Langsung ke konten utama

Journey to Excellence



Semangat Pagi SOBAT Indonesia...

Senin siang, saya teringat bahwa Bulan Ramadhan ini akan segera berakhir setelah saya mendapat kartu ucapan Lebaran dari DFM. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, saya merasakan bahwa Ramadhan sebagai tempat training center-nya umat muslim akan segera berakhir. Layaknya seperti orang atau karyawan yang sedang mengikuti pelatihan. Bertemu dengan orang-orang atau karyawan lain yang mengikuti pelatihan juga. Akan sangat menyenangkan dapat melakukan evaluasi dan elevasi diri dalam kegiatan training. Antara peserta training satu dengan yang lain punya spirit dan semangat dalam belajar. Adanya keteraturan yang membuat antara peserta dengan peserta pelatihan yang saling terkait. Jika training dengan durasi yang lama, biasanya ada kegiatan senam di paginya, sarapan bersama, masuk kelas bersama, makan siang bersama, semuanya bersama hingga akhir kegiatan pelatihan. Para peserta disatukan dengan jadwal aktifitas yang sama. Demikian juga dengan Ramadhan, pagi hari yang biasanya sarapan pagi tidak bersama keluarga, saat Ramadhan semua berkumpul untuk Sahur. Kemudian jika dilihat dari fenomena kehidupan di jakarta saat Ramadhan akan terlihat kemacetan lalu lintas dari jam 3 sore sampai jelang maghrib, setelah itu selepas maghrib jalan berangsur-angsur sepi. Hal itu menandakan bahwa sebagian besar orang berusaha untuk sampai rumah dengan tepat waktu, agar dapat buka bersama keluarga. Setelah itu, bersama keluarga dan rekan muslim yang lainnya menunaikan ibadah tarawih bersama setelah sholat Isya. Sangat indah!. Training hanya lingkup yang kecil saja sudah indah, bagaimana dengan Ramadhan yang lingkupnya adalah seluruh umat muslim di dunia.

Ramadhan inilah merupakan tempat diri kita untuk melakukan evaluasi dan elevasi. Teringat khutbah Jumat minggu lalu yang khotibnya mengatakan bahwa ia tidak setuju kalau ramadhan dikaitkan dengan analogi Ramadhan sebagai wahana untuk me-recharge seperti handphone. Beliau mengatakan bahwa keimanan dan ketakwaan dikaitkan dengan namanya kalbu atau hati, yang selalu dalam kondisi yang tidak menentu. Namun Islam dan sahabat muslim untuk selalu me-recharge kalbunya dengan adanya sholat wajib selama 5 waktu sehari. Disela-sela kepadatan pikiran, Islam memfasilitasi dengan me-recharge hati agar tetap terjaga kebersihannya. Tidak melulu mengoptimalkan kerja pikiran dan kognitifnya atau IQ (Intellegency Quotient) tapi juga EQ (Emotional Quotient) serta SQ (Spiritual Quotient) juga dioptimalkan dan diseimbangkan. Dengan adanya Ramadhan ini merupakan ajang evaluasi dan elevasi. Dikatakan evaluasi adalah sebaik-baiknya manusia namun tidak luput dari kesalahan. Hal ini membuat manusia jauh dari kesombongan. Dengan jauh dari kesombongan adanya keiginan manusia untuk terus membenahi dan mereparasi diri dengan belajar. Hal ini yang saya sampaikan dengan istilah elevasi. Bulan ramadhan –lah yang merupakan training center seluruh umat muslim untuk menambah jam dalam belajar meningkat EQ dan SQ dalam diri kita.

Dalam Ramadhan kita juga diingatkan bahwa musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri, yaitu keinginan yang melebihi dari kebutuhan kita sendiri, hawa nafsu. Kita diingatkan kembali bahwa manusia merupakan khalifah di muka bumi ini. Sehingga pelajaran kepemimpinan yang menjadi fundamental adalah bagaimana kita menjadi tuan bagi diri kita sendiri. Maksudnya adalah bukan kita yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan kita, namun bagaimana kita dapat mengendalikan dan mengarahkan diri ini pada tujuan dalam kehidupan ini. Tidak heran dalam pelajaran dasar ini menjadi sebuah tolak ukur apakah diri kita ini merupakan pemimpin yang sejati, yaitu dapat memenangkan pertempuran dalam dirinya sendiri. Hanya diri kitalah yang dapat menjawabnya. Saya teringat saat dengan partner saya sedang menjadi narasumber di 103.4 DFM, beliau mengatakan 3 hal untuk menjadi seorang pemenang adalah winning Mindset, winning Attitude dan winning Action. Ketiga hal ini harus terintegrasi dalam diri kita yang dapat mengarahkan pada kemenangan sejati dan menjadi seorang pemimpin.

Pelajaran atau materi berikutnya dalam Ramadhan yaitu mengangkat tema Services atau Pelayanan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dibandingkan bulan-buan lainnya, yang tadi saya sampaikan di awal, bulan Ramadhan merupakan Training Center dimana prinsip-prinsip belajar digunakan. Layaknya dalam kegiatan pelatihan setiap perilaku kita dilihat dan dievaluasi. Jika kita sesuai dengan apa yang diharapkan para instrukturnya, kita bisa bawa pulang nilai yang baik atau setiap kali bertanya atau menjawab mendapat cokelat dari fasilitatornya. Seperti yang biasa saya terapkan dalam kegiatan pelatihan. Sehingga aktifitas pelatihan akan semakin dinamis. Demikian dengan Ramadhan. Sehingga terasa diri ini untuk berkompetisi dan berlomba dalam kebaikan. Sekecil apapun yang kita lakukan hanya untuk dapat berbuat baik dan menolong sesama. Kembali pada materi pelayanan, bulan Ramadhan ini memacu pribadi-pribadi untuk dapat meningkatkan kepedulian dengan sesama, seperti adanya Zakat Fitrah, Sedekah, berbagi bingkisan lebaran, mengadakan acara buka puasa bersama dengan anak yatim, dan lain sebagainya. Ini merupakan hal-hal meningkatkan ukhuwah dan silaturahim dengan sahabat-sahabat yang lainnya. Mungkin di luar bulan Ramadhan lebih didominasi oleh kepentingan pribadi sehingga seringkali kita melupakan saat-saat untuk berbagi dengan sesama. Yang perlu dingat dan menjadi catatan penting adalah tidak tuntasnya sebuah pelatihan adalah tidak sampai merubah prilaku seseorang. Demikian juga dengan Ramadhan, semua aktifitas memperhatikan sesama hanya dalam bulan ini, setelah lewat kembali seperti biasa kembali. Kegagalan sebuah pelatihan salah satu faktornya adalah dari peserta pelatihan itu sendiri. Dimana motif datang dalam belatihan itu beraneka ragam, ada yang dari keinginan sendiri sampai paksaan atasannya atau perusahaan. Sehingga dalam proses melaluinya dan hasilnya juga akan beragam. Demikian juga dengan Ramadhan. Jika niat dan motif kita untuk melakukan evaluasi dan elevasi, dipertemuan Ramadhan berikutnya kita harus lebih baik lagi. Sudah jauh dari sekedar malakukan ritual semata.

Materi terakhir ini adalah esensi dengan belajar. Mengingatkan bahwa kita semua masih harus banyak belajar dan meningkatkan kualitas diri dan kehidupan kita. Jika akhirnya kita hanya bakar petasan dan makan ketupat. Kita masih jauh dari esensi belajar. Layaknya sebuah kesempatan training yang diberikan perusahaan ke kita apakah karena kita kurang paham dengan tugas kita, atau kita mendapat kesempatan promosi, atau merupakan salah satu penghargaan terhadap prestasi kita, demikian juga dengan Ramadhan. Artinya, apakah kita akan mendapatkan perhatian seperti itu oleh sang Khalik di tahun depan. Bertemu dengan sahabat-sahabat muslim lainnya untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Hal ini doa dan pengharapan yang dapat dilakukan. Namun disertai usaha yang optimal dalam mengimplementasikan ilmu-ilmu yang didapat selama Ramadhan ini dalam kehidupan setelah Ramadhan, biarkan sang Khalik menentukan apakah kita pantas untuk ditemukan dengan Ramadhan berikutnya?...amiin

Pada kesempatan yang baik ini, saya juga menghaturkan permohonan maaf atas segala ketidak pantasan dalam kata-kata dalam tulisan-tulisan saya dan juga perbuatan saya yang tanpa sengaja melukai perasaan Sobat-Sobat semua. Segala “kripik” dari yang tidak pedas hingga yang pedas menandakan banyak SOBAT yang masih saling peduli satu dengan yang lainnya.

Bagi SOBAT Muslim, saya mengucapkan Mohon Maaf Lahir dan Batin, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H, semoga segala hikmah kebaikan di Ramadhan ini dapat menjadi Bekal agar kita dapat berbuat lebih baik lagi disetiap saatnya...amiin. Tetap semangat...for Better 1ndONEsia, Salam SOBAT ! (wicaksana, 2012) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga