Langsung ke konten utama

Selamat datang generasi Y


Ucapkan selamat datang kepada mereka yang disebut sebagai Generasi Y. Seiring makin mundurnya kaum pekerja dari generasi pendahulu, baby-boomers yang dikenal pekerja keras, Generasi Y mulai mengambil-alih tempat dalam struktur perusahaan. Siapa mereka?

Sebelum mengulas generasi Y, banyak pendapat dari para ahli social bahwa perubahan antar generasi merupakan suatu hal yang wajar. Hal ini dikaitkan interaksi antara individu dan lingkungan serta pola asuh dari generasi sebelumnya. Perkembangan generasi yang diawali dari generasi baby boomers, yaitu generasi yang hidup setelah Perang Dunia II yaitu antara 1946 dan 1964. Generasi ini diberi nama Baby Boomers karena pada rentang waktu generasi ini hidup, terjadi peningkatan jumlah kelahiran di seluruh dunia.

Anak-anak yang terlahir di generasi ini merupakan golongan masyarakat yang mulai mengenal televisi dengan beragam acara yang berbeda-beda, seperti Perang Vietnam, pembunuhan John F Kennedy, Martin Luther King Jr, dan Robert F. Kennedy. Golongan masyarakat ini mengenal musik, sebagian besar adalah Rock n Roll, sebagai cara untuk mengekpresikan identitas generasi mereka.

Selanjutnya, lahir Generasi X yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980. Anak-anak yang lahir pada generasi ini tumbuh dengan video games dan MTV, dan menghabiskan masa remajanya di tahun 80-an.

Anak-anak remaja generasi X memiliki ciri-ciri, kurang optimistis terhadap masa depan, sinis, skeptis, tidak lagi menghormati nilai-nilai dan lembaga tradisional, serta tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua mereka.

90-an, media menampilkan Generasi X secara fisik sebagai generasi yang senang memakai kemeja flannel, suka menyendiri, banyak tindikan di tubuh, dan lebih memilih bekerja di restoran.

Generasi Y, atau yang lebih dikenal sebagai Generasi Millennium, tumbuh seiring dengan banyak kejadian yang mengubah dunia, di antaranya berkembangnya komunikasi massa, serta internet.

Terminologi Generasi Y diberikan kepada anak-anak yang lahir dari tahun 1981 - 1995. Anak-anak remaja yang lahir pada generasi ini harus merasakan tingginya biaya pendidikan dibandingkan generasi sebelumnya.

Generasi ini cenderung menuntut, tidak sabar, serta buruk dalam berkomunikasi dengan sesama. Survei yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa generasi ini memiliki kemampuan mengeja dan bahasa yang buruk.

Generasi Y yang telah bekerja menunjukkan sikap yang cuek dan senantiasa bertentangan dengan peraturan kantor. Namun, generasi ini boleh dipuji untuk energi dan semangat bekerjanya yang luar biasa.

Kaum pengusaha dan jajaran pemimpin perusahaan harus mengenalinya dengan baik tidak hanya mengenai generasi Y saja, namun juga bagaimana perubahan dunia yang berinteraksi sangat kuat antara individu dan lingkungannya. Jika kita cermati perubahan dunia khususnya teknologi yang ada, perubahan dari roda bentuk kotak menjadi lingkaran butuh berpuluh-puluh tahun, Namun dari penemuan pesawat hingga menjadi pesawat luar angkasa membutuhkan waktu lebih sedikit dibandingkan masa peralihan roda kotak ke lingkaran. Ini menandakan bahwa secara teknologi perkembangan dunia sangatlah cepat.

Dibutuhkan wawasan dan pemahaman yang luas dan mengembangkan semangat belajar untuk saling dapat berinteraksi antar satu generasi ke generasi lainnya. Jika tidak, inilah akibatnya. Sebuah survei mengungkapkan bahwa para pemimpin perusahaan yang merekrut karyawan di bawah usia 30 tahun mengeluh.

Beberapa karakteristik dari generasi Y adalah,

1. Tidak sabaran, tak mau rugi, banyak menuntut

Generasi ini terbiasa dengan yang instan-instan, cenderung tidak sabaran. Bila memiliki keinginan harus segera terlaksana. Karakter ini tidak akan menjadi masalah, asalkan bisa memastikan bahwa apa yang dilakukannya bermakna positif.

2. Percaya diri dan optimis

Gen Y cenderung lebih mudah menerima perubahan, karena lebih open minded dan berkeinginan tinggi untuk belajar segala hal baru. Mereka juga lebih percaya diri untuk tampil di depan forum dan mengemukakan pendapatnya.

3. Family centric

Remaja gen-y lebih dekat pada keluarganya, dibanding remaja generasi baby boomers. Remaja generasi baby boomers lebih memilih untuk menjauh dari orang tua dan mandiri. Sementara Gen-Y meskipun mandiri, tetapi cenderung dekat, bahkan masih manja dengan orang tua.

4. Suka inovasi/memunculkan ide baru

Terkadang tanpa dicoba pun akan keluar ide-ide baru dari gen-Y untuk perusahaan tempatnya bekerja, karena cara berpikirnya saja sudah berbeda dengan generasi baby boomers. “Give me the latest!’ . Gen-Y selalu mengikuti trend terbaru, dan tak sabar untuk menciptakan trendnya sendiri.

5. Memiliki semangat yang luar biasa

Generasi Y mengerjakan tugas dengan lebih bersemangat dan cepat karena kebanyakan lebih melek tekhnologi. Mereka cenderung mudah beradaptasi dengan tekhnologi baru.

6. Tidak menyukai jadwal yang detail

Generasi lama adalah perencana dan schedulers, sementara gen-Y adalah koordinator.

Bertemu dengan klien atau teman, misalnya, tanpa perlu perjanjian yang rumit dan direncanakan, bertemu di tempat yang disetujui secara mendadak pun dilakukan, seperti kapal mengikuti radar. Sementara perusahaan umumnya beroperasi berdasarkan rencana jangka panjang terperinci.

7. Anytime-anywhere

Generasi baby boomers memandang waktu dan tempat sebagai norma, sementara gen-Y kurang memperdulikan aturan baku. Bagi mereka, bekerja dari café atau local starbucks merupakan hal lumrah.

8. Bagaimana mereka berkomunikasi

Gen-Y jauh lebih nyaman menggunakan teks dan jaringan sosial, sementara generasi lama mungkin bukan hanya tidak nyaman dengan komunikasi digital, mereka bahkan merasa terganggu dengan kurangnya interaksi bertatap muka.

9. Bagaimana mencari informasi atau belajar

Generasi Y ingin belajar ‘on demand’, to the point, hanya untuk hal-hal sesuai cita-cita/passion/impian mereka, sesuai kebutuhan mereka. Gen-Y cenderung bosan dengan pelatihan yang bertele-tele dan bertahap yang dianjurkan perusahaan.

Hal yang paling disoroti oleh para rekan-rean manajer (Generasi X) adalah, anak-anak muda itu tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, minta gaji lebih besar, rewel minta promosi padahal baru setahun bergabung dengan perusahaan, dan berharap diizinkan untuk bekerja secara fleksibel.

Survei dilakukan oleh websites rekrutmen CareerBuilder.com dan melibatkan lebih dari 2.500 pimpinan perusahaan dan manajer. Ditemukan bahwa terdapat jurang perbedaan yang begitu besar antara (kaum pekerja) Generasi Y dengan jajaran manajer mereka, dan diperkirakan perbedaan itu bisa menimbulkan masalah-masalah yang nyata di kemudian hari.

Gaya Komunikasi

Hampir separo dari pimpinan perusahaan yang disurvei mengatakan, terdapat perbedaan yang tajam dalam gaya-gaya berkomunikasi antara karyawan Generasi Y dengan koleganya yang lebih tua. Dimana, generasi baru tersebut lebih banyak berkomunikasi lewat teknologi ketimbang tatap muka.

Selain itu, seperti dinyatakan oleh seperempat responden, mereka juga memiliki kerangka-kerangka referensi yang berbeda pada banyak hal, dari soal sikap hingga budaya pop.

Lebih jauh, hampir 9 dari 10 hiring manager dan profesional HR yang dimintai pendapat mengungkapkan, sebagian atau sebagian besar dari Generasi Y merasa "berhak" untuk meminta lebih atas kompensasi, benefit dan promosi dibandingkan dengan generasi pendahulunya.

Hampir tiga perempat menunjuk, Generasi Y mengharapkan gaji yang lebih, dengan 6 dari 10 mengeluhkan permintaan mereka atas fleksibilitas jadwal kerja.

Lebih dari separo melaporkan, Generasi Y minta promosi dalam setahun, dan mengharapkan libur yang lebih banyak.

Yang mengkhawatirkan, seperti dikatakan oleh lebih dari separo pemimpin perusahaan, Generasi Y sulit diatur dan susah bertanggung jawab.

Segmen Penting

"Karyawan Generasi Y merupakan segmen penting dari ketenagakerjaan dan merekalah masa depan perusahaan," ujar VP HR CareerBuilder.com Rosemary Haefner.

"Mereka tumbuh dalam dunia yang dikendalikan oleh teknologi, dimana standar-standar dan norma-norma sudah berubah dan mereka kerap berjalan di bawah perspektif-perspektif yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya," tambah dia.

Menurut Haefner, perusahaan hendaknya memiliki budaya yang mampu mengembangkan berbagai tipe generasi yang berbeda, seluruh karyawan bisa mengambil keuntungan dari adanya beragam cara pandang dan gaya kerja.

Menurut survei, banyak perusahaan yang telah siap menyambut kedatangan generasi baru tersebut. Sekitar 15% pemimpin perusahaan mengaku telah mengubah atau mengimplementasikan kebijakan-kebijakan baru atau program-program khusus untuk mengakomodasi karyawan Generasi Y.

Antara lain, dengan menyediakan jadwal-jadwal kerja yang lebih fleksibel dan program-program pengakuan. Juga, memperluas akses pada teknologi, menaikkan gaji serta mengadakan lebih banyak program-program pendidikan dan pelatihan.

Upaya lain yang telah dilakukan perusahaan untuk meng-attract dan me-retain karyawan Generation Y adalah dengan memberikan fasilitas telepon selular, pilihan kerja jarak jauh dan liburan yang lebih banyak (wicaksana,2011)

sumber : dari beberapa sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga