tidak menggunakannya. Kesetian kawan tentunya tidak dilihat pada saat ujian saja, melainkan dalam bersosialisasi sehari-hari dan pada saat ujian merupakan momentum paling tepat untuk menguji kejujuran kita.

Dengan kata lain Integritas adalah Hati atau kolbu dimana arti kata kolbu dari kolb, yaitu terombang-ambing. Sehingga integritas sangat erat terkait dengan hati. Namun hal tersebut dapat diminimalisasi dengan berpegang erat dengan apa yang diyakini dan mengetahui tujuan dalam kehidupan ini.

Akhir kata penulis berharap kita semua dapat menjadi individu yang memiliki integritas yang tinggi. Jika kita bisa menjadi berintegritas dalam lingkup yang kecil misalnya diri kita, maka kita akan bisa menjadi berintegritas dalam lingkup yang lebih besar seperti suatu organisasi. Jika seseorang tidak bisa berintegritas hal kecil, maka orang tersebut tidak akan bisa berintegritas hal yang besar. Melihat betapa penting dan utamanya integritas ini, saya memasukkan dalam konsep Semua Orang Bisa hebAT sebagai salah satu nilai yang harus dimiliki.untuk menjadi orang hebat dan bukan orang yang sekedar atau biasa-biasa saja dibutuhkan INTEGRITAS! (wicaksana, 2010)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga