Bismillahirrahmanirrohiim
Assalamualaikum Wr.
Wb. dan semangat Pagi Sobat Indonesia ! tidak terasa kita telah berada di
penghujung tahun 2015, alhamdulillah. Masih diberikan kesempatan untuk berkarya
dan memperbaiki diri ini. Juga telah terasa persiapan dan perencanaan menyusun
langkah-langkah baru pastinya memiliki keinginan dan harapan yang jauh lebih
baik, bagi diri, tim, perusahaan, hingga bangsa.
“Krisis finansial, perubahan iklim,
terorisme, dan berbagai persoalan global lain sebenarnya muncul, disebabkan
karena manusia belum memahami siapa dirinya dan apa makna keberadaannya di
bumi. Manusia belum menyadari bahwa ia bukan pusat dari segalanya. Di tengah
alam raya yang maha luas, alih-alih manusia, bahkan bumi planet huniannya
ternyata hanya sebutir debu yang tak punya arti yang ikut menari bersama
keseluruhan alam semesta dari masa lalu tanpa awal menuju masa depan tanpa
akhir. Karena itu perubahan adalah suatu keniscayaan yang terjadi setiap detik
dan termasuk kita juga terlibat bersamanya. Seharusnya dianggap seperti
gelombang samudera untuk berselancar semakin asyik semakin tinggi ombaknya!
Sudah saatnya manusia mengubah cara memandang dunia. Nafsu menaklukkan dan
mengeksploitasi alam dan sesama manusia harus dikikis habis. Manusia harus
berpikir dan bertindak selaras dengan tarian alam yang terus berubah.”
Jusuf
Sutanto (The Dance of Change)
Perubahan
menjadi sebuah keharusan ! berubah atau mati ! sebuah tulisan yang tampak pada
mesin pencari google (mbah’e) jika mencari dengan kata kunci “change”. Membahas perubahan, bisa datang
kapan saja dan dimana saja, bagaimana yang menjadi kunci kekuatannya adalah
diri didalamnya ada kemampuan dan juga nilai serta keyakinan diri dalam
keberhasilannya menghadapi perubahan. Apapun bisa terjadi! Perubahan bias berasal
dari dalam diri karena adanya keinginan untuk melakukan perubahan, dan juga
dari luar diri, yaitu tuntutan lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Sekecil apapun
perubahan yang terjadi akan menimbulkan ketidaknyamanan pada diri dan jika
tidak terkelola dengan baik akan berdampak pada tekanan diri (stress) pada karyawan dan juga akan
berdampak pada performansi organisasi pada keseluruhannya. Hal tersebut dapat
terjadi karena, tidak menjadikan perubahan sebagai fitrah yang harus
berdampingan dengan hidup, kunci keberhasilannya adalah MENIKMATI setiap
perubahan yang ada. Seperti diri yang larut dalam hentakan irama dan menari
dengan indahnya…dalam perubahan.
Manusia atau
karyawan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap performansi organisasi.
Dari beberapa litratur pakar organisasi seperti Mintzberg dan Robbins,
mengungkapkan bahwa keberhasilan sebuah organisasi sangat ditentukan 3 faktor
utama, yaitu manusia, sistem dan teknologi, dimana ketiga faktor itu saling
berkomunikasi dan melengkapi hingga organisasi memiliki perilaku hingga budaya
dalam mencapai tujuan (visi dan misi) organisasi. Faktor manusia mengambil
peranan yang sangat signifikan. 50 persen dari 3 faktor tersebut adalah
manusia. Perubahan diri saja sudah memiliki tingkat kesulitan yang luar biasa. Bias
dibayangkan perubahan-perubahan yang melibatkan orang lain.
Berpacu antara
tuntutan lingkungan dan perubahan di dalam organisasi untuk dapat memberikan
pelayanan yang terbaik, untuk seluruh stakeholder baik di dalam organisasi dan
di luar organisasi. Kata kuncinya adalah “perubahan” dan hal tersebut tidak
dapat ditawar lagi. Wani piro?!
Konsepsi
perubahan, menggunakan konsep SOBAT, perubahan merupakan sebuah rangkaian
siklus yang tidak terhenti, maka S
adalah Start atau mulai. Aktor utama dalam perubahan adalah manusia dimana
dirinya mulai dapat menyelaraskan kebutuhan diri, tujuan dan kesejahteraan
orang lain dan lingkungan secara harmonis dalam meyakini sebuah perubahan yang
harus dilakukan! Tahapan ini ditandai rasa ketidaknyamanan ada sesuatu yang
dirasakan tidak sesuai dengan dirinya, kebutuhan dan keinginannya. Bagian ini
adalah bagian yang sulit dipahami, misalkan ada sahabat yang pernah bercerita
ketika dirinya mengambil keputusan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai PNS
(Pegawai Negeri Sipil) dan memilih jalur wirausaha, ia mengatakan bahwa dirinya
merasa tidak sesuai dengan pekerjaannya sebagai PNS. Bertolakbelakang dengan
banyaknya orang yang ingin masuk menjadi PNS. “hidup harus dijalani, karena berkah dapat melalui hidup, dengan
berbagai pilihan yang ada, mungkin setiap pilihan yang dilakukan bukan yang
tertepat, namun yang terbaik untuk perbaikan diri di masa yang akan datang.”
Ungkapnya.
Sehingga tahapan
berikutnya adalah mulai melakukan dengan penataan atau restrukturisasi diri,
tim dan organisasi. Memasuki tahap O yaitu Order atau menata. Pada tahap
awal, adalah tahap acceptance atau
penerimaan. Pada fase kedua lebih kepada tahap Denial, yaitu banyak masalah yang ditimbulkan atas ketidaksepahaman
atau ketidaksejalanan dengan perubahan yang terjadi. Membongkar zona nyaman bukanlah
hal yang Mudah! Sehingga konflik penyesuaian dan banyaknya kepentingan menjadi
faktor yang harus dituntaskan dalam masa penataan ini. Bisa dibayangkan pada
fase Order atau menata ini sangat-sangat melelahkan lahir dan batin. System dan
struktur organisasi yang dapat berubah dengan cepat, pergeseran orang yang
sangat cepat juga untuk mengisi kekosongan struktur-struktur baru. Belum lagi
kesulitan beradaptasi dengan system dan kinerja yang baru. Semuanya butuh
“kepala dingin” pada saat itu, mungkin harapan semua pihak saat itu. Seperti
benang kusut yang harus terurai dalam waktu yang sangat singkat. Dibutuhkan strategi
melakukan assessment baik diri dan orang lain serta organisasi untuk memastikan
memiliki kesiapan yang sama dalam menjalankan perubahan.
Tahap
selanjutnya adalah B yaitu breakthrough,
yaitu dimana benang kusut sudah mulai terurai perlahan. Bukanlah hal yang
mudah, berbagai penyesuaian pun terjadi, ada yang bisa mengikuti irama
perubahan dan ada juga yang akhirnya terhenti dan tidak melanjutkan menari
dalam perubahan. Tantangan dalam tahap
ini adalah koordinasi, bagaimana ujian terberat dalam perubahan ini adalah
bagaimana menyamakan langkah dan irama sesuai dengan alunan music yang ada.
Secara system sudah ada standard operating
procedure yang dikenal dengan SOP. Namun apakah masing – masing individu
dapat disiplin dalam mengarahkan semua kemampuannya dalam menjalankan ketentuan
yang ada? Saat-saat seperti ini, seperti tidak ada ruang dan waktu untuk
melakukan pengembangan dan peningkatan kualitas, seperti tersedot dalam mesin
waktu yang membawa dengan cepat ke masa yang akan datang, namun diri ini tidak
sempat dalam melakukan pembenahan apa lagi peningkatan.
Berikutnya dalam
tahapan perubahan selanjutnya adalah A yaitu
accelerate
atau akselerasi, ini hanya bisa terjadi jika masing-masing faktor utama
dalam organisasi sudah dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien dalam
menjawab tantangan yang ada. Tahapan ini dikenal dengan tahapan stagnanation versus innovation. Kenapa menjadi hal yang paradox pada tahap ini? Dikarenakan
kecepatan yang luar bisa dan dapat menduplikasi kerja dan hasil yang akurat
sangat dibutuhkan pada tahap ini. Ada perubahan yang sangat kecil akan membuat
terganggunya kecepatan dan hasil yang bisa dicapai. Satu sisi lagi kecepatan
dan keakuratn dapat terjadi jika semua unsur, khususnya teknologi mengambil
peranan yang sangat utama dalam hal ini. Sehingga innovasi juga menjadi
keharusan jika ingin terus meningkatkan kualitas layanan di masa yang akan datang.
Artinya keberhasilan atau tercapainya tujuan bukan hanya bisa dicapai sendiri. Namun
membutuhkan perangkat-perangkat lain dalam mencapai keberhasilan tersebut. Seperti
menari akan terasa indah jika disertai alunan irama mengiringi setiap
gerakan-gerakannya, indah dan larut menjadi satu kesatuan dalam penampilan
terbaiknya.
Tahap yang
terakhir sangat ditentukan pada tahap sebelumnya, apakah dapat menuju tahap T yaitu Transform artinya bisnis
akan jauh melesat dengan kualitasnya dan bahkan banyak layanan lainnya yang
dapat diciptakan (berbasis pada innovasi) atau bahkan sebaliknya akan decline atau punah dikarenakan ketidak
sanggupan dalam memenuhi layanan yang cepat dan berkualitas terbaik. Setiap
fase perubahan perlu diperhatikan titik kritis untuk dapat memenangkan
pertempuran demi pertempuran.
Demikian juga
diperlukan perubahan individu yang saling berinteraksi dengan organisasi dalam
membentuk budaya pelayanan yang berkualitas. Dengan pendekatan SOBAT juga dapat
diterapkan dalam sudut pandang manusianya. Pertama, adalah S yaitu Shifting paradigm. Penting sekali ditekankan bahwa untuk
menjadi hebat (Good to Great) harus
menanggalkan kebisaaan-kebisaaan lama. “pengalaman
adalah guru terbaik jika menginginkan jadi yang terbaik, namun untuk menjadi
hebat justru pengalaman adalah musuh utama, karena kebisaaan-kebisaaan yang
sering dilakukan membuat diri berada di zona nyaman.”
Berikutnya yang
harus diperhatikan adalah O, yaitu Obstacle
Clearence, yaitu bagaimana organisasi dan manusia melakukan assessment
untuk dapat sadar diri (mengetahui posisi dan tujuan yang ingin dicapai)
sehingga gap dapat terlihat dan bagaimana untuk mengecilkan gap tersebut. Bukan
hal yang mudah untuk dapat sadar akan kemampuan yang dimiliki. Penting bagi
organisasi dapat melakukan assessment kepada SDM untuk dapat melihat potensi
terbaik mereka (talent dan attitude)
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Bagian potensi ini bukanlah hal yang mudah
untuk dibentuk, karena sudah menjadi karakter sejalan dengan usia dan interaksi
lingkungannya. Penting bagi perusahaan untuk mencari potensi yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan di masa yang akan datang. Potensi seperti disiplin dan
innovasi menjadi keharusan dalam menjawab tuntutan perubahan yang terjadi
disetiap saatnya. Masih terkait dengan potensi, hal ini lebih dalam lagi yaitu
budaya atau karakter atau nilai atau sifat dari individunya.
Perspektif B, yaitu Basic Values atau
nilai-nilai dasar menjadi acuan dalam keberhasilan melalui perubahan.
Sifat-sifat yang dibutuhkan ada 3 yaitu, Integritas, yaitu bagiamana menyatukan
antara pikiran, perkataan dan perbuatan. Sehingga setiap kata yang dikeluarkan
adalah janji yang harus dipertanggungjawabkan dengan action atau perbuatan yang nyata. Kemudian sikap abundance mentality atau
keberlimpahruahan yang harus dimiliki. Karena sikap mental ini yang dapat
membuat individu tidak bertanya “apa yang
saya dapatkan, tapi apa yang dapat saya kontribusikan?”. Sehingga semangat
melayani akan mejadi totalitas. Dan sikap yang ketiga adalah kedewasaan atau maturity. “tidak semua orang yang usianya tua itu dewasa.” Justru sikap-sikap
yang tidak terbuka dengan ide-ide baru, merasa dirinya paling benar, tidak
butuh bantuan dari orang lain membuat mereka, orang-orang tua menjadi tidak
dewasa. “SOBAT adalah semua orang bisa
hebat, namun kehebatan sesorang tersebut membutuhkan orang lain disekitarnya.
Sehingga berkolaborasi atau bergotong royong dalam menuntaskan tujuan
organisasi tidak dapat ditawar-tawar lagi! Mutlak !
Perspektif
berikutnnya adalah A, yaitu Applicative
Skill, yaitu setelah dipindai secara potensi, perlu dilakukan
pengembangan sesuai dengan area tugas dan kemampuan atau spesialisasi yang
mereka miliki, yang kita kenal dengan kompetensi. Dalam membangun ini dibutuhkan
pengembangan dan pelatihan baik yang sifatnya kursus, atau pelatihan melalui
pihak di luar organisasi atau pengembangan melalui penugasan-penugasan di
setiap jenjang jabatan dan tugasnya. Dengan melatihnya secara berkala dan terus
menerus, diharakan kompetensi yang didapatkan bukan hanya mahir, namun juga
dapat masuk sebagai katagori ahli.
Terakhr, yaitu T adalah Track to the top, artinya dibutuhkan pengukuran-pengukuran yang
obyektif (performance management
hingga appraisal) yang tepat sesuai
dengan kinerja yang dilakukan. Pengukuran ini dapat bersifat evaluasi terkait
interaksi dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas diri.
Dengan menjalankan
SOBAT sebagai siklus tahapan perubahan dan juga sekaligus persepsi atau
tugas-tugas yang harus dilakukan dalam pembentukan budaya dan karakter pada
orang (SDM)nya. Dibutuhkan pemahaman dan ketrampilan dalam memahami manusia
sebagai asset, dimana manusia dikembangkan dan ditingkatkan nilainya akan
berdampak pada meningkatnya nilai capaian prestasi, khususnya dalam memberikan
layanan terbaik untuk masyarakat Indonesia. Selamat menari dengan indahnya,
penuh dengan emosi dan karakter disetiap gerakan menyesuiakan sesuai irama…perubahan.
Belajar dan berbagi untuk Indonesia Lebih Baik (wicaksana, 2015)
Komentar