Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum dan semangat Pagi SOBAT Indonesia !
Suasana yang cukup ramai namun tetap bisa dinikmati, di
pinggir Jakarta. Semangkuk mie goreng yang dibuat dari mie keemasan pun sudah
tersaji. “Tambah lada kang?” tanya sang
pembuat mie kepada saya. Saya mengangguk “sedikit
aja ya Kang..”. Si Akang pembuat mie ini menawaran bantuan, padahal lada
sudah tersaji di atas meja. Luar Biasa ! Tidak berapa lama kemudian tersaji
kopi hitam panas dalam cangkir. Kepulan asapnya membuat semerbak ruangan warung
mie ini semakin “mewah” apalagi jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
Beberapa orang disekitar saya saat itu ramai membicarakan
pertandingan liga inggris yang akan disiarkan pagi itu. Ada juga yang asik
dengan rokok dan kopinya. Semua terasa nikmat situasinya saat itu. Saya yakin
betul, jika di kepala mereka penuh hal-hal yang “menyesakkan dan mendesak”. Namun
semuanya sirna dalam ruangan yang ukurannya tiga kali enam ini.
Seruputan kopi
pertama saya saja sudah membuat saya “amnesia”. Saya mulai asyik mencampur mie dengan
bumbunya. Saya tambahkan sedikit kecap, hmmm...saos juga dan kemudian dicampur
kembali. Amnesia yang terjadi pada
saya hanya yang untuk hari itu saja. Ternyata setiap adukan mie membuat saya
memutar mesin waktu ingatan saya dimana saya memutuskan sebuah keputusan untuk
mendirikan Humanika Consulting. Saya
ingat betul nama Humanika itu hanya sekejap ketika ide mendirikan perusahaan
itu muncul. Sore itu, ada sekitar beberapa orang membicarakan kelanjutan “nasib”
setelah menempuh S1, termasuk saya. Orang yang masih rajin datang ke kampus
namun sudah tidak kuliah lagi. Sepertinya nyawanya tidak lengkap jika tidak
melihat kampus. Padahal saya itu sudah bekerja, tetap saja dunia kampus ini
membuat saya merasa “hidup” dan “menghidupkan” mimpi. Sampai akhirnya,
disepakati hari esoknya untuk datang ke kantor notaris untuk buat akta
perusahaan berbasis Perusahaan Terbatas, Gileee
benerrr! Uang dari mana fren? Semua
bertanya. Saya hanya bilang “tenang
saja...yang penting kita datang dulu.” Padahal dipikiran saya juga tidak
yakin akan hal ini juga. Ya sudahlah, yang penting besok sudah di kantor
Notaris.
Kantor Notaris terletak di Prapanca, Jakarta Selatan. Hmmm...sudah
terbayang investasi yang akan diinvestasikan ! pagi yang indah itu,
menghapuskan rasa pesimis saya akan perusahaan ini. Saya menjadi orang pertama
yang sampai di kantor itu. Sebenarnya saya hanya mau berpikir sederhana, kalau
namanya prasetya (komitmen) itu kalau
hanya diucapkan kok..rasanya kurang joss, hmm...ya saya lempar ide untuk ke
notaris. Alhasil, hingga setengah jam saya menunggu, belum ada teman yang
datang, bahkan sms (maklum waktu itu baru ada sms). Hihihihihi...saya jadi
gentar sendiri. Namun hampir satu jam menunggu, salah seorang kawan datang dan
disusul dengan satu orang kawan lagi. Kita jadi bertiga. Jam 10.00 adalah batas
waktu yang kita telah tentukan sebelumnya dann akhirnya kita bertiga masuk ke
notaris untuk membuat akte perusahaan! Kejadian itu tahun 2004, sebelas tahun
yang lalu.
Salah seorang yang tadi minum kopi di sebelah saya menepuk
bahu saya dan berpamitan. Tempat ini benar-benar indah, pikir saya. Tidak kenal
saja, pulang menyempatkan untuk berpamitan. Kembali saya fokus pada hidangan
saya. Tidak terasa sudah mau habis, saya melihat di depan saya ada gorengan, tahu
goreng dan pisang goreng..hmmm...akan melengkapi kemewahan malam ini dengan
menggabungkannya bersama mie. Saya ambil pisang gorengnya dan menambahkan saos sambal
untuk cocolan pisang gorengnya. Hmmmm...nikmat sekali, mau coba?
Tidak terasa waktu sudah bergerak menuju angka 3 pagi itu. Sama
dengan waktu yang telah dijalani dalam merintis, membangun, mengembangkan,
menjaga dan berakselerasi dengan kebutuhan-kebutuhan klien serta membangun “kebermaknaan”
dan kebermanfaatan pada saat yang bersamaan. Tahun 2012, sebuah yayasan dengan
nama Humanika Amanah Indonesia,
lahir! Senangnya, ternyata mimpi yang dilukiskan dalam kisah nyata ini tidak
hanya untuk diri, namun untuk sahabat-sahabat lainnya, pastinya untuk Indonesia
ini (jangan bilang saya idealis apalagi nasionalis yaa..). Hanya harapan dan
mimpi pada saat anak saya yang pertama lahir pada tahun 2008 membuat saya
tersadar, hidup dan karir saya telah berakhir. Saatnya untuk dirinya, anak
saya, harus saya dedikasikan. Kebayang saja sulitnya cari tempat yang aman dan
nyaman di masa yang akan datang di Indonesia ini. Saya bukan orang yang sabar,
apalagi suka menunggu. Saya lakukan apa yang bisa saya lakukan dengan terus
melakukan pembenahan di pribadi saya dan Humanika Consulting. Sehingga tercetus
tahun 2012, kami berorientasi pada pengelolaan manajemen berbasis pada syariah.
Hihihihi..sok tahu ya, padahal maksud dan
maknanya tidak tahu banyak! Saya hanya berkeinginan bagaimana membuat sistem
manajemen yang terbuka dan jelas serta adil untuk semuanya. Sehingga yang di
dalamnya bisa merasakan bersama baik senang ataupun dukanya. Hingga saat ini
terus belajar dalam memperbaiki diri.
Perjalanan demi perjalanan di lalui, hingga saat ini,
sepertinya kebahagiaan itu tidak pernah putus, alhamdulillah. Kepercayaan demi kepercayaan berdatangan seirng kami
mengubah nama PT kami dari yang sebelumnya PT
Humanika Insan Mandiri menjadi PT
Humanika Amanah Indonesia. Kata buku-buku dari orang-orang pintar katanya
melakukan transformasi. Nama brand
tetap menggunakan Humanika Consulting.
Hingga saat ini dan detik ini, saya merasa bersyukur bersama sahabat-sahabat
yang banyak memberikan pembelajaran berarti dalam menemani perjalanan kehidupan
ini. Mereka adalah guru-guru dan ustadz-ustadz saya. Senang dan bahagia sama
seperti rasanya makan di warung mie saat ini. Hidup sangat “mewah” dan diri ini
sangat “kaya”. Tidak ada satupun yang tersia-siakan jika kita mau
memanfaatkannya dengan tepat. Apalagi waktu, saat itu sudah waktunya saya harus
beranjak melanjutkan aktifitas saya, untuk menuju bandara menjalankan tugas
dari Humanika Consulting. Terima kasih kepada sang Pemberi Waktu, Allah SWT. Yang
memberikan saya dan kehidupan ini. Dan juga Partner Humanika saat ini. Keluarga
tercinta yang selalu berkeluh kesah dalam doanya untuk kebaikan saya di setiap
saatnya, membuat hidup ini terasa nikmat, senikmat makan mie goreng dan
secangkir kopi di warung mie ini. Semoga perjalanan demi perjalanan semakin
menemukan KEMANUSIAAN dalam diri ini. Itulah HUMANIKA.
“Terima kasih ya Kang untuk mie dan kopinya ini, ...”
Belajar dan berbagi untuk Indonesia lebih baik, Wicaksana,
2015
Komentar