Assalamualaikum dan semangat pagi SOBAT Indonesia...
Beberapa hari, dan bahkan lebih dari seminggu ini banyak hal yang dilalui, menyenangkan dengan segala kisah-kisahnya. Semua serba cepat dan melesat...sehingga butuh upaya-upaya yang tidak seperti biasanya. Nikmatnya..senikmat hujan deras yang menerpa jiwa. Petir-petir serasa tidak terhiraukan...terabaikan, hingga akhirnya kembali pada tulisan untuk minggu ini. Dan atau untuk minggu-minggu lalu..yang telah hilang bersama derasnya hujan cerita...berlalu dan tanpa tulisan dan kontemplatif. Miskinnya diri ini.
Kesal, sah-sah saja kita ungkapkan terhadap apapun yang membuat kita kesal. Kenyataan yang terjadi, seringkali kita terjebak dengan mudah menemukan sesuatu yang kita kesali. Seorang Ibu yang sering mengomel karena kenakalan anaknya, seorang suami yang sering kesal dengan kecerewetan istrinya, sahabat yang kesal karena sering diabaikan oleh temannya, seorang pengemudi kesal dengan ketidakdisiplinan dijalan supir angkutan di jalan, atasan yang sering marah karena kesalahan pekerjaan bawahan, dan kekesalan-kekesalan lainnya.
Kekesalan kecil dengan cepat kita temukan ketika kekesalan besar sudah kita atasi dengan baik. Sebenarnya mudah saja, kekesalah adalah pilihan, kekesalan itu terjadi pada kita hanya jika kita inginkan. Sebaliknya, kita pun dapat saja tidak kesal pada apa saja. Kita akan dapat menerima segala sesuatunya sebagaimana ia adanya.
Bila kita analisa, mengapa kekesalan muncul dalam diri kita ? jawabannya adalah karena kita menggunakan semua aturan yang ada dalam pikiran kita untuk menilai keadaan apapun pada orang lain. Meski tak sepenuhnya kita mampu mengubah apa yang terjadi. Merubah apa yang ada dalam pikiran atau benak kita adalah hal yang lebih penting. Bila perlu, buanglah segala aturan yang kita gunakan untuk meneropong orang lain dengan kacamata kita.
Sesungguhnya aturan itu hanya berlaku bagi diri kita. Dan, gunakan itu untuk mengukur diri kita sendiri. Itu jauh lebih berharga ketimbang terus mencari celah orang lain yang membuat kita kesal yang pada akhirnya membuat bilur-bilur penyesalan dengan respon yang kita berikan.
Semoga awan-awan kelabu berlindung kilasan2 petir di atas kepala yang membuat kesal dengan mudah kita tepis......... dengan melihat kekesalan diarahkan kepada diri bukan kepada siapa pun. yang tertinggal...apakah sebuah nilai atau ketetapan yang sudah dibuat diturunkan atau...mempertahankan dan belajar untuk melengkapi kesenjangan yang ada. Karena Hidup adalah bercerita tentang diri sendiri. Dekatkan "kepala" dan "hati" dalam satu kesatuan komitmen dalam menjalankan kehidupan yang penuh kekesalan dengan penuh kenikmatan belajar dan meningkatkan kualitas diri.
Selamat bereksplorasi dan berkontemplasi SOBAT Indonesia...untuk Indonesia lebih BAIK!
Komentar