Langsung ke konten utama

Ketika Doa Menjadi Tak Berdaya



Semangat pagi sobat-sobat professional! Walaupun malam ini sangat hening, namun pikiran begitu bergemeletuk dengan sejuta pertanyaan yang harus dijawab. Melihat fenomena lingkungan khususnya di Indonesia ini sangat menarik untuk dibuatkan banyak pertanyaan. Namun tetap hening dalam jawaban dan tindakan. Hanya bias mengelus dada untuk bisa menyingkirkan nada-nada negative dalam pikiran ini. Kejadian gempa yang terjadi minggu lalu di Sumatra Barat dan meluluh lantakkan dan menghentikan aktivitas serta menelan banyak korban membuat daftar penderitaan bangsa ini semakin panjang. Rentetan kejadian panjang selama beberapa tahun ini membuat kita semakin tertunduk seraya memanjatkan kata-kata permohonan kepadaNya untuk menghindarkan kita dari petaka atau bencana. Namun kenapa hal itu terus berulang – ulang terjadi dan terjadi lagi. Terkadang lelah dan ingin berteriak dengan berbagai hujatan-hujatan untuk menyatakan ketidaksetujuan terhadap semua bencana yang dating bertubi-tubi. Tapi kepada siapa ? apakah kepada sang Illahi yang tidak atau belum mengabulkan doa-doa kita ini? Atau salahkan doa-doa yang dipanjatkan setiap saat dan waktunya?

Judul di atas lebih mempertanyakan kedekatan antara manusia dan penciptanya. Masih segar dalam ingatan bagaimana Ramadhan yang dilalui dan Idul Fitri dipenuhi dengan kegembiraan sebagai pemenang. Apa betul telah menjadi pemenang? Kembali pada kedekatan, sepertinya saya pribadi harus segera berintrospeksi terhadap diri saya sendiri. Mengapa doa-doa saya menjadi tidak berdaya dalam menjawab permasalahan yang ada dan permasalahan tersebut tidak kunjung usai dan mungkin saja dapat terjadi saat ini atau kapanpun juga bias terjadi dengan orang lain atau terjadi dengan saya pribadi. Hanya Ia lah yang berkuasa akan baik buruk atau kesenangan dan bencana yang datang. Saya merasa takut sekali kalau saja saya tidak memiliki integritas dengan doa saya. Ketika itu terjadi saya akan menjadi jauh dari sebuah kata Takwa, saya hanya seorang munafik dimana Sang Pencipta lebih menyenangi orang-orang yang bertakwa. Sedih dan Takut menjadi tidak Integritas dengan doa. Bukan bencana atau musibah yang lebih saya takutkan, namun ketidakdekatan diri denganNya. Dan hal tersebut yang membuat bencana dan musibah terus terjadi bukan hanya saya yang terkena namun juga orang lain. Saya sangat meyakini apa yang telah kita lakukan akan berdampak pada orang lain dan lingkungan ini, termasuk ketidakintegritasan anatara doa dan perbuatan. Doa terus diucapkan dan dilakukan namun perbuatan rusak terus dibiakkan.

Mengambil hikmah dari setiap kejadian dan terus melihat dalam diri agar kita sadar terhadap apa yang kita ucapkan dari doa-doa yang kita panjatkan setiap hari satukanlah dalam perbuatan untuk dapat menghadapi cerita demi cerita baik suka maupun duka agar menjadi sesungguhnya orang dalam golongan bertakwa. Amiin..

Wicaksana, 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga